scholarly journals KUALITAS DIET DAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) ATLET BULUTANGKIS REMAJA DI KOTA SEMARANG

2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Mailina Prima Sahara ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Aryu Candra

Latar Belakang: Prestasi olahraga bulutangkis cenderung menurun beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi adalah daya tahan (endurance). Kualitas diet akan mempengaruhi daya tahan (endurance) sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien dalam waktu yang lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Tujuan: Mengetahui hubungan antara kualitas diet dan daya tahan atlet bulutangkis remaja di Kota SemarangMetode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Subjek adalah 60 atlet bulutangkis usia 12-18 tahun. Variabel perancu adalah aktivitas fisik dan persen lemak tubuh subjek. Pengukuran daya tahan dengan metode Multistage Fitness Test (MFT). Data yang dikumpulkan yaitu kebiasaan makan yang diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) dan data aktivitas fisik menggunakan Physical Activity Quistionnaires for Adolescent (PAQ-A). Kualitas diet dinilai menggunakan kuisioner Diet Quality Index International (DQI-I). Data antropometri meliputi tinggi badan, berat badan, dan persen lemak tubuh. Uji kenormalan data dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan  analisis data dengan uji korelasi Rank Spearman.Hasil: Terdapat 1,7% subjek yang memiliki kualitas diet baik. Sebagian besar atlet memiliki daya tahan yang cukup (35%). Persen lemak tubuh subjek sebagian besar tergolong optimal (61,7%). Tidak terdapat hubungan antara kualitas diet dan daya tahan (endurance) (r = 0,122, p=0,353). Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan daya tahan (endurance) (r = 0,209, p= 0,109). Ada hubungan antara persen lemak tubuh dan daya tahan (endurance) ( r = -0,480, p=0,0001). Simpulan: Kualitas diet yang baik akan meningkatkan daya tahan (endurance), namun bersifat lemah dan secara statistik tidak berhubungan. Persen lemak tubuh yang optimal berkontribusi penting dalam menjaga daya tahan (endurance) atlet. Faktor perancu aktivitas fisik tidak mempengaruhi daya tahan (endurance).

2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 164-171
Author(s):  
Fransisca Natalia Bintang ◽  
Fillah Fithra Dieny ◽  
Binar Panunggal

Latar belakang: Remaja yang berprofesi sebagai model sering merasa takut jika mengalami kenaikan berat badan memiliki kecenderungan membatasi asupan makan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan makan dan anemia. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di Modelling School.Metode: Penelitian observasional dengan desain cross-sectional melibatkan 55 remaja putri berumur 12-19 tahun yang dipilih secara consecutive sampling dan dilakukan di Sekolah Model Semarang. Kadar hemoglobin (Hb) diukur dengan metode Cyanmethemoglobin, gangguan makan menggunakan kuesioner Eating Disorder Diagnostic Scale (EDDS), dan kualitas diet diukur dengan formulir food frequency questionnaire (FFQ), kemudian dihitung skor kualitas dietnya menggunakan panduan Diet Quality Index International (DQI-I). Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Subjek yang mengalami anemia sebanyak 25 orang (45,5%). Gangguan makan ditemukan pada 29 subjek (52,7%) dengan 11 orang mengalami bulimia nervosa. Persentase remaja putri (63,6%) yang memiliki kualitas diet rendah pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan remaja (36,4%) yang memiliki kualitas diet tinggi. Hasil menunjukkan subjek (41,4%) yang anemia juga mengalami gangguan makan (p=0,243), dan subjek (45,7%) yang anemia memiliki kualitas diet yang rendah (p=0,959). Kualitas diet rendah (65,5%) ditemukan lebih banyak pada kelompok yang mengalami gangguan makan (p=0,866). Simpulan: Tidak ada hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di modelling school (p > 0,05)


