Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

118
(FIVE YEARS 27)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Yogyakarta

2502-1648, 2302-6383

Author(s):  
Andi Hasdiansyah

Artikel ini bertujuan membedah dan mencari akar kekerasan yang terjadi di sekolah dari berbagai konteks. Penulis menggunakan bingkai teori modal sosial dalam upaya memecahkan masalah kekerasan tersebut. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis fakta dan kajian konseptual terkait bagaimana teori modal sosial bekerja. Analisis multi-konteks digunakan untuk menemukan sebuah pola yang lebih rinci terkait usaha pencegahan dan pemecahan perilaku kekerasan peserta didik. Pada intinya, keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan. Proses pendidikan itu sendiri harus mendasarkan aktivitasnya pada kemajemukan sebagai sebuah cara mengkomunikasikan perbedaan.AbstractThis article aims to dissect and search for the roots of violence that occur in schools from various contexts. The author uses the frame of social capital theory in an effort to solve the problem of violence. The method used in this article is fact analysis and conceptual studies related to how social capital theory works. The multi-context analysis is used to find a more detailed pattern related to efforts to prevent and solve the violent behavior of students. In essence, family, school, and society have an important role in education. The education process itself must base its activities on pluralism as a way of communicating differences


Author(s):  
Muchamad Solah Solahudin

Pendidikan merupakan relasi antarsosial yang menjadi minitur dalam kehidupan masyarakat. Lembaga pendidikan dan masyarakat saling membutuhkan bagaikan dua mata uang logam. Segala unsur budaya dan unsur sosial dalam masyarakat terdapat juga dalam pendidikan dan keduanya sekaligus menjadi modal utama. Calon peserta didik dalam memilih jenjang pendidikan tinggi di Tiongkok juga mengalami hal itu dan terjadi benturan budaya yang kemudian dapat menjadi referensi untuk pendidikan tinggi di Indonesia. Penulisan artikel ini menggunakan studi kepustakaan yang berusaha mengurai dan menelaah berbagai literatur yang berkenaan dengan modal budaya dan kampus pilihan mahasiswa di Tiongkok. Menurut Cooper dalam Creswel, menyebutkan bahwa terdapat 4 (empat) tipe kajian pustaka, yakni; 1.) Menggabungkan apa yang telah dikatakandan dilakukan oleh orang lain; 2.) Mengkritisi penelitian dari para peneliti sebelumnya; 3.) Membangun jembatan dari topik-topik terkait; dan 4.) Mengidentifikasi dari isu-isu sentral dalam suatu bidang. Teori modal budaya Bourdieu menganalisis bagaimana budaya dan pendidikan berinteraksi dan dengan demikian berkontribusi pada reproduksi ketimpangan sosial. Penelitian akses kampus yang luas yang terinspirasi oleh teori Bourdieu telah ditunjukkan bahwa akses kuliah siswa adalah produk kompleks dari latar belakang keluarga, iklim sekolah menengah, keterlibatan orang tua, dan kemanjuran diri siswa dan persiapan akademik. Kemudian kerangka kerja konseptual dari penelitian ini yang mengidentifikasi bagaimana berbagai faktor sosial dan ekonomi mempengaruhi berbagai tahapan proses pengambilan keputusan siswa tentang perencanaan perguruan tinggi.AbstractEducation is an inter-social relationship that becomes a minitur in people's lives. Educational institutions and communities need each other like two coins. All elements of culture and social elements in society also exist in education and both at the same time become the main capital. Prospective students in choosing higher education in China also experience this and a cultural clash that can later become a reference for higher education in Indonesia. The writing of this article uses literature studies that attempt to unravel and examine the various literature relating to cultural capital and student-chosen campuses in China. According to Cooper in Creswell, states that there are 4 (four) types of literature review, namely; 1.) Combine what has been said and done by others; 2.) Criticize research from previous researchers; 3.) Build bridges from related topics; and 4.) Identify central issues in a field. Bourdieu's cultural capital theory analyzes how culture and education interact and thus contributes to the reproduction of social inequality. Extensive research on-campus access inspired by Bourdieu's theory has shown that access to student lectures is a complex product of family background, middle school climate, parent involvement, and student self-efficacy and academic preparation. Then the conceptual framework of this research that identifies how various social and economic factors influence the various stages of the student's decision-making process regarding college planning.


