Diakronika
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

64
(FIVE YEARS 46)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Padang (Unp)

1411-1764

Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 186-198
Author(s):  
Wahidul Basri
Keyword(s):  

Penelitian ini berangkat dari kenyataan bahwa pembelajaran Sejarah Indonesia yang bernuansa muatan lokal masih jarang diterapkan oleh guru sejarah di Sumatera Barat. Sementara itu KTSP dan K-13 yang diterapkan di berbagai sekolah di Indonesia mengharuskan memasukan materi muatan lokal ke dalam pembelajaran. Mengapa hal ini terjadi dan apa solusinya ? Inilah pertanyaan pokok dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan Buku Sejarah Indonesia bermuatan lokal Sumatera Barat yang dapat digunakan untuk pembelajaran Sejarah Indonesia di SMA. Penelitian ini dirancang selama dua tahun, tahun pertama meneliti kebutuhan guru menyangkut materi Sejarah Indonesia yang bernuansa muatan lokal sesuai dengan kurikulum 2013. Selanjutnya membuat prototype buku Sejarah Indonesia yang bermuatan lokal Sumatera Barat. Tahun kedua, menghasilkan sebuah produk dalam bentuk Buku teks Sejarah Indonesia bermuatan sejarah lokal Sumatera Barat. Penelitian ini bersifat R&D dengan mengikuti langkah-langkah kerja yang dirumuskan Plomp. Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah dilaksanakan, pada tahun pertama telah dihasilkan Prototype Buku Sejarah Indonesia bermuatan Sejarah Lokal Sumatera Barat untuk pembelajaran di SMA. Pada tahun kedua dilakukan uji validitas, praktikalitas dan efektifitas. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa Buku Sejarah Indonesia bermuatan Sejarah Lokal Sumatera Barat untuk pembelajaran di SMA valid, uji praktikalitas hasilnya menunjukkan praktis untuk digunakan, sementara hasil uji efektifitas menunjukkan efektif diterapkan dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Buku Teks Sejarah Indonesia bermuatan Sejarah Lokal Sumatera Barat untuk pembelajaran di SMA, valid, praktis dan efektif untuk digunakan sebagai suplemen materi pembelajaran Sejarah Indonesia.


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 199-212
Author(s):  
Siti Fatimah ◽  
Firza Firza

Persoalan guru dan kualitas pendidikan ibarat dua sisi mata uang yang berlangsung semenjak zaman kolonial di Indonesia. Tujuan dari artikel ini untuk menganalisis guru dan kualitas pendidikan pada masa kolonial dan pasca kemerdekaan Indonesia. Metode penelitian menggunakan metode Komparasi dengan pendekatan sejarah (historis). Hasil penelitian pada tahun 1892 kebutuhan guru sangat mendesak, sehingga pemerintah mengambil kebijakan mengangkat guru tanpa melalui pendidikan guru. Akibatnya terjadi kemerosotan kualitas pendidikan dan tidak membawa perubahan. Kebijakan diperbaiki pada masa ini, (1) kenaikan gaji guru yang cukup besar; (2) mengizinkan lambang-lambang sosial kehormatan; (3) Tamatan sekolah guru (kweekschool) dapat ditempat dalam setiap jabatan pemerintah, dan hasilnya kualitas guru dan pendidikan menjadi meningkat. Sehingga guru menjadi salah satu profesi yang didambakan masyarakat pada masa ini. Pasca kemerdekaan sampai saat ini pola yang sama juga terjadi. Pada masa Orde Baru, tepatnya pada tahun 1980-an, dikenal dengan guru “galodo”. Semenjak tahun 2000-an, pemerintah melahirkan beberapa kebijakan yang mirip dengan apa yang sudah dilakukan pemerintah kolonial. Gaji guru dinaikkan melalui sertifikasi guru, program pendidikan guru (baik dalam jabatan maupun di luar jabatan) juga mulai diterapkan. Namun, sampai pada hari ini belum terlihat perubahan yang signifikan, meskipun berbagai kebijakan sudah dilakukan. Simpulan penelitian ini terdapat pola kebijakan yang sama, namun hasilnya berbeda.