2020 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 160-168
Author(s):  
Febrina Yollanda Maretha ◽  
Ani Margawati ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang: Di Indonesia, aplikasi pesan antar makanan online semakin populer di berbagai kelompok masyarakat termasuk mahasiswa. Aplikasi pesan antar makanan online dapat mempermudah membeli makanan karena pembeli dapat mengatur jenis, jumlah dan frekuensi makanannya sendiri. Aplikasi ini juga menyediakan berbagai makanan yang kurang sehat sehingga dapat berpengaruh pada frekuensi makan dan kualitas diet.Tujuan: Menganalisis hubungan penggunaan aplikasi pesan antar makanan online dengan frekuensi makan dan kualitas diet mahasiswa.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiwa Universitas Diponegoro sebanyak 70 orang yang dipilih melalui metode simple random sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah penggunaan aplikasi pesan antar makanan online, sedangkan variabel terikat adalah frekuensi makan dan kualitas diet. Variabel perancu penelitian ini adalah uang saku dan pengetahuan gizi. Data konsumsi makan diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) lalu dikonversi ke skor Diet Quality Index-International (DQI-I). Data diuji dengan uji korelasi Rank Spearman.Hasil: Terdapat 97,1% subjek yang memiliki kualitas diet buruk.Tidak ada hubungan antara penggunaan aplikasi pesan antar makanan online dengan frekuensi makan utama (p= 0,162), frekuensi makan selingan (p= 0,751) dan kualitas diet (p= 0,869). Ada hubungan negatif yang signifikan antara uang saku dengan frekuensi makan utama (r= -0,297 ; p= 0,013).Simpulan: Tidak ada hubungan antara penggunaan aplikasi pesan antar makanan online dengan frekuensi makan dan kualitas diet. Preferensi pribadi dan ketersediaan makanan di sekitar tempat tinggal menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap frekuensi makan dan kualitas diet. 


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 178-186
Author(s):  
Rosiana Dwi Astiti ◽  
Ani Margawati ◽  
Ayu Rahadiyanti ◽  
A Fahmy Arif Tsani

Latar Belakang: Populasi lansia terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini harus diikuti dengan perbaikan fasilitas kesehatan sehingga derajat kesehatan dan kualitas asupan makanan lansia meningkat. Salah satu strategi yang dilaksanakan pemerintah yaitu Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi dan kualitas asupan makanan pada lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis.Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Subjek merupakan lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis. Data meliputi karakteristik subjek, tingkat pendapatan, status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), kualitas asupan makanan menggunakan formulir Diet Quality Index-International (DQI-I), dan aktivitas fisik dengan metode International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis data menggunakan uji independent t-test dan Mann-Whitney.Hasil: Rerata skor kualitas asupan makanan subjek yaitu 48,5±6,7 yang tergolong rendah. Rerata status gizi subjek yaitu 24,5±4,2 kg/m2. Kualitas asupan makanan subjek yang mengikuti prolanis (49,0±7,5) lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak mengikuti prolanis (47,6±6,1). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan pada status gizi antara subjek yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis (p=0,029), tetapi tidak terdapat perbedaan pada kualitas asupan makanan (p=0,538).Simpulan: Ada perbedaan signifikan status gizi berdasarkan keikutsertaan prolanis (p=0,029). Tidak ada perbedaan signifikan kualitas asupan makanan berdasarkan keikutsertaan prolanis (p=0,538).


2003 ◽  
Vol 78 (5) ◽  
pp. 941-949 ◽  
Author(s):  
PK Newby ◽  
Frank B Hu ◽  
Eric B Rimm ◽  
Stephanie A Smith-Warner ◽  
Diane Feskanich ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 30-38
Author(s):  
Sarah Khoerunisa ◽  
Restu Amalia Hermanto ◽  
Aminarista Aminarista