Author(s):  
Ebni Sholikhah ◽  
Siti Irene Astuti Dwiningrum ◽  
Dyah Respati Suryo Sumunar

Indonesia adalah negara dengan tingkat kerawanan bencana yang tingi. Di DIY jumlah bencana mengalami kenaikan signifikan dari tahun 2017-2018. Namun demikian, sekolah beberapa sekolah belum mengimplementasikan siaga bencana dan bahkan ada yang tidak memiliki kebijakan sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan sekolah untuk mewujudkan budaya siaga bencana di SMK Muhammadiyan Pakem dan SMAN 1 Pundong. Data dikumpulkan melalui FGD dan dianalisis menggunakan model interaktif. Hasilnya menunjukkan bahwa SMK Muhammadiyah Pakem adalah Sekolah Siaga Bencana yang memiliki kebijakan lebih komprehensif daripada SMAN 1 Pundong ditinjau dari sosialisasi, simulasi, kerjasama, pengintegrasian kesiapsiagaan bencana dalam program pembelajaran, serta ketersediaan fasilitas siaga bencana. Lancarnya implementasi kebijakan siaga bencana didukung oleh guru yang berberan sebagai leading implementor karena menjadi penggerak kultur siaga bencana. Beberapa kendala juga ditemui dari kedua sekolah seperti siswa yang kurang serius ketika simulasi bencana dan terbatasnya pendanaan untuk menyiapkan fasilitas tahan bencana.AbstractIndonesia is a country with a high level of disaster vulnerability. In DIY the number of disasters has increased significantly from 2017-2018. However, some schools have not implemented disaster preparedness and the others do not have their own policies. This study aims to analyze school policies to create a culture of disaster preparedness at Muhammadiyan Pakem Vocational High School and Pundong 1 High School. Data was collected through FGDs and analyzed using interactive models. The results show that Muhammadiyah Vocational School Pakem is a Disaster Preparedness School that has a more comprehensive policy than SMAN 1 Pundong in terms of socialization, simulation, cooperation, integration of disaster preparedness in learning programs, and the availability of disaster preparedness facilities. The smooth implementation of disaster preparedness policies is supported by teachers who play the role of leading implementors because they are the drivers of disaster preparedness culture. Some obstacles were also encountered from the two schools such as students who were less serious when simulating a disaster and limited funding to prepare disaster-resistant facilities.


Author(s):  
Alfi Suciyati

Finlandia sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik, telah menjadi rujukan bagi pelaksanaan pendidikan negara-negara di dunia. Indonesia sebagai negara yang terus berusaha dalam perbaikan kualitas pendidikan, perlu mempelajari apa saja strategi pendidikan di Finlandia  dan memilah-milah mana yang sesuai dengan situasi kondisi di Indonesia dan mana yang tidak.  Tujuan penulisan ini untuk mengungkap bagaimana detail pembelajaran di Finlandia dan kemungkinan penerapannya di Indonesia, dengan acuan utama buku karangan Timothy D. Walker yang berjudul Teach Like Finland, 33 Simple Strategies for Joyfull Classrooms. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1). strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang sudah banyak diterapkan di sekolah Indonesia, yaitu; masuk ke alam liar, merekrut tim kesejahteraan, mengejar mimpi kelas, menggunakan buku pegangan, menggunakan teknologi, dan memasukkan musik, 2). strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang dapat diterapkan di sekolah Indonesia yaitu; belajar sambil bergerak, recharge sepulang sekolah, mengenal setiap anak, bermain dengan murid, menghapus bullying dengan program tertentu, berkawan, mulai dengan kebebasan, membuat rencana pembelajaran bersama siswa, dan mengajarkan hal-hal mendasar dan, 3). strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang sulit diterapkan di sekolah Indonesia yaitu; jadwal istirahat otak.


Author(s):  
Muhammad Fendrik

Penelitian ini dilatarbelakangi dari pentingnya pembelajaran matematika untuk melatih berpikir matematis terhadap perkembangan psikososial berbasis Taksonomi Bloom bagi siswa sekolah dasar. Hal ini terlihat dari asumsi guru di lapangan, yakni bahwa siswa dikatakan telah mengusai materi yang diberikan bila telah memperoleh nilai yang baik dari suatu tes. Ditambah dari beberapa survei Internasional seperti WEF, TIMSS, dan PISA yang menyebutkan bahwa capaian pembelajaran matematika anak-anak Indonesia masih jauh dari kata yang menggembirakan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan memilah-milah sumber referensi yang terkait untuk dapat dikaji dan dianalisis secara komprehensif. Hasil dari penelitian ini adalah guru harus memperhatikan tingkatan Taksonomi Bloom yang tepat, termasuk dalam membuat dan menyusun soal yang berguna untuk melatih berpikir matematis dalam kehidupan sehari-hari yang juga harus ditunjang dari lingkungan sosial siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran pembelajaran matematika sekolah dasar.


