scholarly journals Pola Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla serrata) Di Perairan Desa Bandengan Kendal

2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 14-22
Author(s):  
Nila Munana ◽  
Irwani Irwani ◽  
Widianingsih Widianingsih

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan jenis kepiting yang banyak ditemukan di beberapa daerah, salah satunya di Perairan Desa Bandengan, Kendal. Kepiting bakau setiap harinya ditangkap oleh nelayan, keadaan ini dapat mempengaruhi terhadap populasi kepiting bakau. Fase bulan dapat memberikan pengaruh terhadap kepiting bakau, seperti pada tingkah laku kepiting bakau. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola pertumbuhan kepiting bakau pada  fase bulan mati dan purnama di Perairan Desa Bandengan Kendal. Metode yang digunakan yaitu bersifat deskriptif eksploratif. Pengambilan data dilakukan sebanyak 6 kali periode pada 28 Desember 2019 – 9 Maret 2020, data dari kepiting bakau meliputi panjang karapas, lebar karapas, berat tubuh, jumlah kepiting bakau, dan parameter perairan. Jumlah kepiting bakau yang diperoleh selama penelitian sebanyak 212 ekor bulan mati dan 236 ekor bulan purnama. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan kepiting bakau jantan bulan mati bersifat allometrik positif, sedangkan pada kepiting bakau betina bersifat allometrik negatif. Sedangkan, pada purnama 1 bersifat allometrik positif, bulan purnama 2 dan  bulan purnama 3 bersifat allometrik negatif, sedangkan kepiting bakau betina bersifat allometrik negatif. Mud crab (Scylla serrata) is a type of crab that is found in several areas, one of which is in the waters of Bandengan Village, Kendal. Every day mud crabs are caught by fishermen, this situation can affect the mangrove crab population. The moon phase can affect mud crabs, such as the behavior of mud crabs. The purpose of this study was to determine the growth pattern of mud crabs in the new moon and full moon phases in the waters of the village of Bandengan, Kendal. The method used is descriptive exploratory. Data collection was carried out 6 times during the period on 28 December 2019 - 9 March 2020, data from mud crabs included carapace length, carapace width, body weight, number of mangrove crabs, and water parameters. The number of mud crabs obtained during the study was 212 new moons and 236 full moons. The results showed that the growth pattern of male mud crabs in the new moon was positive allometric, while the female mud crabs were negative allometric. Meanwhile, full moon 1 is allometric positive, full moon 2, and full moon 3 allometric negatives, while female mud crabs are allometric negative.

2013 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Mukhlis A Kaim ◽  
Emil Reppie ◽  
Johnny Budiman

Trap is one of the common fishing gears used by the fishermen to catch mangrove crabs. Using several kinds of bait could increase the fishing power of the traps. The objective of this research was to study experimentally the effect of several kinds of trap baits and moon phases toward the capture of mangrove crab. Catch data were collected using 12 units of traps,which operated in the estuary waters of Kalurae Village, Regency of Sangihe Islands. Four kinds of bait were used to trap: scads mackerel (Decapterus macarellus), little tuna (Euthynnus sp.), trevally(Caranx sp.) and chicken innards. Data were analyzed by randomized block design. Analysis of variance showed that different types of bait on the trap and moon phase caused highly significant effect on catch. Least significant differences test showed that using scads mackerel bait on the trap was not significantly different from little tuna bait, but differed significantly from trevally and chicken innards baits. Similarly, using little tuna bait was not significantly different from trevally bait, but differed significantly from chicken innards bait; and trevally bait was not different from chicken innards bait. Catching mangrove crabs with traps should use scads mackerel and little tuna baits, and be operated around the new moon phase© Bubu merupakan alat tangkap yang umum digunakan nelayan untuk menangkap kepiting bakau. Penggunaan beberapa jenis umpan, diduga dapat meningkatkan fishing power dari alat tangkap bubu. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis umpan bubu dan fase umur bulan di langit terhadap hasil tangkapan kepiting bakau; dikerjakan dengan metode eksperimental. Data tangkapan dikumpulkan dengan mengoperasikan 12 unit bubu, di perairan estuari Kampung Kalurae, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Empat jenis umpan yang diperlakukan, yaitu ikan layang (Decapterus macarellus), tongkol (Euthynnus sp.), selar (Caranx sp.) dan jeroan ayam. Data dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Kelompok. Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis umpan pada bubu dan fase umur bulan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan. Uji Beda Nyata Terkecil menyatakan bahwa penggunaan jenis umpan layang pada bubu tidak berbeda nyata dengan umpan tongkol, tetapi berbeda sangat nyata dengan penggunaan umpan selar dan umpan jeroan. Demikian juga penggunaan umpan tongkol tidak berbeda nyata dengan umpan selar, tetapi berbeda sangat nyata dengan umpan jeroan; sedangkan penggunaan antara umpan selar dan jeroan tidak ada perbedaan yang nyata. Umpan ikan layang dan ikan tongkol serta fase umur bulan I dan fase IV memberikan hasil tangkapan kepiting bakau yang lebih baik©


