JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN SAINS
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

25
(FIVE YEARS 25)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Surabaya

2580-586x

2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Paramita Intan ◽  
Ika Kurniasari

Abstrak — Pada penelitian ini, peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana fungsi kognitif siswa SMP dalam menyelesaikan masalah geometri ditinjau dari gaya kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan fungsi kognitif siswa SMP menyelesaikan masalah geometri ditinjau dari gaya kognitif yakni gaya kognitif verbalizer dan visualizer. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan dua siswa SMP kelas IX di Surabaya sebagai responden yang masing-masing memiliki gaya kognitif verbalizer dan visualizer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa PRM bergaya kognitif verbalizer berada pada level ketiga (berpikir rasional abstrak) dari fungsi kognitif rigorus mathematical thinking dan subjek telah menerapkan semua fungsi kognitif pada level pertama dengan indikator yang menonjol yaitu pembandingan dimana subjek mencari karakteristik yang sama dan berbeda antara persegi dan persegi panjang dalam menyelesaikan masalah geometri. Sedangkan siswa LDH bergaya kognitif visualizer berada pada level ketiga (berpikir rasional abstrak) dari fungsi kognitif rigorus mathematical thinking dan hanya menerapkan sebagian besar fungsi kognitif pada level pertama dalam menyelesaikan masalah geometri dengan indikator yang menonjol yaitu visualisasi dimana subjek memberikan simbol pada gambar bangun yang disajikan dalam menyelesaikan masalah geometri.Kata kunci: Fungsi kognitif, Gaya kognitif, Masalah geometri, Verbalizer, Visualizer.Abstract — In this article, we explore how the cognitive function of junior junior school students in solving geometry problems based on cognitive style. The purpose of this study was to describe the cognitive functions of junior junior school students solving geometry problems reviewed from verbalizer and visualizer cognitive style. The research method used in this research is descriptive qualitative research. This research used two students of IX grade in Surabaya as respondents who each student have a cognitive style of verbalizer and visualizer. The results of this study indicate that PRM students with cognitive verbalizer style are at the third level (abstract rational thinking) of the cognitive function rigorous mathematical thinking and the subject has applied all cognitive functions at the first level with a prominent indicator is comparison where the subject looks for the same and different characteristics between square and rectangle in solving geometry problems. Whereas LDH students with cognitive visualizer style is at the third level (abstract rational thinking) of cognitive function rigorous mathematical thinking and apply most cognitive functionsat the first level with a prominent indicator is visualization where the subject provides symbols on the image in solving geometric problems.Keywords: Cognitive function, Cognitive style, Geometry problems, Verbalizer, Visualizer.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
Rizky Dian Pertiwi ◽  
Tatag Yuli Eko Siswono

Abstrak — Kemampuan komunikasi matematis adalah kecakapan seseorang dalam menggunakan istilah matematika untuk menyalurkan pemikirannya secara sistematis baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan komunikasi matematis dapat diketahui dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dan kemampuan dalam mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Pengetahuan mengenai transformasi geometri berperan penting dalam perkembangan matematika siswa di sekolah karena dapat membangun kemampuan spasial, kemampuan penalaran serta membantu siswa dalam menganalisis situasi matematis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis dalam menyelesaikan soal transformasi geometri yang ditinjau dari gender. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek penelitian ini adalah dua orang siswa laki laki dan dua orang siswa perempuan di salah satu sekolah menengah Kota Mojokerto dikarenakan penelitian ini mendeskripsikan bagaimana kemampuan komunikasi matematis yang ditunjukkan oleh siswa laki-laki dan perempuan. Berdasarkan analisis data dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Kemampuan komunikasi matematis siswa lakilaki lebih unggul dibandingkan siswa perempuan dalam kemampuan menyajikan informasi serta dalam kemampuan menggunakan bahasa matematika yang logis dan sistematis dalam proses penyelesaian soal. Sedangkan pada kemampuan menggunakan representasi matematis dalam menyatakan gagasan matematis untuk menyelesaikan soal transformasi geometri, siswa laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang sama. (2) Siswa laki-laki lebih mampu menyelesaikan soal transformasi geometri dengan lebih tepat dibandingkan siswa perempuan. (3) Siswa laki-laki lebih unggul dalam menjawab soal secara tertulis, sedangkan siswa perempuan memiliki kemampuan yang baik dalam menyajikan jawaban secara lisan atauverbal.Kata kunci: kemampuan komunikasi matematis, transformasi geometri, gender.Abstract — Mathematical communication skills are a person's ability to use mathematical terms to express their thoughts systematically both spoken and written. Mathematical communication skills can be seen from the ability of students to solve mathematic problems and the ability to communicate the results to others. Knowledge of geometric transformations plays an important role in the development of student’s mathematics in school because it can build spatial abilities, reasoning abilities and help students analyze mathematical situations. This study aims to describe written mathematical communication skills in solvinggeometric transformation problems in terms of gender. This type of research is a qualitative research with a descriptive approach. The subjects of this study are two male students and two female students in one of senior high school in Mojokerto because this study describes how mathematical communication skills are showed by male and female students. The results showed that (1) Male students' mathematical communication skills are superior to female students in the ability to present information and in the ability to use logical and systematic mathematical language in the problem solving process. Meanwhile, the abilityto use mathematical representations in expressing mathematical ideas to solve geometric transformation problems, male and female students have the same abilities. (2) Male students are more able to solve geometric transformation problems more precisely than female students. (3) Male students are superior inanswering questions in writing, while female students have good abilities in present the answer orally or verbally.Keywords: mathematical communication skills, problem solving, gender.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Anggun Vita Loka ◽  
Rini Setianingsih

