PHARMACY Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

92
(FIVE YEARS 60)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Lembaga Publikasi Ilmiah Dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

2579-910x, 1693-3591

Author(s):  
Trie Yuni Elfasyari ◽  
Mutia Amelia Putri ◽  
Regina Andayani
Keyword(s):  

Zat warna rhodamin B adalah bahan pewarna yang dilarang penggunaannya dalam sediaan lipstik karena memiliki potensi karsinogenik dan merusak organ hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif zat rhodamin B dalam sediaan lipstik impor yang beredar di Pasar Kota Batam. Metode yang digunakan adalah kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi senyawa rhodamin B dengan menghitung nilai Rf dari fluoresensi bercak di bawah sinar ultraviolet. Penentuan kadar rhodamin B dilakukan dengan alat spektrofotometer UV-visibel dengan mengukur absorban pada panjang gelombang maksimum 548,5 nm. Konsentrasi larutan baku standar rhodamin B adalah 0,8; 1,2; 1,6; 2,0; dan 2,4 µg/mL. Didapatkan persamaan kurva y=0,0128+0,276x dengan r=0,9999. Hasil analisis kualitatif dari 15 merek sampel lipstik didapatkan dua merek lipstik yang teridentifikasi positif rhodamin B yaitu lipstik I dengan Rf 0,78 dan lipstik L dengan nilai Rf 0,77. Penentuan kadar rhodamin B dari masing-masing lipstik didapatkan kadar sebesar 73,225 µg/g pada lipstik I dan 92,61 µg/g pada lipstik L.  


Author(s):  
Havizur Rahman ◽  
Putri Maya Sari ◽  
Indri Maharini ◽  
Bilia Ayu Septiana
Keyword(s):  

Peningkatan konsumsi akohol, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), dan diet yang keliru menjadi penyebab meningkatnya penyakit tukak lambung (ulkus peptikum) di seluruh dunia. Penggunaan obat sintetis jangka panjang sering menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Belut diketahui memiliki kadar protein yang tinggi, mirip dengan ikan gabus. Penelitian tentang aktifitas ikan gabus dalam pengobatan luka bakar, luka dalam bekas operasi, serta tukak lambung telah banyak dilakukan. Diperkirakan aktifitas tersebut dipromotori oleh kandungan protein dan asam amino dari ikan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 5 kelompok perlakuan masing-masing 5 ekor tikus. Diperoleh hasil rata-rata titik pendarahan pada kontrol negatif 7,6: kontrol positif 2,6; dosis ekstrak kering belut 100 mg/kgBB sejumlah 4,2; dosis ekstrak kering belut 200 mg/kgBB sejumlah 1; dan dosis ekstrak kering belut 400 mg/kgBB sejumlah 1. Sedangkan rata-rata pH cairan lambung pada kontrol negatif 4,948: kontrol positif 5,182; dosis ekstrak kering belut 100 mg/kgBB 4,224; dosis ekstrak kering belut 200 mg/kgBB 2,888; dan dosis ekstrak kering belut 400 mg/kgBB 4,89. Secara statistik terdapat perbedaan titik pendarahan yang signifikan antara dosis kontrol positif, 100, 200, dan 400 mg/kgBB dengan kontrol negatif. Tidak ditemukan adanya korelasi antara pH dengan timbulnya titik pendarahan, sehingga pH tidak dapat dijadikan parameter terjadinya tukak lambung. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kering belut memiliki aktifitas sebagai pengobatan tukak lambung dengan dosis terbaik pada 200 mg/kgBB.