2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
Yenni Ningsih Siringoringo ◽  
Desrita Desrita ◽  
Yunasfi Yunasfi

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu spesies kunci dalam ekosistem mangrove yang memegang peranan yang sangat penting. Hutan mangrove yang ada di Kelurahan Belawan Sicanang sudah banyak mengalami konversi lahan seperti tambak dan pemukiman. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas habitat dan penurunan populasi untuk sumberdaya kepiting bakau akibat terjadinya kerusakan daerah asuhan dan mencari makan biota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi mangrove, untuk mengetahui kelimpahan kepiting bakau (Scylla serrata), untuk mengetahui pertumbuhan kepiting bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian berlangsung pada Mei - Juni 2016. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi adalah purposive sampling dan dibagi menjadi 3 stasiun berdasarkan aktivitas yang berbeda. Struktur populasi kepiting bakau (Scylla serrata) ditinjau dari kelimpahan kepiting bakau (Scylla serrata), hubungan lebar karapas dengan bobot tubuh, pola pertumbuhan, dan faktor kondisi. Kualitas habitat kepiting bakau (Scylla serrata) dilihat dari kualitas air, tekstur substrat, C-organik, dan pasang surut. Hasil menunjukkan bahwa kelimpahan kepiting bakau (Scylla serrata) 16300 - 17000 ind/ha, dengan pola pertumbuhan allometrik negatif (b<3), faktor kondisi berkisar antara 0 - 1 yang tergolong ke dalam pipih atau tidak gemuk. Kualitas air dan substrat yang dikaji termasuk ke dalam kualitas air yang menunjang kehidupan kepiting bakau (Scylla serrata), tekstur substrat yaitu lempung berpasir dan lempung liat berpasir, serta C-organik < 1% tergolong sangat rendah, dimana tipe pasang surutnya adalah mixed prevailing semidiurnal.Mangrove crab (Scylla serrata) is one of the keystone species in the mangrove ecosystem, which had a very important role. Mangrove forests existed in Village Belawan Sicanang have been many experienced land conversion as embankment and settlements. These conditions led to degradation in habitat quality and population decline for mangrove crab due to the occurrence of the damage to the nursery ground and the feeding ground. The research aimed to determine abundance mangrove crabs and to determine the growth of mangrove crab. The research took place in May - June 2016. The method used in the determination of the location is purposive sampling and divided into 3 stations based on different activities. The mangrove crab population structure in terms of the abundance of mangrove crab, carapace width relation with body weight, growth pattern, and factor condition. The quality habitat mangrove crab viewed the water quality, the substrate texture, C-organic, and tides. The results showed that the growth pattern was negative allometric (b < 3), factor condition ranges between 0 - 1 which classified into flat or not fat. The water quality and substrate were assessed included in the water quality that supported life mangrove crab, the substrate texture was sandy loam and sandy clay loam, C-organic classified < 1% was very low, the type of tides was mixed semidiurnal prevailing.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 87-93
Author(s):  
Naily Fitriyani ◽  
Chrisna Adhi Suryono ◽  
Ria Azizah Tri Nuraini

