scholarly journals DETERMINATION OF FOOD PRESERVATIVES (BENZOIC AND SORBIC ACIDS) IN BAKERY PRODUCTS OF DISTRICT PESHAWAR, PAKISTAN

2021 ◽  
Vol 29 (03) ◽  
Author(s):  
Adeela Mustafa ◽  
Romana Ayub ◽  
Sidra Irfan ◽  
Bushra Iftikhar ◽  
Mahnoor Inamullah

Objective: To determine the level of preservatives (Benzoic and Sorbic acid) in bakery products of Peshawar Material & methods: This cross-sectional study was performed in district Peshawar from August 2019 to December 2019 by visiting four bakery stores in each union council (total of ten union councils) by collecting three samples (of biscuits, cakes and bread) from each bakery store. Thus, a total of 120 samples were collected. Food additives in the form of Benzoic and Sorbic acid were checked in Forensic and toxicology laboratory of Khyber medical college Peshawar. Data was analyzed using SPSS 23, where frequencies and percentages were used for categorical variables and mean, standard deviation for numerical data.  Results: In samples of cakes, concentration of benzoic acid (BA) ranged from 314 to 457 ppm (WHO permissible limit is up to 500ppm) while that of sorbic acid(SA) ranged from 597 to 859 ppm (WHO permissible limit is up to 1000ppm). Similarly, concentration of benzoic acid in biscuits samples ranged from 363 to 467 ppm and sorbic acid ranged from 649 to 895 ppm. In bread samples, BA ranged from 350 - 487 ppm and sorbic acid ranged from 619 to 944. Comparing the values with WHO standards for preservatives, the concentration of benzoic and sorbic acid is found to be within permissible limits with p value < 0.05 . Conclusion: Benzoic acid and Sorbic acid were found in permissible limits in 3 bakery products in the city of Peshawar, as set by World Health Organization.

2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 43-50
Author(s):  
Juliana Widyastuti Wahyuningsih

Childbirthis a processLabor of opening and depleting the cervix and the fetus down into the birth canal. Birth is a process in which the fetus and amniotic are pushed out through the birth canal. (Sarwono, 2008). According to the World Health Organization (WHO) estimates more than 585,000 mothers annually die during pregnancy or childbirth. Indonesia Health Demographic Survey (SDKI) Survey in 2012, Maternal Mortality Rate in Indonesia is still high at 359 per 100,000 live births. The purpose of this study is the knowledge of maternal knowledge, maternal age, and maternal parity associated with normal birth events at Palembang Bari Hospital 2017. This study used analytical survey method with cross sectional approach. The population in this study were all maternal mothers at the Palembang Bari Hospital in 2017. Sampling in the study was conducted non-randomly with the technique of "Accidental Sampling". Data analysis was done univariat and bivariate with Chi-Square statistical test with significance level α = 0,05. The result of this research shows that there is correlation between mother's knowledge with normal delivery incidence with p value 0,001, there is correlation between mother age with normal delivery incidence with p value 0,009, there is relation between mother parity with normal delivery incidence with p value 0,001. From result of this research hopes healthcare workers can improve normal delivery care services and more often to carry out maternal safety counseling.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Fera Riswidautami Herwandar ◽  
Russiska Russiska ◽  
Intan Maharani Fakhrudin

Permasalahan kesehatan pada remaja yang menduduki persentasi terbesar dibanding yang lainnya adalah gangguan menstruasi. Gangguan pada siklus menstruasi (durasi perdarahan yang lebih lama dan ketidakteraturan siklus) disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah stres. Stres diketahui sebagai faktor-faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Stres akan memicu pelepasan hormon kortisol dimana hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stres seseorang. Hormon kortisol diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar pituitari, dengan dimulainya aktivitas hipotalamus, hipofisis mengeluarkan FSH dan proses stimulus ovarium akan menghasilkan estrogen. Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dibawah naungan World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa permasalahan remaja di Indonesia adalah seputar permasalahan yang mengenai gangguan menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019 sebanyak 41 responden. Analisis yang digunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan, dari 41 responden terdapat 18 (44%) responden yang mengalami stres sedang, pada siklus menstruasi yang tidak teratur terdapat 25 (61%) responden. Hasil uji rank spearman,  yakni p value = 0,01 (<0,05) yang ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Bagi institusi Pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Kebidanan diharapkan dapat membuat sebuah program edukasi mengenai manajemen stres pada remaja yang bisa dilakukan secara rutin di luar jadwal perkuliahan.  


