rotary evaporator
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

137
(FIVE YEARS 52)

H-INDEX

6
(FIVE YEARS 1)

Heliyon ◽  
2022 ◽  
pp. e08769
Author(s):  
Pattaraporn Suttaphakdee ◽  
Sutasinee Neramittagapong ◽  
Somnuk Theerakulpisut ◽  
Arthit Neramittagapong ◽  
Tinnakorn Kumsaen ◽  
...  

Author(s):  
Rosalina Rosalina ◽  
Ferry Ikhsandy ◽  
Agung Kurnia Yahya ◽  
Hibrah Hibrah

Nagari Sikucua, Kampung Dalam Subdistrict, Padang Pariaman produces nearly 800 tons of fragrant areca nut every year which is sent to Jambi to meet export needs. Areca nut contains tannins, substances that have many benefits, some of which are anti-inflammatory, corrosion inhibitors, antioxidants. This study aims to obtain tannins in areca nut extract through a kinetic maceration process with pre-treatment with ultrasonic irradiation wave. The dried areca nut was ground and sieved with various sizes of 20, 40 and 70 mesh and then extracted with ethanol as solvent. The concentration of ethanol used consisted of 35%, 50%, 65% and 80%. Ultrasonic irradiation waves were given for the initial 15 minutes of maceration and then continued with kinetic maceration for up to 4 hours in a water bath at 45°C. The extraction results were concentrated in a rotary evaporator and then tested for tannin levels using Follin Denish reagent in the standard series of tannic acid as a comparison with spectrophotometer UV-Vis. The highest yield of tannin content 11.10% was obtained in the 4-hour maceration process with pre-treatment ultrasonic irradiation at concentration of 80% ethanol with a size of 40 mesh.


2021 ◽  
Vol 1 (12) ◽  
Author(s):  
Nurul A’fiyah Salsabila ◽  
Sri Utami ◽  
Arsyad Arsyad

Latar Belakang: Senyawa radikal bebas sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari yang dapat berdampak buruk terhadap kulit. Antioksidan dibutuhkan untuk meredam senyawa radikal bebas terhadap kulit. Buah delima merah merupakan buah yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan antoksidan berupa flavonoida, asam fenolat dan tanin. Penuaan kulit dapat dicegah dengan menggunakan masker wajah yang mengandung antioksidan. Tujuan: Mengetahui aktivitas antioksidan pada kulit delima merah dalam bentuk masker wajah bubuk melalui reaksi antara ekstraknya dan mengetahui tinjauannya menurut pandangan Islam terhadap kulit buah delima merah yang diolah menjadi masker wajah dan diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Metode: Kulit delima merah dikeringkan, kemudian digerus dengan blender agar mendapatkan bubuk kulit delima merah. Bubuk kulit delima merah yang telah diperoleh direndam dengan etanol 70%, lalu disaring dan filtratnya dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental yang selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan oven sehingga didapatkan ekstrak bubuk kulit delima merah. Penetapan aktivitas antioksidan ini dilakukan melalui pendekatan pengukurannya terhadap ekstraknya karena masker wajah yang merupakan bubuk kulit delima merah tidak dapat ditetapkan dengan metode DPPH. Hasil: Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan nilai IC50 pada kulit delima merah yang dijadikan masker wajah bubuk mempunyai nilai IC­­50 sebesar 8,33 ppm sedangkan asam askorbat sebagai kontrol positif memiliki nilai IC­­50 sebesar 2,98 ppm. Kesimpulan: Ekstrak kulit delima merah mempunyai aktivitas antioksidan dan termasuk kategori antioksidan yang sangat kuat dan penelitian ini sejalan dengan perintah Allah SWT yang menyarankan umatnya untuk menjaga kesehatan dan kecantikan diri.


2021 ◽  
Vol 22 (2) ◽  
Author(s):  
Farida Aryani

Daun bandotan (Ageratum conyzoides Lin) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional daun bandotan mempunyai berbagai khasiat, salah satunya sebagai antibakteri Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek antibakteri ekstrak daun bandotan terhadap pertumbuhan bakteri Propionumbacterium acnes, Escherichia coli, dan Streptococcus mutan. Simplisia daun bandotan diekstrak menggunakan etanol pada suhu kamar, kemudian dilakukan pemekatan ekstrak menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar. Analisis fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder yang meliputi flavonoid, alkaloid, tanin, saponin terpenoid dan steroid. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 100, 200, 400, dan 600 µg/well untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum. Chlorampenicol digunakan sebagai kontrol positif dan aseton sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian dinyatakan bahwa ekstrak daun bandotan mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, saponin, tannin, dan steroid. Sedang alkaloid dan terpenoid tidak terdeteksi. Hasil pengujian aktivitas antibakteri eksrak etanol daun bandotan berpotensi sebagai bahan antibakteri dengan KHM pada E.coli antara100-200 µg/well dan pada P. acne dan S. Sobrinus di bawah 100 µg/well.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 68-73
Author(s):  
Elfia Neswita