Latar Belakang: Pada negara berkembang kategori usia 20-24 tahun banyak mengalami tekanan darah tinggi, 9,4% laki-laki dan 8,9% perempuan. Di Indonesia kejadian tekanan darah tinggi ?18 tahun adalah 25,8%. Tekanan darah pada mahasiswa dapat dipengaruhi oleh asupan kafein, kualitas tidur dan status gizi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan kafein, kualitas tidur dan status gizi dengan tekanan darah. Metode: Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa STT Wastukancana dengan desain penelitian cross sectional, melibatkan 82 subjek penelitian yang dipilih secara simple random sampling. Asupan kafein diukur menggunakan food frequency Questionnaire (FFQ) semi kuantitatif, kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), dan tekanan darah diukur menggunakan alat sphygnomanometer digital. Hubungan masing-masing variabel bebas dengan tekanan darah sistolik diuji menggunakan pearson product momment. Sedangkan hubungan variabel bebas dengan tekanan darah diastolik diuji menggunakan rank spearman. Uji multivariat menggunakan uji regresi linear ganda. Hasil: Sebagian besar subjek memiliki tekanan darah sistolik tinggi (61%) dan tekanan darah diastolik tinggi (74,4%). Asupan kafein, kualitas tidur dan status gizi masing-masing memiliki hubungan dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Faktor-faktor yang berpengaruh meningkatkan tekanan darah sistolik adalah asupan kafein (B=0,12; p=0,004), kualitas tidur (B=1,36; p=0,001) dan status gizi (B=1,25; p=0,001). Buruknya kualitas tidur subjek pada penelitian ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan baik saat sebelum tertidur ataupun pada saat tidur. Simpulan: Tekanan darah tinggi dipengaruhi oleh asupan kafein, kualitas tidur dan status gizi.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Rosiana Eva Rayanti ◽  
R.L.N.K. Retno Triandhini ◽  
Lydia Limin

Latar Belakang: Hipertensi adalah peningkatan tekanan dalam darah melebih batas normal yaitu 120/80 mmHg. Faktor risiko hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat diubah seperti keturunan, usia, dan jenis kelamin, sedangkan faktor yang dapat diubah adalah pola makan dan aktivitas fisik. Tujuan: Mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT), aktivitas fisik, pola makan, Lingkar Pinggang Panggul (PiPa) terhadap tekanan darah (TD) di Puskesmas Sidorejo Lor, Kelurahan Salatiga. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross‐sectional pada 103 responden yaitu 32 orang laki-laki dan 71 orang perempuan. Kriteria responden usia >40 tahun, terdaftar pasien rawat jalan di Puskesmas Sidorejo Lor dengan diagnosis hipertensi. Instrumen penelitian berupa form data profil responden, alat ukur antropometri, pengukur tekanan darah, Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Analisis data menggunakan uji Pearson Correlation. Hasil: Terdapat hubungan antara TD sistolik dengan IMT (p=0,002; r=0,346) dan TD diastolik dengan IMT (p=0,004; r=0,313) pada wanita. Namun, tidak ada hubungan antara TD sistolik dengan aktivitas fisik (p=0,065) dan TD diastolik dengan aktivitas fisik (p=0,089). Hasil uji korelasi pada laki-laki menunjukkan terdapat hubungan antara TD diastolik dengan IMT (p=0,047; r=-0,302). Namun, tidak ada hubungan antara TD sistolik dengan IMT (p=0,082), TD sistolik dengan aktivitas fisik (p=0,430), dan TD diastolik dengan aktivitas fisik (p=0,328). Kesimpulan: Ada hubungan antara tekanan darah diastolik dengan IMT, dan tidak terdapat hubungan tekanan darah dan aktivitas fisik.


2019 ◽  
Vol 3 (Supplement_1) ◽  
Author(s):  
Bruce Blanchard ◽  
Jeanne McCaffery ◽  
Stephen Woolley ◽  
Lauren Corso ◽  
Valerie Duffy