Author(s):  
Dini Kesumah Dini Kesumah

ABSTRACT According to World Health Organization Health Organization (WHO) in 2005 showed 49% of deaths occur in children under five in developing countries. Nutritional problems can not be done with the medical and health care approach alone. Causes related to malnutrition that maternal education, socioeconomic families, poor environmental sanitation, and lack of food supplies. This study aims to determine the relationship between education and socioeconomic status of families with nutrition survey using a cross sectional analytic approach, with a population of all mothers of children under five who visited the health center in Palembang Keramasan Accidental sampling Sampling the number of samples obtained 35 respondents. Variables include the study independent and dependent variables and univariate analysis using Chi-Square test statistic with a significance level α = 0.05. The results from 35 respondents indicate that highly educated mothers earned as many as 16 people (45.7%), and middle and upper income families as many as 12 people (34.3%) and bivariate test results show that highly educated respondents toddler nutritional status good for 81.3% (13 people) is larger than the less educated respondents balitanya good nutritional status 26.3% (5 persons) as well as respondents who have middle and upper socioeconomic families with good nutritional status of children at 91.7% ( 11 people) is larger when compared to respondents who have family socioeconomic medium with good nutritional status of children at 30.4% (7 people). Statistical tests show that education has a significant relationship with nutritional status of children P value = 0.004 and socioeconomic families have a meaningful relationship with nutritional status of children P value = 0.002. Based on the results of the study suggested the health professionals in the health center should further improve the education, information about the importance of nutrition to the development of the child in the mothers through the selection and processing of good food and a good diet through health centers and integrated health.   ABSTRAK  Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2005 menunjukkan 49% kematian yang terjadi pada anak dibawah umur lima tahun di negara berkembang. Masalah gizi ini tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab yang berhubungan dengan kurang gizi yaitu pendidikan ibu, sosial ekonomi keluarga, sanitasi lingkungan yang kurang baik,dan kurangnya persediaan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita dengan menggunakan metode survei analitik pendekatan secara Cross Sectional, dengan populasi semua ibu yang memiliki anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Keramasan Palembang dengan pengambilan sampel secara Accidental Sampling diperoleh jumlah sampel 35 responden. Variabel penelitian meliputi variabel independen dan dependen serta analisis univariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 35 responden didapatkan ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 16 orang  (45,7%), dan keluarga yang berpenghasilan menengah keatas sebanyak 12 orang (34,3%) dan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi status gizi balitanya baik sebesar 81,3% (13 orang) lebih besar bila dibanding responden yang berpendidikan rendah status gizi balitanya baik 26,3% (5 orang) serta responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah keatas dengan status gizi balita baik sebesar 91,7% (11 orang) lebih besar bila dibanding responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah kebawah dengan status gizi balita baik sebesar 30,4% (7 orang). Uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,004 dan sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,002. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada petugas kesehatan di Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya gizi terhadap tumbuh kembang anak pada ibu-ibu melalui cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang baik serta pola makanan yang baik melalui kegiatan Puskesmas dan Posyandu.


Author(s):  
Leny Leny

ABSTRACT Prenatal care is health care by health personnel to care the pregnant according to standards. Worlrd Health Organization (WHO) estimates more than 500.000 women die during pregnancy or childbirth. Maternal mortality in Indonesia is 307 per 100,000 live births. The quantity of pregnant women’s visit in Kabupaten Banyuasin in 2009 of 89.1%. The purpose of this study to determine the relationship between education and occupation with prenatal care at Puskesmas Mariana  Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin in 2011. This study uses analytic approach survey by Cross Sectional methods, the population are 1.946 pregnant women and the samples as many as 332 people. The results of univariate analysis study of pregnant women who are higher education as much as 45.2%, and  low maternal education as much as 54.8%. In pregnant women who work of 43.4%, and pregnant women who do not work for 56.6%. From the results of bivariate analysis and Chi-Square statistical tests found a significant association between education of pregnant women with prenatal care with P Value = 0.000, and there was a significant association between occupation of pregnant women with prenatal care with P Value = 0.000. Can be concluded that there is a relationship between education and occupation of pregnant women with prenatal care. Expected to health workers to provide counseling on the importance of prenatal care in pregnant women and expected future studies may explore again the factors associated with prenatal care with the different variables.   ABSTRAK Pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk memeriksakan ibu hamil sesuai standar. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 500.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. AKI di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kunjungan ibu hamil di Kabupaten Banyuasin tahun 2009 sebesar 89,1%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pekerjaan dengan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Mariana Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin tahun  2011. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional, populasi ibu hamil dengan jumlah 1.946 orang dan jumlah sampel sebanyak 332 orang. Hasil penelitian Analisa Univariat adalah ibu hamil yang pendidikan tinggi sebanyak 45,2%, dan pendidikan rendah ibu hamil sebanyak 54,8%. Pada variabel pekerjaan ibu hamil yang bekerja sebesar 43,4%, dan ibu hamil yang tidak bekerja sebesar 56,6%. Dari hasil analisa bivariat dan uji statistik Chi-Square  didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan dengan  P Value = 0,000, dan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan dengan P Value = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan pekerjaan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan pada ibu hamil dan diharapkan penelitian yang akan datang dapat menggali lagi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan kehamilan dengan variabel yang berbeda.