Abstrak — Metakognisi dapat membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikirnya. Hal ini dikarenakan siswa sadar terhadap proses berpikirnya sendiri dan siswa dapat mengevaluasi hasil dari proses berpikirnya. Sehingga siswa dapat memperkecil kesalahan dalam menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengatur rencana yang tepat dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan demikian siswa yang melibatkan metakognisinya dalam menyelesaikan suatu masalah akan jauh lebih baik proses belajarnya. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan profil metakognisi siswa SMA dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linear tiga variabel dengan kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan pada kelas XI SMAN 1 Kota Probolinggo tahun ajaran 2020/2021. Subjek yang dipilih yaitu satu subjek yang masing-masing mewakili kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Cara memilih seorang subjek yang mewakili satu kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah yaitu subjek yang memiliki dominan pada kemampuan matematika tersebut. Instrumen penelitian terdiri dari tes kemampuan matematika, tes soal cerita dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan kemampuan matematika tinggi dalam memahami soal cerita dapat melaksanakan aktivitas metakognisi merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan mengevaluasi (evaluating) pada tahap memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Subjek dengan kemampuan matematika sedang dan rendah dalam memahami soal cerita dapat melaksanakan aktivitas metakognisi merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan mengevaluasi (evaluating) pada tahap memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah namun tidak pada tahap memeriksa kembali hasil yang diperoleh.Kata kunci: Metakognisi, Soal Cerita, Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel, Kemampuan Matematika.Abstract — Metacognition can help students improve their thinking skills. This is because students are aware of their own thinking processes and students can evaluate the results of their thinking processes. So that students can minimize errors in solving a problem and can set the right plan in solving a problem. Thus students who involve their metacognition in solving a problem will have a much better learning process. The purpose of this study was to describe the metacognition profile of high school students in solving storyproblems on three-variable linear equation system material with high, medium and low math abilities. This research is a qualitative descriptive study conducted in class XI of SMAN 1 Kota Probolinggo in the academic year 2020/2021. The selected subject is one subject, each of which represents high, medium and low math abilities. How to choose a subject that represents a high, medium and low math ability, that is, a subject that has dominance in that math ability. The research instrument consisted of a math ability test, astory question test and an interview guide. The results showed that subjects with high mathematical skills in understanding story problems could carry out planning, monitoring, and evaluating activities at the stage of understanding the problem, making problem-solving plans, implementing problem-solving plans and reexamining the results. which is obtained. Subjects with moderate and low mathematical skills in understanding story problems can carry out planning, monitoring, and evaluating activities at the stage of understanding the problem, making problem-solving plans, implementing problem-solving plans but not at the re-checking stage. the results obtained.Keywords: Metacognition, Story Questions, Three Variable Linear Equation Systems, Mathematics Ability.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Afifah Surya Rufaidah ◽  
Ismail Ismail

