scholarly journals Pengaruh ekstrak minyak cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan di Perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah

Author(s):  
Maichel Arvan Pananggung ◽  
Ivor L. Labaro ◽  
Emil Reppie

ABSTRACT Mangrove crab (Scylla serrata) and swimming crab (Portunus pelagicus) are economically important marine commodities produced from the coastal waters of Sangihe Islands Regency. But those marine commodity products are usually only caught accidentally with a bottom gill net. There has been a special trap fishing gear for that resources, but not known well by local fishermen. Addition of squid oil extraction baits could increase the fishing power of mangrove crab and swimming crab traps. This research aims to study the effect of squid oil extract on traps bait to catch mangrove crab and swimming crab; and identify the types of biota captured. This research was done in coastal waters of Malise village, Tabukan Tengah District of Sangihe Islands Regency for 2 weeks September 2015; based on experimental method. Six unit traps were operated ten trips where three units of them used scad mackerel bait that injected with squid oil extract, and tree other units just used scad mackerel bait without extract; and the capture data were analyzed using t test. The catch was 142 individuals (135 mangrove crabs and 7 swimming crab); where 86 crabs was caught by scad mackerel bait with squid oil extract, and 56 crabs caught with bait without squid oil extract. The analysis showed that the use of squid oil extracts on trap baits increased the catch. Keywords: mangrove crab, swimming crab,trap baits, squid oil extract, Sangihe   ABSTRAK[1] Kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tetapi komoditi hasil laut tersebut biasanya hanya tertangkap tanpa sengaja (by catch) dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk kepiting bakau dan rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Pemberian ekstrak minyak cumi pada umpan, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu kepiting bakau dan rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak minyak cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan, dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe; selama 2 minggu pada bulan September 2015; yang didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu dioperasikan selama sepuluh trip untuk mengumpulkan data; di mana tiga unit menggunakan umpan ikan layang yang disuntikan ekstrak minyak cumi, dan tiga unit lainnya hanya menggunakan umpan ikan laying tanpa ekstrak; dan data dianalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 142 ekor (135 ekor kepiting bakau dan 7 ekor rajungan); di mana 86 ekor tertangkap dengan umpan layang yang diberi ekstrak minyak cumi, dan 56 ekor tertangkap dengan umpan tanpa ekstrak. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak minyak cumi pada umpan bubu, memberikan hasil tangkapan yang sangat berbeda dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak minyak cumi. Kata-kata kunci: kepiting bakau, rajungan, umpan bubu, ekstrak minyak cumi, Sangihe  

Author(s):  
Thomson M. Watem ◽  
Henry J. Kumajas ◽  
Fanny Silooy

ABSTRACT Swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the economically important marine product commodities resulting from coastal waters Indonesia. Swimming crab in coastal waters of North Sulawesi usually caught accidentally with bottom gillnet. There has been a special fishing gear for crab traps, but not known by local fishermen. Addition of mackerel oil extract on baits could increase the fishing power of swimming crab traps but this kind of scientific information, particularly on swimming crab, not widely available yet. This research aims to study the effect of mackerel oil extract on traps bait to catch swimming crab; and to identify the types of biota captured. This research was conducted in coastal waters of Malalayang Satu, Malalayang District, Manado City; in December 2014 to January 2015; which is based on experimental methods. Six units of trap were operated seven nights; where tree units of them used scad mackerel bait that injected by mackerel oil extract, and tree other units just used scad mackerel bait without mackerel oil extract; and the capture data were analyzed by t test. The catch was 58 swimming crab in total; 42 fish was caught by scad mackerel bait with mackerel oil extract, and 16 swimming crab was caught by bait without mackerel oil extract. Analysis of t test showed that the use of mackerel oil extracts in bait traps, giving different swimming crab catches compared with bait without mackerel oil extracts. Keywords: swimming crab, trap, mackerel oil, Malalayang Manado   ABSTRAK Ranjungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Indonesia. Rajungan di perairan pantai Sulawesi Utara biasanya tertangkap tanpa sengaja dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Pemberian ekstrak berupa minyak tenggiri pada umpan diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu ranjungan; namun informasi ilmiah seperti ini, khususnya pada ranjungan, belum banyak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan; dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado; pada bulan Desember 2014 sampai bulan Januari 2015; yang didasarkan pada metode experimental fishing. Enam unit bubu dioperasikan tujuh malam; di mana tiga unit menggunakan umpan ikan layang yang disuntikkan ekstrak minyak tenggiri, dan tiga unit lainnya hanya menggunakan umpan ikan layang tanpa ekstrak; dan data dinalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 58 ekor; 42 ekor tertangkap dengan umpan layang yang diberi ekstrak minyak tenggiri, dan 16 ekor tertangkap dengan umpan tanpa ekstrak minyak tenggiri. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu memberikan hasil tangkapan ranjungan yang lebih banyak dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak minyak tenggiri. Kata-kata kunci: rajungan, bubu, minyak tenggiri, Malalayang Manado. [1] Penulis untuk penyuratan; email: [email protected]