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Dina Ardyana ◽  
Erma Puspita Sari

Latar belakang: Berdasarkan data World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira 3%(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia,hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal.Sebagian kasus Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterin. Maka dari itu,diagnosa dini pada penderita Asfiksia merupakan arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan.Setelah bayi lahir, diagnosa asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai APGAR. Tujuan: diketahuinya hubungan lilitan tali pusat,partus lama dan plasenta previa dengan kejadian Asfiksia neonatorum di Rumah Sakit “P” Palembang Tahun 2018. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian seluruh ibu bersalin di zal kebidanan di Rumah Sakit “P” Palembang pada tahun 2018 yang berjumlah 820 orang. Hasil: Hasil analisis univariat diketahui yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 20 responden (22,5%),yang mengalami plasenta previa sebanyak 15 responden(16,9%),yang mengalami partus lama sebanyak 20 responden (22,5%) dan yang mengalami lilitan tali pusat sebanyak 27 responden (30,3%).Sedangkan hasil uji chi square menunjukan ada hubungan plasenta previa dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,ada hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,dan ada hubungan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000. Saran: kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai bahaya asfiksia neonatorum. Kata kunci : Lilitan Tali Pusat,Partus Lama,Plasenta Previa,Asfiksia Neonatorum


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 4-8
Author(s):  
Amna Khan ◽  
Anila Farhat ◽  
Hamayun Anwar ◽  
Sajid Shamim ◽  
Mujeeb Ur Rehman ◽  
...  

Objective: To determine the frequency of hypocalcemia in neonates with unconjugated hyperbilirubinemia receivingphototherapy.Study design and setting: Cross sectional study conducted at neonatal intensive care unit, King Abdullah Teaching Hospital,Mansehra for one year from December 2017 to November 2018.Methodology: Total 213 full term stable neonates of either gender with jaundice were studied in this study. Out of which,143 with unconjugated hyperbilirubinemia were exposed to phototherapy while 70 neonates with exaggerated physiologicalhyperbilirubinemia taken as control were not exposed to phototherapy. Serum calcium level was determined through bloodtest before and after 24 hours of phototherapy. SPSS version 22 was used to analyze the data. Frequency and percentageswere used to describe categorical variables like gender and hypocalcemia. Hypocalcemia was stratified by age and genderto see effect modifiers. Post stratified chi-square test was applied in which p value = 0.05 was considered as significancevalue.Results: In study group, 143 neonates who received phototherapy had mean age of 7 days ± 2.62 SD. Total 65% neonateswere male and 35% neonates were female. Mean serum calcium level of neonates before and after provision of phototherapywas 9.28 mg/dl ± 0.23 and 8.54 mg/dl ± 0.68 respectively, which is statistically significant. The frequency of hypocalcemiawas 40% in neonates with unconjugated hyperbilirubinemia after 24 hours of phototherapy.Conclusion: Hypocalcemia is an important complication in neonates with unconjugated hyperbilirubinemia after continuousphototherapy. Hypocalcemia has clinical impact and adds to morbidity, and if left untreated, can lead to mortality.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Jumiati Jumiati