ABSTRAK: Desa Ketapang, Pemalang merupakan salah satu sumber potensi tangkapan kepiting yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tingginya permintaan pasar baik lokal maupun global menyebabkan  naiknya penangkapan kepiting tanpa adanya restocking sepanjang tahun. Hal ini mengkhawatirkan kondisinya di alam. Penelitian ini bertujuan untuk memonitoring kepiting bakau (Scylla serrata) di Perairan Desa Ketapang, Pemalang dengan mengetahui distribusi ukuran, pola pertumbuhan dan faktor kondisi, serta nilai parameter pertumbuhan berdasarkan persamaan Von Bertalanff. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2019 dengan 2 kali pengambilan dalam 1 bulan (fase bulan purnama dan fase bulan baru). Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survei. Data tangkapan kepiting bakau diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang ada di pengepul kepiting Desa Ketapang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Ms. Excel 2013 dan FISAT II. Distribusi ukuran rata-rata lebar karapas kepiting pada bulan purnama yaitu 40,38 ± 7,98 mm, sedangkan pada bulan baru yaitu 39,89 ± 6,48 mm. Pola pertumbuhan kepiting pada bulan Oktober – Desember 2019 menunjukkan pola pertumbuhan allometrik negative (b<3) dengan nilai faktor kondisi diatas 100, yang berarti wilayah Perairan Desa Ketapang mempengaruhi pertumbuhan kepiting dari segi sumber makanan. Didapatkan nilai persamaan pertumbuhan pada saat bulan purnama adalah Lt = 30.8 (1-exp(0.51(t+1.93264))) , sedangkan pada bulan baru adalah Lt = 30.5 (1-exp(4.56(t+0.19933))). ABSTRACT: Ketapang is one of village in Pemalang which has potential sources of crab catches that have high economic value. The high demand of local and global markets cause an increasing in crab catch without any restocking throughout the year. It is worrying about its condition in nature. The study aims to monitor mangrove crabs (Scylla serrata) in Ketapang waters, Pemalang by knowing the size distribution, pattern growth, condition factor, and the value of growth parameters based on The equation Von Bertalanff. The study has been conducted in October-December 2019 with 2 retrievals in 1 month (Full moon phase and New Moon phase). The method of collecting data on this study uses the survey method. Mangrove Crab capture Data is obtained from the catch of fishermen in the crab-Pinke Ketapang village. Data was analyse used Ms. Excel 2013 And FISAT II software. The average size distribution of crab carapace in the full moon is 40.38 ± 7.98 mm, while in the New Moon is 39.89 ± 6.48 mm. The pattern of crab growth in October – December 2019 showed negative allometri growth pattern (b<3) with condition factor value above 100, which means the water area of Ketapang village affects the growth of crabs in terms of food sources. Acquired value of growth equation during full moon is Lt = 30.8 (1-exp (0.51 (t + 1.93264))), while the new Moon is Lt = 30.5 (1-exp (4.56 (t + 0.19933))).


2020 ◽  
Vol 7 (12) ◽  
pp. 177-188
Author(s):  
Budiman Yunus ◽  
Suwarni

The research aims to find out the correlation of carapace width – weight, condition factor and abundance of mangrove crab based on observation time and sex in the coastal waters of Maros district, South Sulawesi. This research provides information on the pattern of growth and chubbiness of mangrove crabs and its abundance in the coastal area of Maros district, South Sulawesi. The study was conducted from early February until the end of April 2019. Sampling was conducted on the coastal area of Kuri Lompo and estuary of Maros which is an integrated mangrove pond development (silvofishery). 213 mangrove crabs (120 male and 93 female) obtained from fishermen were measured. The coefficient b of male and female mangrove crabs in February and March were 3.3626 and 2.6674, respectively. In April, b value of male and female mangrove crab was 3.5965 and 2.6506, respectively. This relation shows the growth type for males is allometric-positive whereas for females is allometric-negative. In April also saw the same growth coefficient in the previous month allometric positive for males and allometric negative for females. In general, the condition factor of male mangrove crabs in February and March is greater than female mangrove crabs. While, in April the condition factor of female mangrove crab is greater than male mangrove crab. The nature of condition factor of mangrove crab represents the distribution of crab abundance in the embankment lane silvofishery development area of 0.015 ind./m2.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 109-116
Author(s):  
Wukir Berliana Pratiwi ◽  
Ria Azizah Tri Nuraini ◽  
Widianingsih Widianingsih

