Jambura Journal of Chemistry
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

20
(FIVE YEARS 20)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Negeri Gorontalo - Fakultas Matematika Dan IPA

2656-6834, 2656-3665

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 78-86
Author(s):  
Sri Rahayu Latif ◽  
Wiwin R Kunusa
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mengadsorpsi zat pewarna sintetis metilen blue menggunakan Mikrocrystallincellulose (MCC) Tterimobilisasi nanopartikel cupri oxide/periodat (MCC/CuO-NP/KIO4) berbasis tongkol jagung dengan aktivasi NaOH 14%. Hasil karakterisasi MCC: Viscositas 86 cp, Selulosa 88.4%, Alfa-selulosa 45.2%. Adsorben (MCC/CuO-NP/KIO4) yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan FT-IR, SEM, XRD. Karakteristik spektra FT-IR (MCC/CuO-NP/KIO4) menunjukkan adanya puncak C=O yang sangat tajam pada 1055.70 cm-1dan 1028.37 cm-1 berasal dari getaran C-O-C. Indikasi adanya puncak partikel CuO pada bilangan gelombang 894.62 cm-1 , 1158.19 cm-1 , 1314.17 cm-1 . Difraktometer sinar-X (XRD) menunjukkan terjadinya penurunan kristalinitas serat sebagai hasil dari oksidasi. Permukaan morfologis selama oksidasi diamati menggunakan SEM. Pengukuran kapasitas adsorpsi metilen blue menggunakan Spektrofotometer UV-VIS. Pembuatan kurva standar dengan konsentrasi larutan standar (1 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm) menghasilkan nilai r = 0.9888. Kapasitas adsorpsi yang dihasilkan dengan variasi konsentrasi larutan metilen blue 1ppm, 3 ppm, 7 ppm, 9 ppm adalah 70% - 80%.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 70-77
Author(s):  
Rizky Handayani ◽  
Bulan Natalinda ◽  
Noor Lia ◽  
Sumaria Sumaria ◽  
Abdul Majid

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat Cu, Cr, Pb dan Zn pada kerang darah (Anandara granosa) dan kerang kepah (Polymesoda erosa). Kerang darah diambil di perairan Muara Elo sedangkan kerang kepah diambil di danau Loa Janan Ilir. Kadar logam diukur menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan kerang darah memiliki kandungan logam Cu, Cr, Pb dan Zn sebesar 0,012 mg/L; 0,089 mg/L; 0,029 mg/L; dan 0,045 mg/L dan kerang kepah memiliki kandungan logam Cu, Cr, Pb, dan Zn sebesar 0,019 mg/L;0,105 mg/L; 0,020 mg/L; 0,043 mg/L. Berdasarkan hasil tersebut kandungan logam Cu, Cr dan Pb yang melebihi kadar maksimal yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah indonesia. Hanya kandungan logam Zn yang berada dibawah kadar maksimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu masyarakat perlu membatasi konsumsi atau tidak mengkonsumsi secara berlebihan kerang darah yang terdapat di aliran Muara Elo dan kerang kepah yang terdapat di danau Loa Janan Ilir.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 62-69
Author(s):  
Sriyana Ohi ◽  
Wiwin Rewini Kunusa ◽  
Astin Lukum
Keyword(s):  

Dalam penelitian ini, dilakukan analisis kadar Fe(III) pada sampel air sumur galian yang dikonsumsi masyarakat sebanyak 10 sampel yang tersebar dibeberapa wilayah Kota Gorontalo. Sampel diasamkan dengan 0.3 mL HNO3 4M dan 0.5 mL KSCN 2M dan absorbansi diukur dalam Spektrometer UV-Visible. Nilai absorbansi dari hasil pengukuran larutan standar dengan deret konsentrasi 0.1, 0.3, 0.5, 0.7 dan 1 ppm larutan induk Fe 100 ppm diperoleh persamaan regresi linier y = 0.000x + 0.016 dengan nilai regresi (R2) = 0.9860. (λMax) 490 nm dengan nilai absorbansi (A) tertinggi yakni 0.043. Data ini digunakan untuk pengukuran sampel di lokasi I. Untuk Lokasi II, Nilai absorbansi dari hasil pengukuran larutan standar dengan deret konsentrasi 0.1, 0.3, 0.5, 0.7 dan 1 diperoleh persamaan regresi linier y = 0.036x + 0.006 dengan nilai regresi (R2) 0.9800. (λMax) 510 nm dengan nilai absorbansi (A) tertinggi yakni 0.025. Hasil pengukuran sampel untuk Lokasi I yakni kode sampel A = -0.1060, B = -0.0303, C = 0.3780, D = 0.1667 dan E = 0.3636. Untuk Lokasi II yakni kode sampel A = 0.175, B = 0.050, C = 0.3780, D = 0.050 dan E = 0.675. Disimpulkan bahwa, kandungan konsentrasi Fe di 5 lokasi ini masih dibawah NAB yakni ˂ 1 mg/L karena konsentrasi Fe yang dianjurkan oleh WHO minimal adalah 1 mg/L. Pada air tanah bervariasi mulai dari 0,01 mg/l - 25 mg/l.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 46-52
Author(s):  
Hendri Iyabu ◽  
Anita Muhammad ◽  
Jafar La Kilo ◽  
Akram La Kilo