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 169-185
Author(s):  
Agus Susilo ◽  
Sarkowi Sarkowi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Sejarah Perjuangan Indonesia: Kajian Historis Subkoss di Lubuklinggau Tahun 1947-1949. Metode penelitian ini adalah metode penelitian Sejarah. Dalam metode penelitian Sejarah ini peneliti menggunakan beberapa langkah seperti Heuristik, Verifikasi Sumber (Kritik Intern dan Ekstern), Interpretasi, dan Historiogfari Sejarah. Sumber-sumber penelitian yang didapatkan melalui studi pustaka di Museum Subkoss Garuda Sriwijaya berupa arsip-arsip Sejarah dan di Perpustakaan STKIP PGRI Lubuklinggau. Hasil dari penelitian ini, yaitu a) Perjuangan Indonesia Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1947-1949, yaitu setelah berusaha memerdekakan diri pasca Jepang menyerah kepada Sekutu, bangsa Indonesia berusaha untuk menjadi negara merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun langkah tersebut dicampuri dengan kedatangan Belanda yang berkeinginan berkuasa kembali di Indonesia. Sehingga terjadi perang kemerdekaan antara tahun 1947-1949. Peran Subkoss di Lubuklinggau Tahun 1947-1949 Sebagai Basis Pertahanan Indonesia di Sumatera Selatan, yaitu setelah sabotase pasukan Belanda terhadap pejuang kemerdekaan di Palembang maka pecahlah perang 5 hari 5 malam. Oleh akibat peperangan tersebut pasukan Indonesia di Palembang berusaha menyusun kekuatan dibeberapa daerah termasuk di Lubuklinggau. Di Lubuklinggau tahun 1947-1949 dijadikan pusat Subkoss Garuda Sriwijaya Sumatera Selatan dalam menghalau serangan Belanda yang berusaha mengejar pasukan TNI dan laskar. Perjuangan Indonesia akhirnya berhasil dengan diakuinya kemerdekaan Indonesia tahun 1949 secara de facto dan de jure oleh Belanda dan dunia. Kesimpulannya adalah perjuangan Indonesia di Sumatera Selatan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia berkobar dimana-mana. Belanda berusaha menguasai Sumatera Selatan secara keseluruhan dan membasmi para pejuang. Perjuangan Indonesia berhasil dengan kekalahan Belanda dan penandatanganan kemerdekaan Indonesia secara de facto dan de jure.


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 157-168
Author(s):  
Syarifuddin Syarifuddin ◽  
Adhitya Rol Asmi ◽  
Nabilah Julaika Putri

Seni Tari Tepak Keraton ini mulanya diciptakan dalam penyambutan Brigjen Ishak Juarsa selaku Panglima Kodam IV Sriwijaya sebagai tari penyambutan. Seni Tari Tepak Keraton tentu dipakai dalam prosesi penyambutan kedatangan tamu besar/ tamu agung, resepsi pernikahan bertema adat Islam Palembang Darussalam yang masih dipakai hingga saat ini. Tarian ini memiliki seni gerak yang unik pada ragam pencak silat yang masih mewarisi tradisi dari Kesultanan Palembang Darussalam. Diiringi lagu dan syair “Enam Bersaudara”. Hal ini menunjukkan bahwa seorang putri keraton tidak hanya lemah lembut namun juga terampil serta mampu untuk melindungi diri dan berwibawa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode historis yang terdiri dari tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesenian Tari Tepak Keraton yang khas dengan nilai-nilai islami Palembang Darussalam yang mengangkat keagungan dan nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh peradaban Keraton Keslutanan Palembang Darussalam. Maka, hal tersebut menjadi sangat unik dalam prosesi penggarapan seni tari ini.