Author(s):  
Desi Novita Sari ◽  
Chelsea Romaida Panjaitan ◽  
Enny Keristiana Sinaga ◽  
Suhairiani Suhairiani
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Gambar Teknik dengan standart kompetensi menerapkan dasar dasar gambar konstruksi bangunan pada kompetensi menggambar proyeksi orthogonal (MPO) melalui penerapan model pembelajaran Explicit Instruction di kelas XI SMK Negeri 5 Medan. Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian dikemas dalam bentuk siklus 1 pembelajaran menggambar  dasar dasar gambar kontruksi bangunan dan pada siklus II pembelajaran menggambar proyeksi orthogonal (MPO). Subjek penelitian ini peserta didik kelas XI Program keahlian Desain Permodelan dan Informasi Bangunan SMK Negeri 5 Medan yang berjumlah 27 peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi , sedangkan teknik analisis data hasil belajar peserta didik diperoleh dengan menganalisa tingkat ketuntasan peserta didik. Hasil penelitian diperoleh peningkatan hasil belajar peserta didik yaitu dari 24 peserta didik (88,8%) yang lulus pada siklus I menjadi 27 peserta didik (100% ) yang lulus pada siklus II. Berdasarkan pengamatan aktivitas peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dapat menuntun peserta didik lebih aktif dalam belajar dan menambah tanggung jawab dan kemandirian dalam diri peserta didik. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dikelas XI Program Keahlian Desain Permodelan dan Informasi Bangunan pada mata pelajaran Gambar Teknik dengan standart kompetensi dasar-dasar gambar konstruksi bangunan dan kompetensi dasar menggambar proyeksi orthogonal pada SMK Negeri 5 Medan Tahun Ajaran 2016-2017 membuktikan peningkatan hasil belajar peserta didik yang siqnifikan.


Author(s):  
Fajar Sidik

Tulisan ini bertujuan menjelaskan problem kemiskinan dan kinerja pembangunan sektor pendidikan di Kabupaten Ngawi. Penelitian ini difokuskan untuk mencermati kaitan antara kinerja pemerintah daerah Kabupaten Ngawi, kesejahteraan penduduk dicermati dari dimensi pendidikan, dan dampak pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kinerja pembangunan sektor pendidikan tahun 2016-2018 belum mampu optimal dalam mencapai target yang direncanakan dan menyebabkan rendahnya kualitas kesejahteraan (pendidikan) yang diterima penduduk miskin. Kualitas kesejahteraan (pendidikan) yang masih rendah telah berkontribusi terhadap persoalan pengangguran yang terjadi saat ini. Isu strategis yang perlu segera direspon dan ditindaklanjuti, antara lain; (1) meningkatkan akses pendidikan, (2) meningkatkan pemberantasan buta huruf, dan (3) menjalin kerjasama dengan Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.AbstractThis paper aims to explain the problem of poverty and the performance of development in the education sector in Ngawi Regency. This research is focused on examining the link between the performance of the local government of Ngawi Regency, the welfare of the population being examined from the educational dimension, and the impact of education. This research uses the library method. The results showed that the results of the education sector development performance in 2016-2018 were not able to be optimal in achieving the planned targets and caused the low quality of welfare (education) received by the poor. The low quality of welfare (education) has contributed to the current unemployment problem. Strategic issues that need to be immediately responded and acted upon include; (1) increasing access to education, (2) increasing illiteracy eradication, and (3) establishing cooperation with the Province of East Java to improve the quality of vocational high school graduates. 


Author(s):  
Depi Oktasari ◽  
Dian Aulia ◽  
Jumadi Jumadi ◽  
Zera Nadiah Ferty ◽  
Ismet Ismet ◽  
...  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presepsi mahasiswa calon guru fisika terhadap penggunaan PhET Colorado dalam memfasilitasi kemampuan representasi visual mereka dalam pembalajaran fisika. Adapun jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian merupakan mahasiswa magister pendidikan fisika Universitas Negeri Yogyakarta semester pertama tahun ajaran 2017/2018. Hasil penelitian dari 20 responden  menunjukkan bahwa 50% responden sangat tertarik menggunakan  PhET Colorado, dengan persepsi mahasiswa terhadap kemampuan representasi visual menggunakan PhET Colorado sebesar 85%, penggunaan PhET Colorado dianggap siswa mampu memfasilitasi kemampuan representasi visual mereka dalam pembelajaran fisika.  AbstractThe demands of 21st century skills highlighted the importance of cooperation between teachers and students to achieve the expected skill. Pedagogical knowledge of teachers in teaching and technology into things that need to be developed. Pedagogic ability of teachers in the use of technology can be a potential to develop students' abilities argument. This study aims to develop students' ability argumentation through pedagogical knowledge of teachers in using technology. The technology used is the result of the development of student worksheets 3D PageFlipp Impulse and Momentum material. The purpose of this study to look at the ability of students through the application of scientific argumentation (Technological Pedagogic Knowledge) TPK teachers in the classroom. This research is descriptive research. The data collection capability student argumentation performed by administering a written test. The subjects were students of class X at SMAN 1 Yogyakarta Prambanan. Rate scientific argumentation ability of students refers to Toulmin Argumentation Pattern (TAP). The results showed that the complexity of argumentation ability of students still at low level . These results suggest that the ability of the student arguments need to be improved.