Abstrak — Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa dengan gaya kognitif field dependent-independent dalam memecahkan masalah open ended matematika. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang akan memberikan gambaran profil berpikir kritis siswa dengan gaya kognitif field dependent-independent dalam memecahkan masalah matematika open ended. Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 siswa kelas IX dengan rincian masing-masing 1 siswa gaya kognitif field dependent (FD) dan field independent (FI). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tes gaya kognitif GEFT, tes pemecahan masalah matematika (TPMOE) dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis pada setiap tahap pemecahan masalah berdasarkan kriteria berpikir kritis Jacob dan Sam. Setelah diteliti, hasil menunjukkan profil berpikir dua subjek mengenai pemahaman masalah relatif identik. Kedua subjek melaksanakan indikator klarifikasi, namun subjek FD salah dalam menghubungkan antar bagian saat menyelesaikan menggunakan cara ke II. Kedua subjek memenuhi indikator asesmen dan strategi pada saat langkah menyusun rencana. Subjek FI dan FD memberikan alasan yang masuk akal terkait dengan strategi yang dipakai, memilih informasi yang terkait dengan pemecahan masalah, serta dapat memberikan alasanyang tepat pada setiap langkah. Kedua subjek juga dapat memprediksi hasil dari langkah pengerjaan yang telah dibuat. Saat tahap melaksanakan rencana, kedua subjek menyelesaikan permasalahan sesuai dengan tahap yang telah direncanakan serta bisa membuat konklusi secara tepat. Kedua subjek memeriksa kembali langkah yang telah dilakukan pada langkah memeriksa kembali. Subjek FD kurang teliti saat memahami masalah sehingga berakibat menggunakan cara yang salah pada cara II.Kata Kunci : Berpikir kritis, pemecahan masalah, field dependent-independent.Abstract — The aims of this research is to describe the critical thinking profile of students with field dependent-independent cognitive styles in solving open ended mathematics problems. The method in this research is descriptive qualitative which will produce descriptive data in the form of a description of the critical thinking profile of students with dependent-independent field cognitive style in solving open ended mathematical problems. The subjects were 2 students on 9th grade junior high school with the details of each student is, the first student with field dependent (FD) cognitive style and the second student with fieldindependent (FI). Data collection techniques were carried out by means of the GEFT cognitive style test, mathematical problem solving test (TPMOE) and interviews. Data were analyzed based on Jacob and Sam's critical thinking criteria at each step of Polya's problem solving. The results showed the profile of thinkingof the two subjects at the same stage on understanding the problem. Both subjects carry out clarification indicators, but the subject FD is wrong in connecting between parts when completing using method II. In the steps of devising a plan the two subjects carry out all the assessment indicators and strategies. Both subjects provide logical reasons related to the strategy used, the selection of relevant information, and can provide the right reasons at each step. Both subjects can also predict the results of the steps that have been made. In the steps of carrying out the plan, the two subjects solve the problem in accordance with the steps that have been planned and can make conclusions correctly. In the step of looking back, the two students evaluate the steps that have been taken. The FD subject was not too careful when understanding the problem so that he use the wrong method on the II method.Keywords: critical thinking, problem solving, field dependent-independent


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 10
Author(s):  
Ahmad Sulthan Auliya ◽  
Tatag Yuli Eko Siswono

