Serat Rupa Journal of Design
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

77
(FIVE YEARS 33)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Maranatha Christian University

2477-586x, 2338-3348

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 186-205
Author(s):  
Erica Rachel Budianto ◽  
Yan Yan Sunarya

Kebutuhan rempah-rempah yang sangat besar membuat bangsa Eropa memulai jalur pelayaran ke Asia Tenggara guna mencari langsung sumbernya pada abad ke-15. Namun, sesungguhnya bangsa Tiongkok telah mengetahui jalur rempah ke Asia Tenggara jauh sebelum bangsa Eropa memulai pelayarannya. Pada abad ke-6, para pendatang dari Tiongkok bahkan telah mendirikan pemukiman di pesisir utara pulau Jawa. Fokus dari penelitian ini adalah keterkaitan antara jalur rempah maritim, akulturasi budaya di Pulau Jawa serta pengaruhnya terhadap karakteristik batik Peranakan Tionghoa dari pesisir utara Jawa. Dalam penelitian ini, studi kasus yang diambil adalah batik tulis buketan Oey Soe Tjoen dari Kedungwuni. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, serta menggunakan teori akulturasi dan morfologi estetik dalam menganalisis data. Morfologi estetik digunakan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan karakteristik dari batik buketan Oey Soe Tjoen generasi pertama, kedua dan ketiga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bagi masyarakat mengenai keterkaitan antara jalur rempah maritim dan perkembangan tekstil di Indonesia. Hasil akulturasi yang terwujud dalam batik Peranakan Tionghoa memiliki kontribusi bagi perkembangan kain batik di pesisir utara Jawa. Penelitian ini juga dapat menjadi sumber referensi bagi akademisi, kolektor maupun peminat batik Indonesia untuk mengidentifikasi perbedaan karakteristik batik buketan Oey Soe Tjoen dari generasi pertama, kedua dan ketiga.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 230-253
Author(s):  
Agtha Juliani Purnama Dewi ◽  
Morinta Rosandini

Kain batik gendongan Liong mengalami penurunan minat karena dianggap kuno dan menyebabkan rasa pegal atau sakit pada bahu saat digunakan.  Orang tua zaman sekarang lebih memilih menggunakan gendongan anak modern seperti Mei Tai yang penggunaannya bertopang pada 2 bahu sehingga meminimalisir rasa pegal atau sakit pada bahu, namun di Indonesia saat ini produk gendongan mei tai masih menggunakan motif-motif umum seperti kartun atau bidang geometris dan tidak mengandung unsur budaya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat analisis mendalam dan metode kuantitatif yang bersifat objektif dalam pengumpulan data seperti studi pustaka, observasi, wawancara bersama Certified Babywearing Consultant, dan melakukan eksperimen dengan mengolah motif pada kain batik gendongan Liong. Hasil akhir dari penelitian ini adalah visualisasi merchandise produk yang berisi tentang sedikit informasi mengenai struktur dan makna motif kain batik gendongan Liong sehingga dapat dikenal oleh masyarakat. Lalu adanya olahan motif yang terinspirasi dari kain batik gendongan Liong dengan komposisi dan bentuk yang lebih modern, serta terciptanya produk gendongan Mei Tai yang menerapkan rancangan pengolahan motif yang terinspirasi dari kain batik Liong yang lebih modern.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 166-185
Author(s):  
Mahendra Nur Hadiansyah ◽  
Dessy Fitrah Ramadhani
Keyword(s):  