Sabun merupakan hasil reaksi saponifikasi/penyabunan dari suatu basa (NaOH/KOH) dengan asam lemak. Minyak minyak jelantah adalah minyak limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan evaluasi fisik formulasi sediaan sabun padat ekstrak daun bawang dengan minyak jelantah dan formulasi sediaan sabun padat ekstrak daun bawang dengan minyak goreng sawit kemasan. Metode penelitian yang digunakan adalah esperimental, pembuatan ekstrak daun bawang menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator. Evaluasi sediaan menggunakan uji organoleptis, homogenitas, pH, dan iritasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan berwarna putih kekuningan sampai hijau tua, bertekstur padat dan beraroma mint, homogen, pH yang dihasilkan sediaan sabun ini adalah kisaran 10,1 hingga 10,5. Sabun yang dihasilkan tidak terjadi iritasi, tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau. Berdasarkan evaluasi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pHuji iritasi, dan uji iritasi sabun padat ektstrak daun bawang dengan minyak jelantah sama baiknya dengan formulasi sabun padat ekstrak daun bawang dengan minyak goreng sawit dan memenuhi persyaratan sabun padat yang baik. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti uji stabilitas busa, uji kadar air, uji hedonic, uji cycling, pH cycling, uji efektifitas anti bakteri sediaan sabun padat ekstrak daun bawang (Allium fistulosum) terhadap penguijian antibakteri.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 168-178
Author(s):  
Husna Jaida ◽  
Zakir Sabara ◽  
Syamsuddin Yani

Seiring perkembangan industri di Indonesia, maka pencemaran oleh industri pun mengalami peningkatan secara tajam. Bahan pencemar dapat berupa bahan mikrobiologi maupun kimia. Penelitian Ini bertujuan Untuk mengatahui pengaruh konsentrasi ekstrak kulit buah kakao (Theobroma Cacao L) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia Coli dan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi biosorben kulit buah kakao terhadap penurunan Logam Cd dalam Air. Ekstrak kulit buah kakao diperoleh dari proses ektraksi dengan metode maserasi dan pelarut etanol 96%, kemudian dipekatkan dengan alat rotary evaporator. Ekstrak kulit buah kakao mampu menghambat pertumbuhan bakteri yaitu pada uji anti bakteri masing-masing ekstrak dengan konsentrasi 0%, 25%, 50% dan 75% menghasilkan zona hambat 0 mm, 9 mm, 13 mm dan 22 mm. Semakin besar konsentrasi ekstrak yang dikontakkan pada bakteri E.coli, maka semakin besar pula daya hambat terhadap bakteri E.Coli. Biosorben kulit buah kakao diaktivasi dengan HNO3 0,6 N. Biosorben dengan massa 1 gram, 5 gram dan 10 gram mampu menyerap Cd pada limbah yaitu masing-masing menyerap sebesar 0,5875 mg/L, 2,3038 mg/L dan 2,6183 mg/L dari konsentrasi awal limbah yaitu 3,4250 mg/L. Efektifitas penyerapan yaitu sebesar 17,15%, 67,26% dan 76,45%. Semakin besar konsentrasi ekstrak kulit buah kakao, maka semakin besar pula daya serap terhadap logam Cd yang terkandung dalam air.


2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
Author(s):  
Wartono ◽  
Mazmir ◽  
Farida Aryani

Kulit buah jengkol merupakan limbah yang biasanya berada di tempat-tempat seperti pasar tradisional yang sampai saat ini belum ada pemanfaatannya secara khusus. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui manfaat dan kandungan-kandungan dari limbah kulit buah jengkol tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan pada kulit buah jengkol (Pithecellobium jiringga). Kulit jengkol diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol pada suhu kamar, kemudian dilakukan pemekatan ekstrak menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar. Analisis fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder yang meliputi flavonoid, alkaloid, tanin, saponin triterpenoid dan steroid. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dilakukan dengan variasi konsentrasi 3.12; 6.25; 12.5; 25; 50 ppm untuk  menghitung nilai IC50 yaitu konsentrasi contoh uji yang mampu menghambat 50% radikal bebas dimana DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl) digunakan sebagai radikal bebas. Hasil penelitian menunjukkan kulit buah jengkol memiliki kandungan fitokimia yaitu saponin, flavonoid, tanin, triterpenoid, alkaloid dan memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong kategori kuat dengan nilai IC50 29.24 ppm. Sebagai kontrol positif digunakan Ascorbic Acid dengan nilai IC50 2.8 ppm.


