scholarly journals KARAKTERISTIK SARANG TARSIUS (Tarsius spectrum) DI CAGAR ALAM TANGKOKO BITUNG SULAWESI UTARA

ZOOTEC ◽  
2017 ◽  
Vol 32 (5) ◽  
Author(s):  
Aktor E. Loing ◽  
Siane Rimbing ◽  
Denny G.D. Rembet ◽  
M. J. Nangoy
Keyword(s):  

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan mengenai karakteristik sarang Tarsius. Diharapkan dengan deskripsi ini dapat dibuat suatu modifikasi sarang Tarsius. Manfaat yang diharapkan adalah memberikan informasi mengenai karakteristik sarang Tarsius di Cagar Alam Tangkoko dan sebagai referensi pengetahuan dalam bidang konservasi satwa langkah dan endemik. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Tangkoko Batuputih Bitung Sulawesi Utara selama 61 hari dengan menggunakan 10 sampel sarang Tarsius. Penelitian ini menggunakan metode observasi. Variabel penelitian ini adalah Jenis vegetasi, bentuk sarang, lingkaran pohon dan ketinggian sarang dari permukaan tanah, suhu dan kelembaban sarang dan variabel penunjang antara lain adalah ketinggian sarang dari permukaan laut (mdpl) dan vegetasi sekitar sarang. Berdasarkan hasil penelitian jenis vegetasi, ditemukan bahwa semuanya adalah pohon jenis Ficus sp dengan rataan lingkaran pohon adalah 8,169 m. Bentuk sarang Tarsius tidak beraturan dan lubang sarang umumnya berbentuk bulat lonjong dan berbentuk persegi dengan ketinggian sarang antara 1,5 m sampai 13 m. Suhu dalam sarang Tarsius antara 20,97°C sampai 23,92°C dan kelembaban sarang Tarsius antara 77,3% sampai 81,4%.  Rataan ketinggian sarang dari permukaan laut adalah 53 mdpl. Vegetasi di sekitar sarang Tarsius ditemukan 24 jenis vegetasi yang di dominasi oleh vegetasi jenis Leea indica dari famili Leeaceae.

2003 ◽  
Vol 74 (5-6) ◽  
pp. 272-284 ◽  
Author(s):  
Sharon Gursky
Keyword(s):  

Author(s):  
Laxmi Khaniya ◽  
Ripu M. Kunwar ◽  
Rainer W. Bussmann ◽  
Narel Y. Paniagua-Zambrana
Keyword(s):  

2016 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 224 ◽  
Author(s):  
Damayanthi Dalu ◽  
Satyavati Dhulipala

<p class="Abstract">This study was conducted to provide the evidence for the mechanism of  anti-diabetic activity of <em>Cocculus orbiculatus, Leea indica</em> and <em>Ventilago maderaspatana</em>. This was accomplished by employing methods like uptake of glucose, glycogen synthesis and inhibition of α-glucosidase. For uptake of glucose, diaphragms were dissected out in Tyrode solution with 2% glucose and assayed for glucose content. In glycogen synthesis methodology liver, skeletal muscle and cardiac muscles were isolated, homogenized and glycogen content was analyzed. In α-glucosidase enzyme inhibition procedure involved estimation of α-glucosidase enzyme inhibition. All the three plant extracts exhibited significant (p&lt;0.05 - p&lt;0.01) anti-diabetic activity by increasing glucose uptake, glycogen synthesis and inhibiting α-glucosidase enzyme. Among the three plants, <em>V. maderaspatana</em> (500 mg/kg) exhibited higher glucose uptake, glycogen content and α-glucosidase inhibition activity (IC<sub>50</sub> 145 µg/mL). The present experimental results evidenced the anti-diabetic activity of three plants by all the three mechanisms.</p><p> </p>


2012 ◽  
Vol 2012 ◽  
pp. 1-11 ◽  
Author(s):  
Yau Hsiung Wong ◽  
Habsah Abdul Kadir

Leea indicais a medicinal plant traditionally used to treat cancer. Through bioassay-guided approach, we isolated mollic acid arabinoside (MAA), for the first time fromLeea indica. Here, we present the apoptosis-inducing effect of MAA on Ca Ski cervical cancer cells. Based on DAPI staining, MAA-treated cells manifested nuclear shrinkage, condensation, and fragmentation. We further confirmed the fragmentation of DNA using TUNEL assay. During early apoptosis, MAA caused the perturbation of plasma membrane through externalization of PS, followed by the formation of apoptotic blebs. Prior to these events, MAA triggered rapid dissipation of the mitochondrial membrane potential. In the upstream, MAA increased the expression of Bax, decreased the expression of Bcl-2, and augmented the Bax/Bcl-2 ratio. These findings suggested that MAA induced mitochondrial-mediated apoptosis in Ca Ski cells and thus provide the scientific explanation for the traditional application of this herbal medicine in cancer treatment.