Fase bulan secara periodik mengalami perubahan dan menjadi faktor yang mempengaruhi perairan secara fisika, kimia, maupun biologi. Kondisi tersebut di wilayah perairan laut menimbulkan fenomena pasang surut yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan biota laut seperti rajungan (Portunus pelagicus). Strategi penangkapan yang tepat dapat dilakukan dengan menentukan target satu spesies atau dengan cara melihat fase bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian morfometri, nisbah kelamin, hubungan lebar berat, dan tingkat kematangan gonad rajungan (Portunus pelagicus) yang tertangkap nelayan pada fase bulan purnama dan bulan mati dari Perairan Desa Tunggulsari, Rembang. Pengambilan data dilakukan terhadap rajungan (Portunus pelagicus) yang tertangkap oleh nelayan dari perairan Desa Tunggulsari. Kegiatan penelitian dilakukan pada tanggal 9 Januari 2020, 28 Januari 2020, 10 Februari 2020, 25 Februari 2020, 10 Maret 2020, dan 24 Maret 2020. Hasil penelitian berdasarkan uji T statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan komposisi rajungan dari fase bulan purnama dan bulan mati dengan selisih yang tidak signifikan. Rajungan yang tertangkap pada fase bulan purnama memiliki rata-rata ukuran berat dan lebar yang lebih kecil dibandingkan pada fase bulan mati. Analisis power curve hubungan lebar dan berat rajungan yang ada di perairan Desa Tunggulsari bersifat allometrik negatif yang berarti pertumbuhan lebar karapas lebih cepat dibandingkan beratnya.  The lunar phase periodically changes and becomes a factor that affects the waters physically, chemically, and biologically. These conditions in the marine waters cause tidal phenomena which have a major influence on marine life such as blue swimming crab (Portunus pelagicus). The right fishing strategy can be done by determining the target of one species or by looking at the phases of the moon. This study aims to study the morphometry, sex ratio, weight-width relationship, and maturity level of the crab gonads (Portunus pelagicus) caught by fishermen in the full moon and new moon phases of the Tunggulsari Waters, Rembang. The method used in this research is descriptive exploratory. Research activities were carried out on January 9, 2020, January 28, 2020, February 10, 2020, February 25, 2020, March 10, 2020, and March 24, 2020. The results of the study based on the statistical T test showed that there was an insignificant difference in the catch of the full moon and new moon phases. The crabs that are caught in the full moon phase have an average size of weight and width that is smaller than in the new moon phase. Analysis of the relationship between the width and weight of small crabs in the waters of Tunggulsari Waters is negative allometric, which means that the carapace width grows faster than its weight.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 55-64
Author(s):  
Shofi Firda Safitri ◽  
Sunaryo Sunaryo ◽  
Ali Djunaedi

 ABSTRAK: Kepiting Bakau (Scylla sp.) merupakan sumberdaya kelautan penting di Indonesia dan permintaan terhadap komoditi Kepiting Bakau cenderung meningkat, baik di pasar lokal maupun mancanegara. Peningkatan permintaan Kepiting Bakau dapat menyebabkan terganggunya populasi kepiting di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biomorfometrik Kepiting Bakau (Scylla sp.) yang meliputi ukuran lebar karapas Kepiting Bakau, hubungan lebar karapas dan berat, nisbah kelamin, faktor kondisi dan tingkat kematangan gonad Kepiting Bakau di perairan Bandengan Kendal pada November 2018 sampai Februari 2019. Penelitian menggunakan metode deskriptif eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jumlah Kepiting Bakau yang diamati sebanyak 1914 ekor, terdiri atas 897 betina dan 1017 jantan, terdapat empat spesies Kepiting Bakau yang tertangkap di perairan Bandengan Kendal, yaitu Scylla serrata, Scylla tranquebarica, Scylla paramamosain dan Scylla olivacea, perbandingan betina dan jantan 1:1,19. Ukuran lebar karapas berkisar antara 43,75-165,5 mm dengan berat berkisar antara 23-660 g. Hubungan lebar karapas dengan berat bersifat allometrik negatif. Nilai faktor kondisi yang didapatkan berkisar 1,66–1,189. Tingkat kematangan gonad kepiting betina didominasi oleh TKG I dan II, pada bulan November 2018 – Februari 2019 di perairan Bandengan Kendal belum terjadi masa puncak pemijahan.  ABSTRACT: Mud crabs (Scylla sp.) are important marine resources in Indonesia and demand for mud crabs tends to increase, both in local and foreign markets. Increased demand for Mangrove Crabs can cause disruption to the population of crabs in nature. This study to examine the morphometrics of Mud Crabs (Scylla sp.) Which include the size of the width of the Mud Crab carapace, the relationship between carapace width and weight, sex ratio, condition factors and the level of maturity of the Mud Crab in Bandengan Kendal waters from November 2018 to February 2019. The descriptive explorative methods was used in this research. The results showed that the number of mud crabs caught from November 2018 to February 2019 was 1914, consisting of 897 females and 1017 males, there were four species of mud crabs caught in Kendal Bandengan waters, namely Scylla serrata, Scylla tranquebarica, Scylla paramamosain and Scylla olivacea, comparison of females and males 1: 1,19. Carapace widths range from 43.75 - 165.5 mm with weights ranging from 23 - 660 g. The relationship between carapace width and weight are negative allometric. The obtained condition factor values range from 1.66 - 1.189. The maturity level of female crab gonads are dominated by TKG I and II, thus it is suspected that in November 2018 - February 2019 in the waters of Bandengan Kendal, the spawning peak has not yet occurred.