BIOSCIENTIAE ◽  
2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Miaranty Archi ◽  
Evi Mintowati Kuntorini ◽  
Rusmiati Rusmiati

Grayak caterpillar is a pest that always attacks the crops of horticultural and vegetables in Indonesia every growing season that causes farmers to experience crop failure. Kepayang plants contains some secondary metabolite compounds including high glycocyanide acid in each part of the plant. The purpose of this study was to determine the effect and optimal dosage of kepayang leaf extract as a vegetable pesticide on grayak caterpillar mortality. This research used Non-Factorial Randomized Complete Random Design (RCRD) with four treatments in two observation times and each treatment there were three replications. The extraction was done by maceration method using aceton p.a and thickened using rotary evaporator. Mustard as grayak caterpillar feed is dipped in kepayang leaf extract with three dose levels of 1.5gr / L, 1.75gr / L, and 2gr / L is observed for 72 hours and 96 hours. The results showed that pepper leaf extract had an effect on mortality of grayak caterpillar. Variant dose of pepper leaf extract (1.5gr / L, 1.75gr / L, and 2gr / L) in this study have the same cidal effect on grayak caterpillar.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 11
Author(s):  
Wajilan Wajilan ◽  
Andrian Fernandes ◽  
Arif Wahyudianto

Pembuatan inhibitor dalam bentuk ekstrak pekat dari bahan organik pada skala lab telah banyak dilakukan, namun percobaan dalam skala aplikasi yang lebih besar jarang dilakukan. Bahan organik pembuatan ekstrak pekat dapat menggunakan daun bakau (<em>Rhizopora mucronata</em>) banyak ditemukan di daerah mangrove. Penelitian bertujuan untuk membandingkan proses pembuatan inhibitor berupa ekstrak pekat dari daun bakau skala lab dengan skala aplikasi yang lebih besar terkait waktu pemekatan, daya listrik yang digunakan, sifat fisik (berat jenis dan sifat warna), sifat fitokimia (alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin) dari ekstrak pekat yang dihasilkan. Pada skala lab, 500 gram daun kering bakau, dilarutkan dalam 500 ml etanol 96%, setelah 2 hari filtrate disaring dan dipekatkan hingga menjadi 10 ml menggunakan rotary evaporator. Pada skala aplikasi 20 kali lebih besar dari skala lab dan proses pemekatan menggunakan kipas angin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan 10 ml ekstrak pekat skala lab menggunakan rotary evaporator memerlukan waktu 4 jam, dengan menghabiskan daya listrik sebesar 10,4 KWH. Ekstrak pekat memiliki berat jenis 0,958 dan sifat warna L* = 2,8, a* = 6,6 dan b* = 3,2. Sedangkan proses pembuatan 200 ml ekstrak pekat skala aplikasi yang lebih besar yang menggunakan kipas angin memerlukan waktu 72 jam, dengan menghabiskan daya listrik sebesar 3,6 KWH. Ekstrak pekat memiliki berat jenis 0,965 dan sifat warna L* = 6,8, a* = 17,4 dan b* = 8,8. Kedua cara ekstraksi memiliki komponen fitokimia yang sama, yaitu flavonoid, saponin dan tannin.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 561-567
Author(s):  
Eko Kusumawati ◽  
Rudy Agung Nugroho ◽  
Retno Aryani ◽  
Hetty Manurung ◽  
Yanti Puspita Sari

Sebagai salah satu faktor penting dalam pendidikan, guru harus meningkatkan pengetahuan, baik teoritis maupun keterampilan, seperti praktik laboratorium, terutama untuk guru biologi. Berdasarkan hal ini, tujuan program pengabdian masyarakat adalah untuk meningkatkan keterampilan teoritis dan praktis guru biologi SMA. Program pengabdian masyarakat ini diikuti oleh 30 guru dari berbagai SMA di Samarinda. Teori tentang ekstraksi, penyaringan, dan teknik uji antimikrobia dari sumber daya alam dilakukan di ruang kelas, sedangkan penggunaan rotary evaporator, freeze drying, skrining uji fitokimia, dan uji antimikrobia dilakukan di laboratorium yang dibantu oleh teknisi laboratorium. Setelah menerima program pengabdian masyarakat ini, nilai rata-rata kepuasan yang diberikan oleh para guru melalui kuisioner yaitu: (skala 5) sebanyak 49%, baik (skala 4) sebanyak 47%, cukup (nilai skala 3) ) sebesar 5% dan lebih kecil (skala nilai 2) sebesar 1%. Kesimpulan, kegiatan pengabdian ini berjalan dengan baik dan mempunyai manfaat baik bagi guru biologi SMA di Samarinda.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document