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 136-156
Author(s):  
Noryuliyanti Noryuliyanti ◽  
Isawati Isawati ◽  
Nur Fatah Abidin

Keroncong Langgam adalah genre musik yang lahir dan berkembang di Kota Solo. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perkembangan, kejayaan, dan kemunduran Keroncong Langgam di Solo. Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian dengan menggunakan sumber primer yaitu rekaman album Keroncong Langgam di Lokananta (1957-1985) dan wawancara pelaku keroncong Langgam yaitu Waldjinah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan Keroncong Langgam berawal dari kolaborasi antara gamelan dan musik keroncong yang mulai terjadi antara tahun 1940 sampai 1960an ditandai lagu Bengawan Solo yang dinyanyikan Gesang. Masa Kejayaan Keroncong Langgam di Solo terjadi pada tahun 1960-1970 yang ditandai dengan peningkatan jumlah orkes keroncong dan rekaman album di Lokananta. Pada tahun 1970an, tercatat 17 album diproduksi oleh Lokananta. Pada tahun 1980an sampai 1991, keroncong Langgam mengalami kemunduran yang disebabkan oleh perkembangan musik alternatif lain. Meskipun demikian Keroncong Langgam tetap hidup sampai saat ini berkat upaya pelaku musik dengan mengadakan festival musik.


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 121-135
Author(s):  
Didik Pradjoko ◽  
Imas Emalia

This article discussed about the process of diseases spreading along the Java Sea area during the 19th and the early 20th century. This study utilized historical method with an aim to reconstruct past events, especially on the outbreaks happened in the Java Sea area and how the colonial governmnet dealt with the occurrence. The article applied Braudel’s structural theory (1988) to analyze the existence of structures, which were taking a role in the process of diseases spreading. This analysis was supported by the concept of ‘silent barter’, developed by Knapen (1995) as a benchmark to determine factors that caused the spread. The results allowed us to discover that the dynamics of shipping and trading in the Java Sea at that time were part of the whole pandemic situation. There were at least two diseases discussed as the main focus of this article, smallpox and cholera, as these two severely affected the trading and shipping activity. These diseases were carried by the crews of ships escaping the quarantine doctors who carried out medical examination at various ports. Several ports in Java, such as Batavia, Semarang, Cirebon, and Surabaya, had become the epicenters of the outbreak. The government applied a regulation to attached a yellow flag to the ship contaminated by the plague before they entered the port area. The yellow flag functioned as an identifying marker. The regulation was supposed to limit the spread of diseases from the coastal area of Java to the mainland, as well as to gain more attention from other ships and doctors resided near the ports. The yellow flag system made it easier for the government and doctors to handle smallpox and cholera outbreaks, even though there had been some aberrations in economic activities in this area.


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 101-120
Author(s):  
Danan Tricahyono ◽  
Akhmad Arif Musadad ◽  
Triana Rejekiningsih

Abstract History learning should be done creatively and innovatively that interests students. This research provides an alternative framework for historical learning by packaging materials spreading Hindu-Buddhist temples in Tulungagung with a constructivism approach. This study uses the literature study method. The data source comes from books, articles, and research report results that fit the topic. Various library materials are processed, identified, analyzed, and reflected to create new findings. As a result, there are seven temple sites in Tulungagung Regency, namely Boyolangu Temple, Sanggrahan Temple, Meja Temple, Dadi Temple, Mirigambar Temple, Ampel Temple, and Penampihan Temple. The material of the distribution of temples in Tulungagung can be used as the content of learning media. Implementation of learning media is integrated with the constructivism approach through the learning cycle model. Stages of the learning cycle include discovery, concept recognition, and concept application. In conclusion, the integration of local history materials can strengthen student's local historical awareness. Keywords: learning, history, temple, Tulungagung, constructivism Abstrak Pembelajaran sejarah seharusnya dilakukan secara kreatif dan inovatif yang menarik minat siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif kerangka pembelajaran sejarah melalui pengemasan materi persebaran candi Hindu-Buddha di Tulungagung dengan pendekatan konstruktivisme. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Sumber data berasal dari buku, artikel dan hasil laporan penelitian yang sesuai dengan topik. Berbagai bahan pustaka diproses, diidentifikasi, dianalisis dan direfleksikan sehingga tercipta temuan baru. Hasilnya terdapat tujuh situs candi di Kabupaten Tulungagung yaitu Candi Boyolangu, Candi Sanggrahan, Candi Meja, Candi Dadi, Candi Mirigambar, Candi Ampel, dan Candi Penampihan. Materi persebaran candi di Tulungagung dapat digunakan sebagai isi dari media pembelajaran. Implementasi media pembelajaran terintegrasi dengan pendekatan konstruktivisme melalui model siklus belajar. Tahapan siklus belajar meliputi discovery (penemuan), pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Kesimpulannya integrasi materi sejarah lokal dapat menguatkan kesadaran sejarah lokal siswa. Kata Kunci: pembelajaran, sejarah, candi , Tulungagung, konstruktivisme