Abstract Objectives To test the relationship of diet quality and health behavior indexes derived from a validated food liking survey with cardiometabolic health in a convenience sample of non-diabetic patients with diagnosed depression from a psychiatric facility and age-gender matched students from a University setting. Methods One hundred six patients and 106 controls (62% female, mean age = 21) completed a 100-item liking survey comprised of foods, beverages, and physical and sedentary activities. Nutritional items were conceptually grouped, weighted and averaged into a Diet Quality Index (DQI). A Healthy Behavior Index (HBI) was the average of the weighted nutritional and physical activity groups. Higher indexes reflected healthier behaviors. Multiple linear regression was used to relate DQI and HBI with blood pressure and fasting insulin, glucose and serum lipids. BMI, biologic sex and patient status were included as covariates. Some serum markers required transformation to approach normal distribution. Results From BMI, 4% were underweight, 57% normal, 25% overweight, and 14% obese. The liking survey took minutes for participants to complete and little processing to generate the indexes. The DQI and HBI were internally reliable (α = 0.68–0.69), reflected greater than one dimension (principal component analysis), and were normally distributed. Higher DQI scores were significantly related to higher HDL (standardized β = 0.16, P = 0.019) and lower glucose (β = –0.19, P = 0.005), insulin (β = –0.18, P = 0.005) and diastolic blood pressure (β = –0.32, P < 0.001). Adding physical activity, HBI also was related to glucose (β = –0.19, P = 0.008), triglycerides (β =–0.14, P = 0.04) and insulin (β = –0.18, P = 0.006). Patient status was not a significant independent contributor in the models. Conclusions A simple liking survey can produce reliable and valid indexes of diet quality and health behaviors that significantly associated with multiple cardiometabolic risk factors. Funding Sources USDA NIFA, Hatch project.


2004 ◽  
Vol 7 (7) ◽  
pp. 931-935 ◽  
Author(s):  
Lluís Serra-Majem ◽  
Lourdes Ribas ◽  
Joy Ngo ◽  
Rosa M Ortega ◽  
Alicia García ◽  
...  

AbstractObjective:To evaluate dietary habits in Spanish children and adolescents based on a Mediterranean Diet Quality Index tool, which considers certain principles sustaining and challenging traditional healthy Mediterranean dietary patterns.Design:Observational population-based cross-sectional study. A 16-item Mediterranean Diet Quality Index was included in data gathered for the EnKid study (in which two 24-hour recalls, a quantitative 169-item food-frequency questionnaire and a general questionnaire about socio-economic, demographic and lifestyle items were administered).Setting:Spain.Subjects:In total, 3850 children and youths aged 2–24 years residing in Spain.Results:Of the sample, 4.2% showed very low KIDMED index results, 49.4% had intermediate values and 46.4% had high index results. Important geographical differences were seen, with subjects from the Northeast showing the most favourable outcomes (52% with elevated scores vs. 37.5% of those from the North). Lower percentages of high diet quality were observed in low socio-economic groups, compared with middle and upper income cohorts (42.8%, 47.6% and 54.9%, respectively). Large cities had more positive results and only slight variations were seen for gender and age.Conclusions:The KIDMED index, the first to evaluate the adequacy of Mediterranean dietary patterns in children and youth, confirms that this collective is undergoing important changes, which makes them a priority target for nutrition interventions. Results challenge certain commonly perceived notions tied to income level, population size and diet quality.


2005 ◽  
Vol 93 (3) ◽  
pp. 369-376 ◽  
Author(s):  
Josep A. Tur ◽  
Dora Romaguera ◽  
Antoni Pons

The aim of this study was to assess whether the recently developed Diet Quality Index-International (DQI-I) could be used to evaluate diet quality of a Mediterranean population. A cross-sectional nutritional survey was carried out in the Balearic Islands (Spain) between 1999 and 2000. Dietary information (replicated 24 h recall and a food frequency questionnaire), and socio-demographic and lifestyle data were collected from a representative sample of the population (n 1200: 498 males and 702 females) aged 16–65 years (response rate 77·22 %). The DQI-I was developed according to the method defined by Kim et al. (2003), and focused on four major aspects of a high-quality diet (variety, adequacy, moderation and overall balance). The percentage of adherence to the Mediterranean dietary pattern (MDP) was also calculated and correlation analysis was carried out between the DQI-I score and the percentage of adherence to the MDP. The total score of the DQI-I reached 43 % of the possible score, indicating that the Balearic diet was a poor-quality diet. Correlation analysis between the DQI-I scores and adherence to the MDP showed that the DQI-I subcategories protein, iron and calcium adequacy were negatively correlated with the MDP. Furthermore, moderation in empty calorie food consumption and overall balance subcategories were not significantly correlated with the MDP. Due to some methodological factors and cultural biases, the proposed DQI-I scoring system is not useful to evaluate the quality of this Mediterranean-type diet. Further research is needed to develop a new diet quality index adapted to the MDP.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan    


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document