Determining Diet Quality through a Short Food Frequency Questionnaire, CKD SFFQ, for Adults with Chronic Kidney Disease

2021 ◽  
Vol 121 (9) ◽  
pp. A20
Author(s):  
A. Bin Zarah ◽  
J. Andrade
Nutrients ◽  
2021 ◽  
Vol 13 (10) ◽  
pp. 3610
Author(s):  
Aljazi Bin Zarah ◽  
Mary Carissa Feraudo ◽  
Jeanette Mary Andrade

Limited instruments are available to determine diet quality among US adults with chronic kidney disease (CKD). The purpose of this study was two-fold: (1) to develop a food frequency questionnaire, CKD SFFQ, for adults with CKD and (2) to validate the CKD SFFQ against two 24-h recalls in determining diet quality (DQ). A 57-item CKD SFFQ was developed through a content validation method. Adults with CKD (n = 46) completed the CKD SFFQ and 2–24-h recalls. Statistical analyses included descriptive statistics, frequencies, t-tests, Pearson correlations, and Bland–Altman plots. All data were analyzed using JMP SAS v15 with statistical significance detected at p < 0.05. Results showed no differences for the overall DQ (p = 0.11) and the nine whole-food components (p = 0.07 to p = 0.44) when comparing the CKD SFFQ to the 2–24-h recalls. Pearson correlation coefficients ranged from −0.39 (refined grains) to 0.60 (greens and beans). Bland–Altman plots showed overall good agreement and there was a systematic trend towards higher estimates with the CKD SFFQ, particularly for overall DQ, total proteins, and dairy. The majority of participants rarely or never consumed grains, fruits, vegetables, seafood, and plant proteins. The CKD SFFQ was demonstrated to be an acceptable method to determine DQ for adults with CKD.


2017 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Aurélie Affret ◽  
◽  
Sandra Wagner ◽  
Douae El Fatouhi ◽  
Courtney Dow ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 164-171
Author(s):  
Fransisca Natalia Bintang ◽  
Fillah Fithra Dieny ◽  
Binar Panunggal

Latar belakang: Remaja yang berprofesi sebagai model sering merasa takut jika mengalami kenaikan berat badan memiliki kecenderungan membatasi asupan makan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan makan dan anemia. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di Modelling School.Metode: Penelitian observasional dengan desain cross-sectional melibatkan 55 remaja putri berumur 12-19 tahun yang dipilih secara consecutive sampling dan dilakukan di Sekolah Model Semarang. Kadar hemoglobin (Hb) diukur dengan metode Cyanmethemoglobin, gangguan makan menggunakan kuesioner Eating Disorder Diagnostic Scale (EDDS), dan kualitas diet diukur dengan formulir food frequency questionnaire (FFQ), kemudian dihitung skor kualitas dietnya menggunakan panduan Diet Quality Index International (DQI-I). Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Subjek yang mengalami anemia sebanyak 25 orang (45,5%). Gangguan makan ditemukan pada 29 subjek (52,7%) dengan 11 orang mengalami bulimia nervosa. Persentase remaja putri (63,6%) yang memiliki kualitas diet rendah pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan remaja (36,4%) yang memiliki kualitas diet tinggi. Hasil menunjukkan subjek (41,4%) yang anemia juga mengalami gangguan makan (p=0,243), dan subjek (45,7%) yang anemia memiliki kualitas diet yang rendah (p=0,959). Kualitas diet rendah (65,5%) ditemukan lebih banyak pada kelompok yang mengalami gangguan makan (p=0,866). Simpulan: Tidak ada hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di modelling school (p > 0,05)


2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Mailina Prima Sahara ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Aryu Candra

Latar Belakang: Prestasi olahraga bulutangkis cenderung menurun beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi adalah daya tahan (endurance). Kualitas diet akan mempengaruhi daya tahan (endurance) sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien dalam waktu yang lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Tujuan: Mengetahui hubungan antara kualitas diet dan daya tahan atlet bulutangkis remaja di Kota SemarangMetode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Subjek adalah 60 atlet bulutangkis usia 12-18 tahun. Variabel perancu adalah aktivitas fisik dan persen lemak tubuh subjek. Pengukuran daya tahan dengan metode Multistage Fitness Test (MFT). Data yang dikumpulkan yaitu kebiasaan makan yang diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) dan data aktivitas fisik menggunakan Physical Activity Quistionnaires for Adolescent (PAQ-A). Kualitas diet dinilai menggunakan kuisioner Diet Quality Index International (DQI-I). Data antropometri meliputi tinggi badan, berat badan, dan persen lemak tubuh. Uji kenormalan data dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan  analisis data dengan uji korelasi Rank Spearman.Hasil: Terdapat 1,7% subjek yang memiliki kualitas diet baik. Sebagian besar atlet memiliki daya tahan yang cukup (35%). Persen lemak tubuh subjek sebagian besar tergolong optimal (61,7%). Tidak terdapat hubungan antara kualitas diet dan daya tahan (endurance) (r = 0,122, p=0,353). Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan daya tahan (endurance) (r = 0,209, p= 0,109). Ada hubungan antara persen lemak tubuh dan daya tahan (endurance) ( r = -0,480, p=0,0001). Simpulan: Kualitas diet yang baik akan meningkatkan daya tahan (endurance), namun bersifat lemah dan secara statistik tidak berhubungan. Persen lemak tubuh yang optimal berkontribusi penting dalam menjaga daya tahan (endurance) atlet. Faktor perancu aktivitas fisik tidak mempengaruhi daya tahan (endurance).


2003 ◽  
Vol 57 (10) ◽  
pp. 1283-1291 ◽  
Author(s):  
L E Torheim ◽  
I Barikmo ◽  
C L Parr ◽  
A Hatløy ◽  
F Ouattara ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 8 ◽  
Author(s):  
Chi H. Chan ◽  
Marguerite Conley ◽  
Marina M. Reeves ◽  
Katrina L. Campbell ◽  
Jaimon T. Kelly

Background: Improving diet quality in chronic kidney disease (CKD) is challenging due to a myriad of competing recommendations. Patient-centered goal setting can facilitate dietary behavior change; however, its role in improving diet quality in CKD has not been investigated.Aim: The aim of the study is to evaluate the effects of goal setting on improving diet quality in stages 3–4 CKD.Methods: Forty-one participants completed a 6-month dietitian-led telehealth (combined coaching calls and text messages) intervention as part of a larger RCT. Participants set one to two diet-related SMART goals and received weekly goal tracking text messages. Dietary intake was assessed using the Australian Eating Survey at baseline, 3, and 6 months, with diet quality determined using the Alternate Healthy Eating Index (AHEI).Results: Significant improvements in AHEI (+6.9 points; 95% CI 1.2–12.7), vegetable (+1.1 serves; 95% CI 0.0–2.3) and fiber intake (+4.2 g; 95% CI 0.2–8.2) were observed at 3 months in participants setting a fruit and/or vegetable goal, compared with those who did not. However, no significant or meaningful changes were observed at 6 months. No other goal setting strategy appeared in effect on diet intake behavior or clinical outcomes in this group of CKD participants.Conclusions: Patient-centered goal setting, particularly in relation to fruit and vegetable intake, as part of a telehealth coaching program, significantly improved diet quality (AHEI), vegetable and fiber intake over 3 months. More support may be required to achieve longer-term behavior change in stages 3–4 CKD patients.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document