Author(s):  
Jelly Permatasari ◽  
Disty Aldila Wicaksono ◽  
Medi Andriani

Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah manjadi masalah darurat global. HIV merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan seumur hidup. Infeksi yang disebabkan oleh HIV ini dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan infeksi oprtunistik pada penderita. Infeksi opurtunistik tersebut dapat memperpanjang lama rawatan pada penderita, sehingga menambah biaya pengobatan HIV. Penelitian ini  merupakan studi farmakoekonomi. Sampel diperoleh dari data rekam medis pasien HIV rawat inap tahun 2017-2018 yang memenuhui kriteria inklusi yang diambil secara  purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 24 orang. Persentase kelompok usia pasien 17-25, 26-35, 36-45, dan 46-55 tahun masing-masing sebesar 33,33; 33,33; 29,17; dan 4,17%. Persentase jenis kelamin laki-laki dan perempuan masing-masing 54,17 dan 45,83%. Pekerjaan pasien meliputi wiraswasta (41,67%), IRT (41,67%), petani (8,33%), pegawai swasta (8,33%). Persentase lama rawatan <9 hari dan >9 hari masing-masing sebesar 83,33 dan 16,67%. Antiretroviral (ARV) yang digunakan adalah atripla (EFV 600 mg, AZT 300 mg, TDF 300 mg) dan T/H/A (kombinasi TDF 300 mg, hiviral/lamivudine 150 mg, dan aluvia (lopinavir/ritonavir 200 mg/50 mg)), yaitu sebesar 66,67 dan 33,33%. Rata-rata biaya medis langsung atripla sebesar Rp1.547.713,00, sedangkan pada T/H/A sejumlah Rp2.962.642,00. Persentase efektifitas atripla adalah 87,5%, sedangkan T/H/A sebesar 75%. Nilai incremental cost-effectiveness ratio (ICER) sebesar -113.194,32. Analisis efektifitas biaya penggunaan ARV pada pasien rawat inap di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi pada tahun 2017-2018 menunjukkan bahwa atripla merupakan ARV yang paling efektif secara biaya dan outcome (lama rawat).


Author(s):  
Rasmala Dewi ◽  
Rasmala Dewi ◽  
Deny Sutrisno ◽  
Deny Sutrisno ◽  
Fhatia Medina

Prevalensi penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) tahun 2018 di Provinsi Jambi sebesar 5,5%. Hal ini berdampak pada meningkatnya kunjungan berobat ke Puskesmas dan penggunaan obat, salah satunya antibiotik. Hasil survey di Puskesmas Olak Kemang, Kota Jambi menunjukkan masih ada ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik pada penderita ISPA, khususnya pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik demografi, pola, dan kerasionalan penggunaan antibiotik pada anak di Puskesmas Olak Kemang, Kota Jambi Tahun 2018. Sampel dalam penelitian yaitu anak berusia 5-11 tahun, yang didapat dari data register harian dan data sekunder berupa rekam medik dan resep obat. Pengambilan data secara retrospektif, dan data dianalisis dengan kriteria kerasionalan penggunaan obat yang disesuaikan dengan acuan Pharmaceutical Care untuk infeksi saluran pernapasan. Terdapat 70 kasus anak yang didiagnosis ISPA, dengan penggunaan antibiotik terbesar berupa amoksisilin (88,5%). Kerasionalan penggunaan antibiotik, meliputi parameter ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan obat, ketepatan dosis berdasarkan frekuensi pemberian, dan durasi pemberian, masing-masing dengan skor 100; 98,5; 54,2; 48,5; dan 1,4%. Dapat disimpulkan bahwa kerasionalan penggunaan antibiotik pada anak di Puskesmas Olak Kemang, Kota Jambi untuk diagnosis ISPA, dari empat parameter ketepatan hanya ketepatan indikasi yang dinilai sudah rasional.