This study aims to determine the iron content of water wells in Dulalowo and Heledulaa, Gorontalo City. Ten well water samples were taken randomly from five different wells in each district. Water samples at each well consist of top, middle, and bottom water. Determination of iron level using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) at a wavelength of 248.33 nm. The results showed that the iron concentration of well water in Dulalowo was 0.030 (D1), 0.265 (D2), 0.224 (D3), 0.158 (D4), 0.149 ppm (D5). Meanwhile, iron levels in Heledulaa were 0.100 (H1), 0.039 (H2), 0.159 (H3), 0.198 (H4), and 0.235 ppm (H5). These results prove that the Fe content in the well water in the two districts is still fulfil the drinking water standard which is a maximum of 0.3 mg/L iron.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 53-61
Author(s):  
Obet Obet ◽  
Johnly A. Rorong ◽  
Feti Fatimah

Research about phytochemical screening and antidiabetic activity inside rice leaf extract (phrynium capitatum) had been conducted. Objective of this research was to find phytochemical and antidiabetic activity inside rice leaf extract. Research Methodology used for phytochemical screening was testting of alkaloids, phenolics, flavonoids, saponins, steroids and triterpenoids. While antidiabetic activity testing was carried out on white rats induced by alloxan treatment. Based on phytochemical screening tests of rice leaf extract, components obtained are alkaloid compounds, flavonoids, phenolics and steroids. The results of testing the antidiabetic activity of rice leaf extract in alloxan induced mice by administering 100% rice leaf extract; 200 and 300 mg / kg body weight of rats had a percent decrease in blood sugar concentration, respectively 29.01; 34.07 and 42.03%. The most effective group providing antidibetic effect is the treatment group III (300 mg / kg body weight of rats) when compared to the treatment group I (100 mg / kg body weight of rats) and treatment group II (200 mg / kg body weight of rats).


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 17-26
Author(s):  
Siti Hadijah Lamato Bempa
Keyword(s):  

Limbah laboratorium kimia merupakan limbah B3 mengandung unsur logam berat seperti besi (Fe) yang dihasilkan dari aktivitas praktikum dan penelitian. Penelitian ini bertujuan menganalisa kemampuan karbon aktif ampas tebu teraktivasi ZnCl2 sebagai adsorben logam Fe(III) pada limbah laboratorium Universitas Negeri Gorontalo. Karbon aktif dikarakterisasi kadar air, kadar abu, daya adsorpsi, serta analisis FTIR, SEM, XRD. Aplikasi menggunakan metode adsorpsi dengan pengompleks 0,5 mL KSCN 2M ditambah 0,3 mL HNO3 4M dan absorbansi diukur dalam Spektrometer UV-Visible. Nilai absorbansi dari hasil pengukuran larutan standar dengan variasi konsentrasi 0.1, 0.3, 0.5, 0.7 dan 1 ppm, larutan induk Fe 100 ppm diperoleh persamaan regresi li nier y = 0.0721x + 0.0135 nilai regresi (R2) = 0.9988(λMax) 490 nm dengan nilai absorbansi (A) tertinggi yakni 0.043. Hasil penelitian menunjukkan karbon aktif teraktivasi ZnCl2 efektif dalam mengadsorpsi logam Fe(III) di limbah laboratorium dengan kadar teradsorpsi sampel A 88.36%, sampel B 94.10%, sampel C 92.36%, sampel D 90.19%, sampel E 91,49%, sampel F 90.91% dan sampel G 95.76%.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 27-34
Author(s):  
Erni Mohamad ◽  
Intan J. Oputu ◽  
Julhim S. Tangio

This study aims to utilize (Chromolaena odorata L) as a metal adsorbent. The methods used to make activated charcoal are dehydration, carbonization, and activation. The activated carbon is then characterized to obtain activated charcoal that can be applied, then optimized. The results of activated carbon characterization obtained have reached the activated carbon quality requirements based on the Indonesian Industry Standard (SII No. 0258-88). Based on the adsorption test, the optimum pH of Pb2+ (Pb (NO3) 2 (in distilled water) Chromolaena odorata L charcoal activated by NaOH 0.2 M under varying pH (2,3,4,5,6) is at pH 5 with 69.00% absorption. The optimum contact time required for Pb ion adsorption is 4 hours at variation (1-5 hours) with 70.19% absorption. The optimum concentration at variation (concentration 20; 40; 60; 80; 100 ppm) on Pb ion adsorption is 100 ppm with 76.15% absorption. The optimum heating time is a variation of 1.5; 2; 2.5; and 3 hours of Pb ion adsorption is one hour 30 minutes with an absorption of 65.95%. Based on the optimization results, the activated carbon from the Chromolaena odorata L can be used as an adsorption material against the contamination of lead heavy metals (Pb).