Peran desain interior dalam sebuah industri kreatif harus memenuhi tiga tujuan yaitu, fungsi, estetika, dan kebutuhan psikologis pengunjung. Pada sebuah kafe, suatu desain dapat dikatakan sukses apabila kafe tersebut ramai pengunjung dan menjadi tren di masyarakat sekitarnya. Salah satu tren kafe saat ini yaitu bertema Korea. Maraknya budaya Korea yang masuk ke dunia internasional yang didukung oleh akses internet dan sosial media pada era globalisasi menghadapkan masyarakat indonesia dengan hallyu wave atau demam Korea melalui aneka hiburan dan informasi. Kafe Chingu yang berada di kota Bandung menggunakan tema Korean street view untuk menarik pengunjung pecinta budaya Korea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses bagaimana elemen interior terbentuk sehingga mampu menggiring persepsi pengunjung kafe Chingu merasakan suasana bertemakan Korean street view. Metode yang diterapkan yaitu metode kualitatif  berupa pengumpulan data melalui survey dan dokumentasi serta forum grup diskusi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa elemen yang mempengaruhi pengunjung dalam merasakan suasana Korean street view yaitu arsitektural rumah tradisional korea, elemen interior seperti mural, signage, neon box dan elemen dekoratif seperti dinding dengan papan bertulis huruf Hangeul,  bunga sakura, dan mesin minuman yang menggambarkan suasana di perkotaan Korea Selatan. Pengunjung dapat merasakan suasana tematik tersebut berdasarkan pengalaman dari menonton acara-acara Korea atau video vlogtraveling di Korea pada internet. Pada dasarnya pembentukan suasana ruang melalui elemen interior pada Kafe Chingu memanfaatkan stereotipe yang hadir di masyarakat tentang Korea. 


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 270-287
Author(s):  
Nadhifia Iryadini R.A ◽  
Gregorius Prasetyo Adhitama
Keyword(s):  

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi tinggi terhadap ancaman bencana alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa jumlah bencana alam yang terjadi selama 2018-2019 mengalami peningkatan. Banyak yang kehilangan rumah, harta benda, serta fasilitas-fasilitas umum. Hal tersebut berdampak langsung terhadap psikologis korban, sehingga dalam kondisi trauma, tempat-tempat berlindung sementara sangat dibutuhkan oleh korban paska bencana. Shelter memiliki peran penting untuk mengurangi resiko kematian dan kerentanan serta memperkuat ketahanan masyarakat. Shelter sementara ditujukan sebagai salah satu upaya pemulihan yang menjembatani masa transisi antara fase tanggap darurat dan masa rekonstruksi selesai dilakukan. Penyediaan shelter sementara diharapkan dapat memperingan penderitaan korban bencana serta  melindungi korban dari bencana dimasa yang akan datang, namun kebutuhan dan hak-hak korban banyak yang tidak terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menghasilkan temuan terkait karakter shelter sementara bagi korban bencana alam dalam memenuhi kebutuhan penghuninya. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan melalui data sekunder. Proses metode analisis data dilakukan dengan cara komparasi setiap aspek yang diteliti dan melihat pola hubungannya kemudian mengaitkan temuan dengan upaya mitigasi bencana. Analisis struktur relasi ruang dilakukan dengan metode analisis Space Syntax. Hasil dari penelitian ini menghasilkan beragam karakter shelter sementara, antara lain adalah aspek jenis dan bentuk, hasil yang ditemukan bahwa terdapat 2 organisasi bentuk yang diterapkan pada shelter sementara yaitu bentuk linear dan bentuk terklaster, ukuran shelter mencukupi kebutuhan kapasitas untuk satu keluarga (4-5 orang), kemudian program ruang yang diterapkan adalah ruang private dan ruang publik, sedangkan pada aspek aksesibilitas, terdapat 3 jenis konfigurasi ruang yang menghasilkan bahwa ruang A (ruang publik) memiliki akses yang mudah dijangkau, material bangunan yang digunakan yaitu material alam dan material bangunan, serta pada sistem konstruksi menggunakan sistem bangunan tahan gempa dan sistem knockdownsehingga dapat dibongkar pasang karena sifatnya sementara.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 206-229
Author(s):  
Minadiah Purba ◽  
Gregorius Prasetyo Adhitama
Keyword(s):  