Author(s):  
Choirul Annisa

Kajian ini bertujuan mengidentifikasi karakter yang ada dalam pembelajaran matematika dan menganalisis metakognitif siswa saat belajar matematika dikaitkan dengan teori neurosains sehingga pembelajaran di sekolah dapat diterima dan diikuti siswa sesuai dengan cara kerja otak mereka, serta terciptanya generasi yang berkarakter. Metode yang digunakan pada kajian ini adalah studi literature dengan cara menguraikan, merangkum dan mengkonstruk gagasan dari beberapa sumber baik berupa teori maupun hasil penelitian yang relevan. Dari hasil kajian ini didapatkan bahwa terdapat beberapa hal yang mendukung proses metakognitif sebagai pedoman pengelolaan pembelajaran di kelas diantaranya; (1) kontrol emosi, dengan menciptkan suasana emosi senang, (2) kontrol kognitif, dengan memilih metode yang mendukung kinerja otak, dan (3) kontrol motorik, dengan melibatkan gerak fisik dalam proses pembelajaran, (4) keterampilan metakognitif mendorong siswa untuk melakukan semua tindakan pembelajaran tanpa rasa takut disalahkan oleh orang dewasa di sekitarnya. AbstractThis study aims to identify the characters that exist in mathematics learning and analyze the metacognitive students when learning mathematics is associated with the theory of neuroscience so that learning in schools can be accepted and followed by students in accordance with the workings of their brains, and the creation of generations with character. The method used in this study is a literature study by outlining, summarizing and constructing ideas from several sources in the form of theories and relevant research results. From the results of this study it was found that there are several things that support the metacognitive process as a guideline for managing classroom learning including; (1) emotional control, by creating a happy emotional atmosphere, (2) cognitive control, by choosing methods that support brain performance, and (3) motor control, by involving physical motion in the learning process, (4) metacognitive skills encourage students to do all fearless learning actions are blamed by the surrounding adults


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 70-79
Author(s):  
Miftahus Sa'adah

Perubahan zaman menuju era globalisasi menuntut dunia pendidikan untuk berkiprah secara aktif mempersiapkan generasi muda dalam menyongsong tantangan zaman. Kerangka pendidikan yang selama ini diterapkan juga harus beradaptasi dengan tuntutan zaman. Dalam menghadapi tantangan ini, sejumlah Negara telah menginisiasi diberlakukannya reformasi pendidikan. Artikel ini membahas tentang program-program refomasi pendidikan di dua Negara dengan latar belakang dan kondisi serta ideologi yang berbeda yaitu  Singapura dan Indonesia. Diantara program refomasi pendidikan di Singapura adalah Teach less, Learn More; Thinking School, Learning Nation, dan School Excellent Model. Sedangkan kebijakan refeormasi pendidikan di Indonesia diantaranya diselenggarakan dengan desentralisasi pendidikan dalam kerangka manajemen berbasis sekolah, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013, serta program sertifikasi guru. Dari hasil pembahasan, dapat diketahui bahwa Singapura telah berhasil menyelenggarakan reformasi pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari kualitas pendidikan Singapura yang masuk dalam ranking teratas Negara-negara dengan pencapaian standar pendidikan internasional. Sementara itu, Indonesia nampak masih harus berjuang untuk mencapai tujuan reformasi pendidikan. Hasil implementasi pendidikan yang berbeda di kedua Negara ini tentu dikarenakan perbedaan latar belakang, serta kondisi sosial, ekonomi, politik budaya dan geografis kedua Negara tersebut. Dengan demikian, dapat  disimpulkan bahwa banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan penyelengaraan reformasi pendidikan di sebuah Negara.  AbstractGlobalization requires education to actively take part in preparing the young generation to face the challenges. The educational framework which has been implemented should also adapt to the existing new challenges. To deal with this, a number of countries have initiated the implementation of educational reform. This article discusses educational reformation programs conducted in two countries which have a different background as well as different ideology, social, economic, political, and geographical circumstances i.e., Singapore and Indonesia. Some of the main educational reform agendas in Singapore are Teach less, Learn More; Thinking School, Learning Nation, and School Excellent Model. Meanwhile, educational reform programs in Indonesia are conducted through educational decentralization within the framework of school-based management, School-level Curriculum, and the 2013 curriculum and teacher certification. It can be understood that Singapore has succeeded in conducting educational reform. This can be seen from the quality of Singapore's education which has been ranked high in achieving the benchmark of international education standard. Meanwhile, Indonesia still needs to struggle to achieve the desired outcomes of educational reform agendas. The differing result of educational reform revealed in these two countries resulted from different backgrounds of the countries. Thus, it can be concluded that there are a number of factors influencing the success of educational reform agendas in a country.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document