Abstrak — Menggunakan model dan strategi pembelajaran yang bervariatif merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Creative problem solving adalah model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Penguatan keterampilan yang dimaksud adalah dengan menggunakan media pembelajaran, salah satunya dengan aplikasi maple untuk memecahkan masalah matematika. Riset ini memakai penelitian kuantitatif dengan tipe eksperimen untuk mengetahui kefektifan model pembelajaran creative problem solving dengan media pembelajaran maple untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah menengah atas di Surabaya pada kelas XMIA1 semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 dengan melibatkan 30 siswa. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi pemberian pre test, pemberian perlakuan, dan pemberian post test. Kemudian perolehan dari nilai pre test dan post test dianalisis untuk melihat kefektifan pembelajaran creative problem solving berbasis aplikasi maple. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya dampak model pembelajaran berbasis aplikasi maple terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa yang didapatkan dengan uji t. Selain itu, berdasarkan uji Gain dihasilkan nilai rata-rata N-Gain 0.71 yang berada pada interval N-Gain 0.7 < 𝑔 ≤ 1.00, yang artinya pembelajaran creative problem solving berbasis aplikasi maple memiliki tingkat keefektifan yang tinggi. Selanjutnya, data yang didapatkan dari penelitian ini merupakan data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari perolehan uji normalitas data yang hasil signifikansinya > 0.05. Selain itu, data yang didapat dari penelitian ini merupakan data yang homogen. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji homogenitas data yang hasil signifiansinya > 0,05.Kata kunci: Creative Problem Solving, Maple, Berpikir KreatifAbstract — Using the variety of learning models and strategies is one of the ways to grow students learning interests in mathematics learning. Creative problem solving is a learning model that focuses on teaching and problem solving skills followed by strengthening skills. Strengthening skills in question is using learningmedia, one of them with maple application to solve mathematics problems. This research uses quantitative research with experiment to find out the effectivity of creative problem solving learning model with maple (learning media) to improve the ability of students creative thinking. This research was conducted at privatesenior highschool in Surabaya class X MIA1 in the odd semester of the 2019/2020 school year involving 30 students. Activities in this research include giving pretest, treatment, and posttest. Then the results of the pretest and posttest scores were analyzed to determine the effectiveness of creative problem solving learning based on maple application. The results of this research indicate the influence of learning model based on maple application to students' creative thinking abilities obtained by t test. In addition, based on Gain test, the average value of N-Gain is 0.71 which is in the N-Gain interval 0.7 < 𝑔 ≤ 1.00. It means that creative problem solving learning based on maple application has a high level of effectiveness. Furthermore, the data obtained from this research are normal distribution data. This can be seen from the results of data normality test whose significance is > 0.05. In addition, the data obtained from this research are homogeneous data. This can be seen from the results of data homogeneity test whose significance is > 0.05.Keywords: Creative Problem Solving, Maple, Creative thinking


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 82
Author(s):  
Elvita Novia Dinawati ◽  
Tatag Yuli Eko Siswono

2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 50
Author(s):  
Herman Yosep Wisnu Kristanto ◽  
Janet Trineke Manoy

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan representasi matematis siswa SMA dalam menyelesaiakan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif sistematis dan intuitif. Subjek dalam penelitian ini, yaitu dua siswa kelas XI yang terdiri dari satu siswa bergaya kognitif sistematis dan satu siswa bergaya kognitif intuitif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes gaya kognitif dan tes representasi matematis. Penelitian diawali dengan pemilihan subjek melalui tes gaya kognitif, kemudian subjek yang telah terpilih diberikan tes representasi matematis dan dilakukan wawancara tertulis. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan teknik analisis data yang melalui tahapan, yaitu kondensasi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan representasi matematis siswa bergaya kognitif sistematis dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu pada tahap memahami masalah menggunakan representasi verbal, pada tahap menyusun rencana penyelesaian menggunakan kombinasi antara representasi simbolik dan representasi verbal, pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian menggunakan representasi simbolik dan representasi verbal, dan pada tahap memeriksa kembali penyelesaian menggunakan representasi verbal. Sedangkan representasi matematis siswa bergaya kognitif intuitif dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu pada tahap memahami masalah menggunakan representasi visual, pada tahap menyusun rencana penyelesaian menggunakan representasi simbolik, pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian menggunakan representasi simbolik, dan tidak menunjukkan representasi matematis pada tahap memeriksa kembali penyelesaian.  This research is descriptive-qualitative research that aimed to describe the mathematical representation of high school students in solving mathematical problems in terms of systematic and intuitive cognitive style. The subject of this research is two eleventh grade students, consists of one student with systematic cognitive style and one student with intuitive cognitive style. The research instruments used in this research are cognitive style test and mathematical representation test. Research starts by choosing the subject by cognitive style test, and then the subjects that have been chosen were given mathematical representation test and did written interview. The data obtained were analyzed with data analysis techniques, namely data condensation, data display, and drawing and verifying conclusions. Results of this research show the mathematical representation of student with systematic cognitive style on solving problems are verbal representation when understanding the problem, combination of symbolic and verbal representation when devising a plan, symbolic representation and verbal representation when carrying out the plan, and verbal representation when looking back. While the mathematical representation of student with intuitive cognitive style on solving problem are visual representation when understanding the problem, symbolic representation when devising a plan, symbolic representation when carrying out the plan, and not show mathematical representation when looking back.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document