Mewadahi delapan etnis kebudayaan dengan sejarah yang berbeda-beda, Provinsi Sumatera Utara menyimpan cerita sejarah budaya yang berlimpah, sehingga menjadi penting untuk dapat membangun narasi etnisitas di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Keberadaan tata ruang pamer yang masih berkonsep traditional museum, menjadikan narasi pada ruang pamer kebudayaan di museum ini belum terbangun. Padahal, narasi dapat membangun komunikasi dalam menciptakan pemahaman antara manusia dan koleksi dengan ide cerita yang disampaikan. Tujuan penelitian ini untuk dapat menerapkan interior ruang naratif melalui konteks, konten, skenario, pesan dan pengalaman pengunjung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yang dirangkum dengan pendekatan Design Thinking. Data diperoleh dari studi Pustaka, wawancara, dan observasi langsung ke ruang pameran Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Hasil dari penelitian ini adalah untuk menciptakan narasi yang maksimal pada ruang pameran, maka tidak akan terlepas dari penentuan Plot dan Pace, penerapan Dramatic Arc, dan aplikasi penyajiannya. Penyusunan plot cerita etnis di rangkum dalam beberapa fase kehidupan hingga kematian. Kemudian ditentukan alur cerita meliputi a beginning, a muddle, dan an end. Serta yang terakhir pengaplikasian elemen naratif, baik itu konsep penyajian konten, hingga pengaplikasian media naratifnya. Sehingga, dengan menerapkan elemen-elemen interior ruang naratif pada Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, penyajian narasi etnis lebih optimal serta menciptakan pengalaman berbeda dengan memainkan emosi pengunjung di setiap skenario pameran.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 254-269
Author(s):  
Freddy Chrisswantra

The increasing need for spices in the world triggers various expeditions to find sources of spices in the world. The activity of searching for the origin of these spices gave birth to international trade systems and routes. The emergence of this spice route resulted in the emergence of trading ports which became the forerunner to the emergence of new kingdoms. Jepara was one of the kingdoms that emerged because it had a port in a strategic area on the spice trade route. The hustle and bustle of trading activities in Jepara also affects the social life of the Jepara people who have long been known for their carving skills. Traders who come from various parts of the country and abroad open up opportunities for cultural mixing, which has an impact on culture, expertise, and the application of patterns in the art of Jepara wood carving. In this paper, the researcher tries to mitigate the development and influence of acculturation brought by foreign traders with a historiography method to make it easier to read the impact of the maritime spice route on the development of carving in Jepara. The results of this study shows the application of various wood carving motifs to various artifacts as a result of the influence of the mixed culture in Jepara at that time.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 142-165
Author(s):  
Annisaa Kurnia Widianti ◽  
Imam Santosa

Penggunaan fungsi ruang-ruang dalam Rumah Adat Cikondang mengalami perubahan sejak tahun 1980 oleh pemerintah sebagai cagar budaya. Sejak ditetapkannya sebagai cagar budaya, masyarakat adat dan juga ketua adat berupaya untuk membuka diri dengan dunia luar. Rumah Adat Cikondang yang pada awalnya merupakan tempat tinggal bagi keluarga juru kunci atau ketua adat, saat ini telah menjadi salah satu wujud peninggalan yang masih tersisa sebagai peninggalan fisik bersifat simbolis bagi keberadaan kampung adat secara utuh. Seiring berjalannya waktu, segala kegiatan telah mengalami perubahan fungsi, seperti tempat kegiatan bermusyawarah warga adat setempat, tempat berkunjung bagi para wisatawan serta tempat dilaksanakannya ritual-ritual adat. Seluruh kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan di Kampung Adat Cikondang saat ini. Rumah adat tetap dilestarikan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, maupun warga luar yang senantiasa berkunjung. Kegiatan yang berlangsung dalam ruang rumah adat telah menjadi suatu bentuk perubahan interaksi antara pengguna dengan teritori atau wilayah, dengan demikan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pegeseran fungsi ruang dahulu dan saat ini, mengetahui perubahan teritori ruang pada rumah adat dan faktor-faktor yang menjadikan suatu teritorialitas itu terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, dimana dapat diketahui suatu kenyataan yang terjadi pada pergeseran fungsi, perubahan zona teritori dan faktor-faktor yang membentuk teritorialitas itu sendiri setelah itu dianalisis menggunakan empat tahapan yang biasa digunakan dalam fenomenologi. Teori yang dikemukakan oleh Hall dan Altman dioperasionalisasikan pada analisis perubahan teritori yang diawali pergeseran fungsi, sedangkan teori yang dikemukakan oleh Brower digunakan juga sebagai teori yang memperkuat terjadinya teritorialitas dalam ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya pergeseran fungsi, keterkaitan sosial, interaksi antarsesama pengguna, dan mekanisme defensif (pengaturan batas-batas ruang) yang menjadikan teritori ruang dalam rumah adat berubah, melainkan terdapat protokoler atau aturan-aturan adat istiadat yang harus dipatuhi sebagai tanda penghormatan dan upacara-upacara ritual adat tertentu.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 108-121
Author(s):  
Mochammad Faizal