2020 ◽  
Vol 21 (8) ◽  
Author(s):  
AGUS INDARJO ◽  
Gazali Salim ◽  
MUFRIDA ZEIN ◽  
DODDY SEPTIAN ◽  
STEPHANIE BIJA

Abstract. Indarjo A, Salim G, Zein M, Septian D, Bija S. 2020. The population and mortality characteristics of mangrove crab (Scylla serrata) in the mangrove ecosystem of Tarakan City, Indonesia. Biodiversitas 21: 3856-3866. The mangrove crab is an iconic species of Tarakan City and is often is used as a souvenir. However, the high demand for this species can cause its population to decline. This study aimed to characterize the mangrove crab (Scylla serrata) population in the mangrove ecosystem of Tarakan City, North Kalimantan, Indonesia. This study was designed using a quantitative descriptive method with a case study model. The samples of mangrove crabs were obtained from 6 different stations using a purposive sampling method. The mangrove crab specimens were caught using 35-50 units of crab traps known as the ambau brackets. The primary data included carapace length, carapace width, carapace thickness, sex, and the total weight of each mangrove crab specimen. The results showed that male mangrove crabs have positive allometric growth when the condition index was fat. However, female crabs exhibited negative allometric growth when the condition index was thin. The Von Bertalanffy growth model analysis showed that the maximum carapace length of male mangrove crab in the mangrove ecosystem of Tarakan City was approximately 11.1118 cm for 189 days, while the female length was 9.6474 cm for 80 days. The total mortality value of male and female crabs was 120.01% and 154.94%, the mortality due to fishing was 84.69% and 135.75%, and natural mortality was 35.32% and 19.2%, respectively. The estimated rate of exploitation of both male and female crabs was 70.57% and 87.61%, respectively. The exploitation of S. serrata in the mangrove ecosystem of Tarakan City was evident, hence, conservation efforts are urgently required.


Author(s):  
Maichel Arvan Pananggung ◽  
Ivor L. Labaro ◽  
Emil Reppie

ABSTRACT Mangrove crab (Scylla serrata) and swimming crab (Portunus pelagicus) are economically important marine commodities produced from the coastal waters of Sangihe Islands Regency. But those marine commodity products are usually only caught accidentally with a bottom gill net. There has been a special trap fishing gear for that resources, but not known well by local fishermen. Addition of squid oil extraction baits could increase the fishing power of mangrove crab and swimming crab traps. This research aims to study the effect of squid oil extract on traps bait to catch mangrove crab and swimming crab; and identify the types of biota captured. This research was done in coastal waters of Malise village, Tabukan Tengah District of Sangihe Islands Regency for 2 weeks September 2015; based on experimental method. Six unit traps were operated ten trips where three units of them used scad mackerel bait that injected with squid oil extract, and tree other units just used scad mackerel bait without extract; and the capture data were analyzed using t test. The catch was 142 individuals (135 mangrove crabs and 7 swimming crab); where 86 crabs was caught by scad mackerel bait with squid oil extract, and 56 crabs caught with bait without squid oil extract. The analysis showed that the use of squid oil extracts on trap baits increased the catch. Keywords: mangrove crab, swimming crab,trap baits, squid oil extract, Sangihe   ABSTRAK[1] Kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tetapi komoditi hasil laut tersebut biasanya hanya tertangkap tanpa sengaja (by catch) dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk kepiting bakau dan rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Pemberian ekstrak minyak cumi pada umpan, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu kepiting bakau dan rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak minyak cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan, dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe; selama 2 minggu pada bulan September 2015; yang didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu dioperasikan selama sepuluh trip untuk mengumpulkan data; di mana tiga unit menggunakan umpan ikan layang yang disuntikan ekstrak minyak cumi, dan tiga unit lainnya hanya menggunakan umpan ikan laying tanpa ekstrak; dan data dianalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 142 ekor (135 ekor kepiting bakau dan 7 ekor rajungan); di mana 86 ekor tertangkap dengan umpan layang yang diberi ekstrak minyak cumi, dan 56 ekor tertangkap dengan umpan tanpa ekstrak. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak minyak cumi pada umpan bubu, memberikan hasil tangkapan yang sangat berbeda dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak minyak cumi. Kata-kata kunci: kepiting bakau, rajungan, umpan bubu, ekstrak minyak cumi, Sangihe  