Author(s):  
Indah Asridawati ◽  
Santi Perawati ◽  
Yulianis Yulianis
Keyword(s):  

Suku Anak Dalam (SAD) merupakan suku minoritas yang mendiami kawasan hutan di Provinsi Jambi. SAD memiliki tradisi pengobatan untuk berbagai penyakit yang diwariskan dari leluhur dengan memanfaatkan sumber bahan alam yang ada. Studi ini bertujuan untuk mengetahui sumber bahan alam yang ada di daerah SAD dan kegunaan bahan alam tersebut untuk tujuan pengobatan berbagai jenis penyakit. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif dan teknik pengambilan sampel snowball sampling terhadap dua orang informan yaitu Tumenggung Bujang Kabut dan Menti selaku dukun yang mengetahui pengobatan SAD melalui wawancara open-ended interview mengenai sumber bahan alam yang ada di Desa Semambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit yang sering dialami SAD adalah demam, gatal-gatal, cacingan, buang air besar (BAB) berdarah, batuk, flu, sakit gigi, sesak nafas, sakit perut, dan perawatan pasca melahirkan. Bagian bahan alam yang digunakan meliputi daun, buah, batang, akar, kulit, biji, empedu, daging, taring, dan lemak. Metode pengolahan yang digunakan antara lain direbus, ditumbuk, dibakar, dan diperas. Sedangkan penggunaan dilakukan dengan cara diminum, dimakan, dioles, ditempel, dan digosok. Sumber bahan alam yang digunakan di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi untuk pengobatan terdiri dari 27 spesies, yaitu 22 spesies tumbuhan dan lima spesies hewan. Penyakit yang paling sering diobati dengan bahan alam yaitu penyakit kulit (gatal-gatal). Bagian tanaman yang paling banyak digunakan adalah daun dan cara pengolahan yang paling sering dilakukan yaitu dengan cara ditumbuk dan direbus.


Author(s):  
Fitri Kurniasari ◽  
Jena Hayu Widyasti

Inflamasi merupakan respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologi. Salah satu bahan alam yang memiliki khasiat antiinflamasi adalah minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M.Perry). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas minyak atsiri daun cengkeh, formulasi gel minyak atsiri, serta uji sifat fisik dan uji iritasinya. Minyak atsiri diperoleh dengan destilasi uap dan air. Minyak atsiri yang didapat digunakan dalam sediaan gel dengan konsentrasi hidroksipropil metilselulose (HPMC) 3% (FI), HPMC 3% dan  minyak atsiri 6% (FII), HPMC 6% (FIII), HPMC 6% dan minyak atsiri 6% (FIV), HPMC 10% (FV), serta HPMC 10% dan minyak atsiri 6% (FVI). Pengamatan terhadap gel meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, uji daya lekat, dan uji daya sebar. Gel  yang telah diuji sifat fisiknya, dievaluasi iritasinya terhadap kulit dengan metode Draize test. Data hasil pengujian dianalisis statistik dengan ANAVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil minyak atsiri daun cengkeh yaitu berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas daun cengkeh dengan nilai rendemen sebesar 1,6%, indeks bias sebesar 1,525, dan bobot jenis sebesar 1,02. Gel daun cengkeh memenuhi standar kualitas gel  yaitu homogenitas, daya sebar,  pH, dan daya lekat. Analisis statistik  terhadap masing-masing percobaan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil percobaan terhadap uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan gel tidak menimbulkan iritasi pada kulit marmut.