2012 ◽  
Vol 2012 ◽  
pp. 1-11 ◽  
Author(s):  
Yau Hsiung Wong ◽  
Habsah Abdul Kadir ◽  
Sui Kiong Ling

Leea indicais a medicinal plant used traditionally to cure cancer. In this study, the cytotoxic compounds ofL. indicawere isolated using bioassay-guided approach. Two cycloartane triterpenoid glycosides, mollic acid arabinoside (MAA) and mollic acid xyloside (MAX), were firstly isolated fromL. indica. They inhibited the growth of Ca Ski cervical cancer cells with IC50of 19.21 μM (MAA) and 33.33 μM (MAX). MRC5 normal cell line was used to calculate selectivity index. MAA and MAX were about 8 and 4 times more cytotoxic to Ca Ski cells compared to MRC5. The cytotoxicity of MAA was characterized by both cytostatic and cytocidal effects. MAA decreased the expression of proliferative cell nuclear antigen, increased sub-G1 cells, and arrested cells in S and G2/M phases. This study provides the evidence for the ethnomedicinal use ofL. indicaand paves the way for future mechanism studies on the anticancer effects of MAA.


Author(s):  
Nidyaletchmy Subba Reddy ◽  
Suerialoasan Navanesan ◽  
Saravana Kumar Sinniah ◽  
Norhanom Abdul Wahab ◽  
Kae Shin Sim

Author(s):  
Hanry Jefry Lengkong ◽  
Hanny Hesky Pontororing

Biodiversitas fauna sangatlah penting, mengingat tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Sulawesi Utara. Hal ini karena terdapatnya beberapa satwa yang endemik di Sulawesi Utara, seperti: tangkasi (Tarsius spectrum), yaki (Macaca nigra), babirusa (Babyrousa babyrusa celebensis), anoa (Bubalus depresicornis), kalong sulawesi (Acerodon celebensis) dan kupu-kupu Troides. Akan tetapi, akibat perburuan dan perusakan hutan menyebabkan penurunan populasi satwa semakin menurun dan menjadi langka. Berbagai upaya konservasi telah dilakukan dengan menindak tegas serta hukuman terhadap pemburu belumlah cukup. Untuk itu perlu adanya upaya lewat penyadaran terhadap masyarakat lewat pendidikan terhadap anak-anak sekolah sebagai masa depan bangsa untuk turut serta melindungi dan melestarikan satwa. Tujuan dilaksanakan pengabdian kepada masyarakat bagi anak-anak siswa SMA YPKM untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman agar supaya dapat berperan aktif dalam pelestarian lingkungan hidup khususnya satwa endemik yang berpotensi ekowisata di Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah metode pendidikan lingkungan pada usia dini. Metode ini dilakukan secara langsung lewat tatap muka, melalui beberapa cara, yaitu: Pemberian penjelasan atau paparan dengan membagikan materi tentang lingkungan hidup, jenis-jenis satwa yang dilindungi, dan kegiatan konservasi. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat menyerap materi yang disampaikan melalui bahasa lisan maupun tulisan dengan menggunakan alat bantu pengajaran lewat power point dan alat peraga berupa boneka tangan dan papan tebak gambar jenis-jenis satwa khususnya yang endemik dan dilindungi; Diskusi interaktif dengan siswa dan pengemukaan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat bertukar pikiran, pandangan, ketrampilan dan pengetahuan, menghargai pikiran dan pendapat orang lain, dan kerjasama dalam menyebarluaskan informasi; Menuangkan kondisi lingkungan secara visualisasi dalam bentuk gambar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat melihat kondisi lingkungan disekitarnya dan menjelaskannya dalam bentuk visual; Reward (pemberian penghargaan atau hadiah) kepada para siswa yang dapat menyelesaikan permainan dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa lebih aktif dan termotivasi untuk mengikuti pendidikan lingkungan. Pertumbuhan karakter pelestarian lingkungan ini perlu ditanamkan pada usia dini melalui berbagai metode yang dapat menarik perhatian sehingga secara efektif diingatnya, sehingga kegiatan ini perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.   Kata kunci: Siswa SMA YPKM, Pendidikan Lingkungan, Satwa endemik, Ekowisata


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document