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 35-45
Author(s):  
Rusmani Tasanif ◽  
Ishak Isa ◽  
Wiwin Rewini Kunusa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya serap arang aktif dari ampas tebu dan kondisi optimum arang aktif dalam mengadsorpsi ion logam berat Cd, Cu dan Cr dengan tiga variasi yaitu variasi massa, variasi konsentrasi dan variasi waktu kontak. Limbah ampas tebu memiliki kandungan selulosa yang mampu untuk mengadsorpsi adsorben. Preparasi ampas tebu meliputi pembuatan arang ampas tebu, pembuatan arang aktif secara aktivasi kimia dengan menggunakan larutan HCl, arang aktif yang diperoleh dikarakterisasi meliputi uji kadar air, kadar abu serta analisis gugus fungsi menggunakan Instrument Fourier Infrare (FTIR),dan analisis morfologi arang aktif menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Aplikasi arang aktif digunakan sebagai adsorben logam berat Cu, Cd, dan Cr dengan menggunakan Spektrometri Serapan Atom (SSA). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan daya serap adsorpsi arang aktif pada fariasi massa untuk logam Cd, Cu dan Cr diperoleh berat optimum optimum 2,5 g dengan daya serap masing-masing logam adalah  Cd 0,31 mg/g, Cu 0,31 mg/g, dan Cr 0,31 mg/g, Variasi konsentrasi ion logam Cd dan Cu dan Cr dengan daya serap adsorpsi mencapai kondisi optimum pada daya serap adsorpsi mencapai kondisi optimum pada konsentrasi konsentrasi 2 mg/L dengan daya serapan masing-masing logam adalah Cd 0,19 mg/g, Cu 0,19 mg/g dan Cr 0,19 mg/g. Penyerapan optimum logam Cd, Cu dan Cr dengan massa adsorben 1 g adalah mengadsorpsi Cd 0,7981 mg/g, Cr 0,7995 mg/g sementara untuk logam Cu 0,755 mg/g.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 10-16
Author(s):  
Astriana Dewi ◽  
Suriati Eka Putri ◽  
Pince Salempa

This research is an experimental study that aims to determine the characteristics of gold nanoparticles (Au-NPs) synthesized using trisodium citrate as a reducing agent. 0.4 mM HAuCl4 solution was synthesized using Na3C6H5O7 to convert Au3+ to Au0 with several variations of the reducing agent concentration, 3.5%; 5%; 6.5% and 8%. Determination of reaction time was measured using a UV-Vis spectrophotometer with time variations of 1, 5, 15, 30 and 45 minutes. Characterization of the size and lattice of Au-NPs crystals using X-Ray Difraction (XRD) and morphological characterization using Scanning Electron Microscopy (SEM). The results of the characterization, Au-NPs were produced blackish brown in color, and yields were 66.13%, 89%, 59.63% and 50.30% respectively for trisodium citrate reductant concentrations of 3.5%; 5%; 6.5% and 8%, with an average Au-NPs size of 46.97; 19.06; 50.03 and 39.68 nm, Face Centered Cubic (FCC) Crystal lattice and have a homogeneous morphology.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Zelita Fitri Ente ◽  
Opir Rumape ◽  
Suleman Duengo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder pada ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L) sebagai insektisida nabati yang dapat menyebabkan mortalitas terhadap hama ulat grayak (Spodoptera litura). Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol dan difraksinasi  dengan pelarut n-heksan dan etil asetat. Dilakukan uji fitokimia dan uji mortalitas fraksi-fraksi aktif pada hama ulat grayak. Uji fitokimia dari ekstrak kental metanol daun srikaya memberikan hasil positif untuk empat senyawa metabolit sekunder antara lain flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin, sedangkan untuk steroid memberikan hasil negatif. Uji mortalitas terhadap fraksi dari ekstrak daun srikaya antara lain fraksi metanol, etil asetat dan n-heksan dilakukan pengamatan selama 1×24 jam, ditemukan fraksi metanol pada variasi konsentrasi 1%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% menunjukkan tingkat mortalitas hama sebesar 67%, 78%, 78%, 78% dan 100%, sehingga pada konsentrasi 10% memberikan pengaruh mortalitas paling tinggi sebesar 100%. Adapun untuk fraksi etil asetat pada variasi konsentrasi 1%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% menunjukkan tingkat mortalitas hama sebesar 44%, 56%, 67%, 67% dan 78%, sehingga pada konsentrasi 10% memberikan pengaruh mortalitas tertinggi sebesar 78%. Untuk fraksi n-heksan pada variasi konsentrasi 1%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% menunjukkan tingkat mortalitas hama sebesar 22%, 44%, 56%, 67% dan 78%, sehingga pada konsentrasi 10% memberikan pengaruh mortalitas tertinggi sebesar 78%.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document