Industry 4.0 era can be felt by the growing number of startups in Indonesia. The majority of startups in Indonesia that are still in micro-scale often found problems related to funding and human resources. In addition, all startups in Indonesia have used websites and mobile applications to support their business activities. This research aims to assist startups in formulating a simple design system, as a guideline for the media they are designing. This article will describe the linear design strategy by conducting a literature review, visual observation, interviews, and taxonomic analysis to collect and analyze the data needed. This study found three visual elements with 11 parts that are fundamental to a simple design system. The researcher has designed a working canvas called "Simple Design System Canvas" to help startups in formulating a simple design system, as a reference for designing websites and mobile applications.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 81-107
Author(s):  
Vania Dwi Amanda Surya ◽  
Gregorius Prasetyo Adhitama

Padang restaurants with specialty food rendang represent the Minangkabau's eating culture. The effect of modernization and media social in the eating culture has indistinct the origin of Minangkabau's eating culture and leads to the uniformity of design, mostly its space and physical elements in the traditional building. Whereas in the roots, eating activities according to the Minangkabau custom still carried out, such as Makan Bajamba. It is essential to study the origin of Minangkabau space and eating culture before learning design development. The main problem is how the relationship between space and eating culture in the life cycle of Minangkabau society carried out at Rumah Gadang. By using a mix-method, a qualitative approach is a case study at Rumah Gadang Istana Rajo Alam Tuanku Disambah and quantitative approaches using space syntax analysis on the dimensions of connectivity and integrity. Data were from literature studies, interviews, and direct observations on how Rumah Gadang facilitated eating activities. The result shows that Rumah Gadang effectively assisted the eating culture in the life cycle of its people. The space configuration in the process of eating activities is following the roles of women and men based on a matrilineal kinship system. The seat position rules for Minangkabau men from  the matrilineal kinship system divided Ruang Lepas into smaller areas, marked by walls, columns, and seprah clothes. All space of eating activities is a social space where interactions took place as a reflection of Minangkabau customs. The space syntax analysis clarifies the relationship between space and eating activities based on the matrilineal kinship system and the social interactions that occur with the space used. For future research, the space syntax analysis is useful as a perspective to learn the relationship between space and culture.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 122-141
Author(s):  
Seriwati Ginting ◽  
Heddy Heriyadi ◽  
Sri Bina Carolina

The Karo traditional house is one of the cultural heritages in North Sumatra Province. The Karo tribe, is one of the largest tribes. Karo Regency is located on a plateau called Tanah Karo, with a cool climate. It has its own language called cakap Karo, and has Karo script. An area of ??2,127.25 square kilometers with a population of 959,000. The Karo tribe comes with simplicity manifested in an attractive and magnificent traditional house. The Karo traditional house is called Siwalauh Jabu (eight families live in it) The process and life of its inhabitants are arranged in a way. Decorative ornaments in traditional Karo houses are called "carvings." Home decoration patterns are made and placed in the house building with the meanings and values ??of beliefs that are regulated from generation to generation. The color application consists of red, green, black and yellow. Karo traditional houses contain high value and visual decorations built by nature and inspired by fauna and flora, among others, "Lipan nangkih" "bunga lawang" or "flower gateway". This study aims to reveal the patterns and colors of the Karo tribe in house buildings. The method used in this research is descriptive analytical method through observation, interviews, literature study and documentation. The techniques used to analyze are data analysis, data reduction, and reports. The results of the research are the results of a study of the Karo traditional house decoration and its conservation efforts


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document