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 83-100
Author(s):  
Fahmi Nur Ramadhan ◽  
Sunardi Sunardi ◽  
Akhmad Arif Musadad

Abstract Various new problems emerged after history learning which is currently carried out online due to the Covid-19 virus pandemic. Thes new problems make the promblems in history learning more diverse after conventional history learning also experiences many problems. Various problems that arise in online history learning such as students who are easily bored and tired, student who increasingly do not understand the material presented, students who are inceasingly not interested in online history learning, students do not always pay attention and are not easy to monitor after learning online history. The purpose of this research is to overcome various problems that occur due to online history learning through the use of the Digital History Catalog learning media. This study uses a research method in the form of descriptive qualitative research. The result showed that uses of appropriate, innovative, interactive learning media and being able to adapt to online learning was needed both by students and by the teachers themselves. Media such as the Digital History Catalog can overcome the problems that occur due to online history learning. Digital History Catalog Media can adjust the material to be delivered according to those listed in the KI and KD of history learning. Keywords: History Learning, Covid-19 Pandemic, History Digital Catalog. Abstrak Berbagai permasalahan baru muncul setelah pembelajaran sejarah yang saat ini dilakukan secara online akibat terjadinya pandemi virus Covid-19. Masalah-masalah baru tersebut membuat masalah dalam pembelajaran sejarah semakin beragam setelah pembelajaran sejarah secara konvensional pun mengalami banyak permasalahan. Berbagai masalah yang muncul dalam pembelajaran sejarah online seperti misalnya siswa yang mudah cepat bosan dan lelah, siswa yang semakin tidak paham tentang materi yang disampaikan, siswa yang tidak tertarik dengan pembelajaran sejarah online, siswa tidak selalu memperhatikan dan tidak mudah untuk dipantau setelah dilakukannya pembelajaran sejarah online. Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini ialah untuk mengatasi berbagai permasalah yang terjadi akibat pembelajaran sejarah online melalui sebuah penggunaan media pembelajaran Katalog Digital Sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran yang tepat, inovatif, dan interakitf serta mampu menyesuaikan dengan pembelajaran online sangat dibutuhkan baik oleh siswa maupun oleh guru sendiri. Media seperti Katalog Digital Sejarah dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi akibat pembelajaran sejarah online. Media Katalog Digital Sejarah dapat menyesuaikan materi yang akan disampaikan sesuai dengan yang tercantum dalam KI dan KD pembelajaran sejarah. Kata Kunci: Pembelajaran Sejarah; Pandemi Covid-19; Katalog Digital Sejarah