2019 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Aisyah Aisyah ◽  
Setiya Triharyuni ◽  
Eko Prianto ◽  
Husnah Husnah

Kawasan estuari merupakan wilayah yang kaya akan unsur hara di daerah pantai. Perubahan ekosistem pantai, seperti terjadinya pendangkalan menyebabkan penurunan luasan mangrove. Dampak yang terjadi merupakan penyumbang bagi kerentanan sumberdaya kepiting bakau di daerah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resiko potensi kerentanan sumber daya kepiting bakau dan keberlanjutannya di estuari Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Analisis kerentanan menggunakan perangkat lunak PSA (Productivity and Susceptibility Analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi kepiting bakau di Eestuari Mahakam mempunyai kerentanan tingkat rendah (tingkat kerentanan =1,3). Nilai produktivitas (kemampuan pulih sumber daya) menunjukan nilai yang lebih tinggi (2,1) dari pada nilai susceptabilitas (tingkat resiko sumber daya ikan terhadap aktivitas perikanan di perairan tersebut) yaitu 1,9. Dengan kondisi tersebut maka peluang keberlanjutan ketersediaan kepiting bakau di estuari Mahakam berada dalam tingkat sedang.Estuaries constitute an extremely valuable natural resource in the coastal areas. The coastal ecosystem changes such as deforestation of the estuarine caused the decrease of mangrove forestry. These impacts directly contribute to the vulnerability of mud crab resources. The purpose of this research was to determine the risk level of potential vulnerability of mangrove crab resources in the Mahakam estuary. Vulnerability analysis using Productivity and Susceptibility Analysis (PSA) software. The results showed that mangrove crabs in the Mahakam estuary were low vulnerable (vulnerability level of 1.3). Value of productivity (the ability to recover resources) higher than susceptibility (level of risk of fish resources to fisheries activities in those areas). It, means that the chances for sustainability of mangrove crab in Mahakam estuary were medium level.


2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Joudy R. R Sangari ◽  
Boyke H. Toloh

Scylla serrata is one of the dominant muddy crabs caught in Mantehage Island coastal waters, North Sulawesi. The study was aim to determine the temporal distribution of S. serrata condition i based on carapace length - weight relationship and its condition factors. Data carapace width and weight of muddy crabs collected by enumerators from Oktober 2014 to April 2015. The results showed that b value of male (2.219 – 2.835) and female (1.264-2.352) were significantly different (P<0.05). Male and female crabs have a negative allometric growth pattern with b value of males tend to be larger than females. Range of values for K and Kn male crabs longer than females that male crabs tend to be fatter. Temporal distribution of this mangrove crab condition factors is assumed to be related with the reproductive cycle. The value is increasing since October to a peak season in January which estimated related to a peak of the muddy crabs spawning season in Mantehage Island coastal waters.   Key words: growth potential, Mantehage Island coastal waters, Scylla serrata _____________________________________________________________________ 1Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT A b s t r a k   Scylla serrata merupakan salah satu jenis kepiting bakau yang dominan tertangkap di perairan Pulau Mantehage Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pertumbuhan kepiting bakau ditinjau dari hubungan panjang karapas dengan berat. Data panjang karapas dan berat kepiting bakau dikumpulkan melalui nelayan setempat sebagai enumerator sejak Oktober hingga April  2015. Hasil menunjukkan nilai b antara kepiting jantan (2,219 – 2,835) dan betina (1,264 - 2,352) berbeda nyata (P<0,05). Keduanya memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif dengan nilai b kepiting jantan cenderung lebih besar dibandingkan betina. Kisaran nilai K dan Kn menunjukkan kepiting jantan lebih panjang dibandingkan betina sehingga kepiting jantan cenderung lebih gemuk. Sebaran faktor kondisi kepiting bakau diduga terkait dengan siklus reproduksinya. Nilai faktor kondisi meningkat sejak bulan Oktober 2014 hingga puncaknya pada bulan Januari 2015yang diduga pada saat tersebut merupakan puncak musim pemijahan kepiting bakau di perairan P. Mantehage. Kata kunci: potensi pertumbuhan, perairan P. Mantehage, Scylla serrata


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document