Author(s):  
Zainur Rahman Hakim ◽  
Puteri Khazizah Isnaini ◽  
Erza Genatrika

Angka kejadian kanker kulit yang dijumpai di Indonesia cukup tinggi sekitar 5,9-7,8%. Salah satu penyebabnya adalah paparan sinar UV berlebihan pada kulit. Dengan demikian diperlukan adanya suatu produk yang dapat melindungi kulit dari bahaya sinar UV. Pada penelitian terdahulu buah jamblang dilaporkan memiliki nilai faktor perlindungan terhadap matahari (sun protection factor/SPF) yaitu 2,278±0,25% yang berpotensi untuk dibuat sediaan tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula losion ekstrak buah jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) yang kemudian diuji karakteristik fisik dan efektivitas tabir surya dari produk tersebut. Buah jamblang kering dihaluskan dan diayak pada 40/60 mesh sehingga didapatkan serbuk simplisia dan dihitung rendemennya. Sebanyak 100 g serbuk diekstraksi dengan metode remaserasi dalam pelarut etanol 70% selama 3x24 jam dan ditambahkan secukupnya HCl 37% hingga pH 1. Maserat kemudian disaring dan dipekatkan dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental. Formulasi losion ekstrak buah jamblang dibuat dengan metode continental. Dilakukan pengujian terhadap sifat fisik losion meliputi organoleptis, homogenitas, viskositas, daya sebar, dan kemampuan tabir surya. Rendemen ekstrak buah jamblang sebesar 18,10%. Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan warna ekstrak merah keunguan yang menunjukkan adanya antosianin pada lempeng KLT dengan hRf 16 dan berwarna mauve. Formula losion yang dihasilkan homogen dengan pH 6-7 dan viskositas 5460-4840 cP. Daya sebar dan daya lekat belum memenuhi persyaratan yaitu >7. Nilai SPF dari ekstrak buah jamblang menurun setelah dibuat sediaan losion.


Author(s):  
Deni Anggraini ◽  
Syarifah Merlina
Keyword(s):  

Penyimpanan obat yang baik  penting untuk menjaga persediaan obat agar terhindar dari kerusakan, kadaluwarsa, dan untuk menjaga mutu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian sistem penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan 5 indikator penyimpanan obat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif dari bulan Januari sampai Desember 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter sistem penataan gudang dan parameter kesesuaian antara obat dengan kartu stok hasilnya kategori sangat baik. Persentase nilai obat rusak dan kadaluwarsa memenuhi persyaratan yaitu <1% (0,33%). nilai Turn Over Ratio (TOR) 0,85 kali, dan persentase stok mati 2,78% belum memenuhi persyaratan (0%).


Author(s):  
Framesti Frisma Sriarumtias ◽  
Muhammad Egi Ardian ◽  
Aji Najihudin

Sejak dahulu, nenek moyang bangsa Indonesia banyak memanfaatkan tanaman sebagai obat-obatan, salah satunya sebagai obat antiinflamasi. Obat antiinflamasi bisa bersumber dari bahan sintetik maupun bahan alam. Salah satu bahan alam yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi adalah jeruk manis (Citrus x aurantium L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun jeruk manis sebagai antiinflamasi. Daun jeruk manis diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% selama 3 hari. Ekstrak yang telah dihasilkan kemudian diuji aktivitas antiinflamasi dengan variasi dosis masing-masing sebesar 100, 150, dan 200 mg/kg BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis efektif ekstrak daun jeruk manis sebagai antiinflamasi yaitu 100 mg/kg BB dengan rata-rata persen inhibisi sebesar 61,54%. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun jeruk manis memiliki efek antiinflamasi. 


Author(s):  
Rizka Dwi Rahmitasari ◽  
Dewi Suryani ◽  
Nisa Isneni Hanifa

Peningkatan kasus resistensi bakteri Salmonella typhi terhadap antibiotik mendorong penelitian tentang pemanfaatan bahan alam sebagai antibakteri alternatif. Juwet (Syzygium cumini (L) Skeels) telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri karena mengandung fenol, flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun juwet terhadap Salmonella typhi isolat klinis. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan kelompok uji ekstrak etanol daun juwet (variasi konsentrasi 25, 50, 100, dan 200 mg/mL), kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol negatif (DMSO 10%). Aktivitas antibakteri ekstrak daun juwet ditentukan berdasarkan diameter zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM), yang masing-masing dilakukan dengan metode difusi sumuran, dilusi padat, dan dilusi padat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun juwet memiliki daya hambat yang kuat terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi (p<0,05). Zona hambat terbesar ditunjukkan oleh konsentrasi 200 mg/mL dengan diameter sebesar 19,33 mm. Nilai KHM dan KBM ekstrak etanol daun juwet berturut-turut sebesar 25 dan 100 mg/mL.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document