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Zaid Munawar

This article examines issues of land, political authority, and economic stability of the Islamic Mataram Kingdom during the reign of Sultan Agung (1613-1645 AD). This study uses the historical method by carrying out steps such as topic selection, heuristics, verification, interpretation and historiography. This research shows that Sultan Agung as a king has full authority over land management in the entire territory of the Islamic Mataram Kingdom. So that the land can be managed properly, the Sultan Agung divides the land based on concentric circles of the territory, both in the territory of the Negara Agung, Mancanegara, and Pasisiran in order to build a community under the auspices of his government. There are three types of land that are known in this division, namely narawita land (land in the core area of ​​the kingdom which is used as agricultural land and plantations to produce rice, flowers, grass, oil, etc. for palace purposes), lungguh/apanage land (land in the territory of the Negara Agung, Mancanegara, and Pasisiran distributed to the nobles and royal officials as land salaries for their role in the continuity of the administration, and perdikan land (village land in which there are royal sacred buildings, such as places of worship, tombs, and the like, which are exempt from taxation as given to religious leaders (ulama and penghulu). These lands are mainly managed for agriculture as the most important economic source for the kingdom. The maximization of land management is able to have a positive impact on economic stability and governance in the Islamic Mataram Kingdom. Keywords: Land, Political Authority, Economic Stability, Islamic Mataram Kingdom Artikel ini bertujuan mengkaji tentang persoalan tanah, otoritas politik, dan stabilitas ekonomi Kerajaan Mataram Islam pada masa kekuasaaan Sultan Agung (1613-1645 M). Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan melakukan langkah-langkah seperti pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sultan Agung sebagai seorang raja memiliki otoritas penuh terhadap pengelolaan tanah di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam. Agar tanah tersebut dapat dikelola dengan baik, maka Sultan Agung membagi tanah berdasarkan lingkaran konsentris wilayah kekuasaan, baik di wilayah Negara Agung, Mancanegara maupun Pasisiran demi membangun masyarakat yang berada dalam naungan pemerintahannya. Ada tiga jenis tanah yang dikenal dalam pembagian tersebut, yaitu tanah narawita (tanah di wilayah inti kerajaan yang digunakan sebagai tanah pertanian dan perkebunan agar menghasilkan padi, bunga, rumput, minyak, dan lain-lain untuk keperluan istana), tanah lungguh/apanage (tanah di wilayah Negara Agung, Mancanegara dan Pasisiran yang didistribusikan kepada para bangsawan dan pejabat tinggi kerajaan sebagai tanah gaji atas perannya terhadap kelangsungan jalannya pemerintahan), dan tanah perdikan (tanah desa yang di dalamnya terdapat bangunan suci kerajaan, seperti tempat ibadah, makam, dan semacamnya, yang dibebaskan dari pungutan pajak sebagaimana diberikan kepada para tokoh agama (ulama dan penghulu). Tanah-tanah tersebut dikelola terutama untuk pertanian sebagai sumber ekonomi terpenting bagi kerajaan. Maksimalisasi pengelolaan tanah tersebut mampu memberikan dampak positif bagi stabilitas ekonomi dan pemerintahan di Kerajaan Mataram Islam. Kata Kunci: Tanah, Otoritas Politik, Stabilitas Ekonomi, Kerajaan Mataram Islam


Diakronika ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 29-44
Author(s):  
Novita Dewi ◽  
Sumini Theresia

Penelitian ini mengkaji tiga cerita pendek Amerika yang berlatar tiga zaman sejarah yang berbeda: “The Minister’s Black Veil” oleh Nathaniel Hawthorne (Kaum Puritan di New England), “Désirée’s Baby” oleh Kate Chopin (Perbudakan di Louisiana sebelum Perang Saudara), dan Ken Liu’s “The Paper Menagerie” (Pernikahan antar ras di Amerika tahun 1970-an). Dengan menggunakan metode close reading, penelitian kualitatif ini menganalisis ketiga cerpen yang menjadi data primer dan mengkontekstualisasikannya dengan sejarah Amerika, biografi pendek masing-masing pengarang, dan teks-teks yang relevan yang diperlakukan sebagai data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, ketiga cerpen menggambarkan intoleransi, krisis identitas, dan rasisme dalam berbagai tingkatan. Kedua, supremasi agama dan warna kulit mendominasi sepanjang sejarah Amerika seperti yang diungkapkan secara imajinatif oleh setiap cerita. Ketiga, meskipun diperlakukan tidak adil, tokoh perempuan bertahan hidup. Sikap mereka memberikan pandangan baru tentang peran perempuan yang sering diabaikan oleh sejarah resmi. Sebagai simpulan, cerita pendek dapat diberikan sebagai materi pengayaan yang bermakna dalam pembelajaran sejarah untuk menggugah cara berpikir kritis, empati, serta kegembiraan dalam belajar.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document