Pendahuluan : Abortus menjadi masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan di seluruh dunia setiap hari. Selama 2010–2014, diperkirakan 56 juta abortus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Tujuan : untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017. Metode : penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017 yang berjumlah 86 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling  yaitu seluruh populasi. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Chi-square. Hasil : data yang diperoleh dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05), tidak ada hubungan usia dengan abortus didapat hasil p value 0,48 (p>0,05), ada hubungan paritas dengan abortus didapat hasil p value 0,03 (p<0,05), dan ada hubungan pekerjaan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05).Kesimpulan : penelitian ini adalah ada hubungan jarak kehamilan, paritas dan pekerjaan ibu hamil dengan abortus dan tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 49-58
Author(s):  
Ngozi Adefala ◽  
Kolawole Sodeinde ◽  
Abiodun Osinaike ◽  
Fikayo Bamidele ◽  
Adebola Omotosho

Objective: This study aimed to assess the knowledge, attitude and practice towards condom utilization and other associated factors among people living with HIV/AIDS enrolled in the Virology clinic in Babcock University Teaching Hospital (BUTH) Ilishan, Ogun state, Nigeria. Methods: This cross-sectional study was conducted among 285 ART users selected using a systematic random sampling method. The minimum sample size was estimated using the formula z2pq/d2 and a 24% prevalence extracted from a previous similar study. Data were elicited using a structured interviewer-administered questionnaire, analyzed using SPSS version 20, and presented as tables. The Chi-square test was used to assess associations between categorical variables. The level of significance was set at the 95% confidence interval with a p-value of 0.05. Results: From the total respondents, 180(63.2%) were females, 93.7% had good knowledge, 141(49.5%) believed ARV prevents transmission of HIV and 144 (50.5%) strongly agreed that condom reduces sexual pleasure. Majority 254 (89.1%) were currently using condoms, 131 (46.0%) used a condom consistently, while 108 (37.9%) frequently use a condom during sexual intercourse. The Use of condoms had statistically significant associations with occupation (p<0.001), married at pre-diagnosis of HIV (p<0.001), married at post-diagnosis of HIV (p<0.001) and education (p= 0.015). Conclusion: The majority of the respondents had good knowledge and were using condoms. Discussions on safe sex and improved positive attitudes towards condom-use should, however, be encouraged further.


Author(s):  
Wahyuni Herda ◽  
Insan Sosiawan A Tunru ◽  
Yusnita Yusnita

Tuberculosis is a disease of global concern. By 2015 six countries contributing to 60% of the global total are India, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan and South Africa. China, India and Indonesia alone accounted for 45% of cases in the world.The World Health Organization (WHO)has recommended the Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) strategy for TB control by involving Drug Supervisors (PMO). It aims to achieve patient recovery, prevent transmission, and avoid drug resistant cases. This study aims to determine the relation between the roles of treatment observers (PMO) with the success of tuberculosis treatment at community health center of Johar Baru Central Jakarta in 2016.This research was conducted by Cross-Sectional non-experimental quantitative method. Population and sample are the patient of adult pulmonary and extrapulmonary tuberculosis at community health center of Johar Baru Central Jakarta in 2016. Samples are selected by using Simple Random Sampling. The data were collected by interview using questionnaire. Data analysis using SPSS with Chi-Square test.There were 45 respondents (80,4%) succeed in TB treatment and respondent with PMO roles category were 40 (71,4%). Result of statistical test using Chi-Square test obtained P value = 1,000 (> 0,05).There is no relation between the roles of treatment observers (PMO) with the success of tuberculosis treatment at community health center of Johar Baru Central Jakarta in 2016.


2019 ◽  
Vol 9 (18) ◽  
pp. 19-28
Author(s):  
Admin ◽  
Fera Siska

Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Asap rokok sebagai salah satu resiko timbulnya ISPA merupakan masalah yang sangat sulit untuk di minimalisir. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak balita 0-5 tahun di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan analitik cross sectional. Populasi semua ibu yang membawa anak usia 0-5 tahun ke Puskesmas Bukit Sangkal Palembang dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden yang dinyatakan menderita ISPA sebanyak 11 responden (36,7%) dan responden yang anggota keluarganya merokok sebanyak 17 responden (56,7%). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang Tahun 2019 dengan p value = 0,007 < α (0,05) dan nilai OR = 17,143. Saran penelitian diharapkan pihak puskesmas dapat meningkatkan penyuluhan kesehatan secara rutin kepada masyarakat tentang bagaimana cara mencegah dan menanggulangi penyakit ISPA di masyarakat.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document