Author(s):  
Moch. Abdul Chalim ◽  
Johnny Budiman ◽  
Emil Reppie

Swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the fishery commodities that have high sales value for which raced flavor and high nutritional content. This swimming crab in coastal waters of North Sulawesi usually caught accidentally (by catch) with bottom gillnets. There has been a special fishing gear for crab traps, but not known by local fishermen. The differences of trap shape could increase the fishing power of swimming crab traps; but such scientific information is not widely available yet. Therefore, this research aimed to study the effect of pots shape to catch swimming crab; and identifies the types of biota captured. This research was conducted in the coastal waters of  Kema Tiga village, North Minahasa Regency; from September to December 2014; which is based on the experimental method. Bubu six units of traps (three units conical shape, and three other rectangular shape), operated for eight nights to collect data; used scad mackerel bait; and the capture data were analyzed by t test.  The catch was 86 swimming crab in total; 56 was caught by conical shape traps, and 30 individuals were caught by rectangular shape traps. Analysis of test showed that t0 = 4.596> t table 0.01; 7 = 3.499, which means that the use of conical shape traps, giving highly significantly different swimming crab catches compared to rectangular shape traps. Keywords: Swimming crab, trap, mackerel bait, North Minahasa   ABSTRAK Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai jual tinggi karena memiliki rasa yang lezat dan kandungan gizi yang tinggi). Rajungan  ini di perairan pantai Sulawesi Utara biasanya tertangkap tanpa sengaja (by catch) dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Perbedaan bentuk bubu diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu ranjungan; namun informasi ilmiah seperti ini belum banyak tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bentuk bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan; dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap.  Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Desa Kema Tiga, Kabupaten Minahasa Utara; pada bulan September sampai Desember 2014; yang didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu (tiga unit bentuk kerucut terpancung dan tiga unit bentuk empat persegi) dioperasikan selama delapan malam untuk mengumpulkan data; menggunakan umpan ikan layang; dan data dinalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 86 ekor; 56 ekor tertangkap dengan bubu bentuk kerucut terpancung, dan 30 ekor tertangkap dengan bubu bentuk empat persegi. Hasil analisis menunjukan bahwa t hitung = 4,596 > t tabel 0,01;7 = 3,499, yang berarti bahwa penggunaan konstruksi bubu bentuk kerucut terpancung, memberikan hasil tangkapan rajungan yang sangat berbeda nyata dibandingkan dengan konstruksi bubu empat persegi. Kata-kata kunci: Rajungan, bubu, umpan ikan layang, Minahasa Utara.


2019 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 205
Author(s):  
Normayanti Thamrin Mardhan ◽  
La Sara ◽  
Asriyana Asriyana

Abstrak : Penangkapan rajungan di perairan Pantai Purirano umumnya dilakukan oleh usaha perikanan rajungan skala kecil, yang menggunakan jaring insang (gillnet). Gillnet merupakan alat tangkap pasif yang pengoperasiannya tidak merusak sumberdaya hayati perairan. Walaupun demikian, gillnet merupakan alat tangkap yang tingkat selektivitasnya rendah, sehingga dikhawatirkan hasil tangkapan sampingan (bycatch) lebih banyak daripada hasil tangkapan utama (target species). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi hasil tangkapan rajungan (portunus pelagicus) sebagai target utama dan komposisi bycatch alat tangkap gillnet di perairan Pantai Purirano.Sampel rajungan ditangkap menggunakan jaring insang (gillnet) dengan ukuran mata jaring 4 inci & lebar jaring 80 cm. Hasil tangkapan selama penelitian diperoleh 29 jenis dari 25 famili. Hasil tangkapan yang diutamakan adalah rajungan dari famili Portunidae, tetapi terdapat juga jenis-jenis lain yang juga tertangkap (bycatch), yang sebagian dimanfaatkan (useable) dan sebagian lain dibuang ke laut (discarded). Jumlah total hasil tangkapan rajungan jantan selama penelitian adalah 58 ekor (54%) dan betina sebanyak 50 ekor (46%). Indeks dominansi hasil tangkapan tergolong rendah yaitu berkisar 0,21 – 0,27. Hal ini mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap jaring insang tergolong rendah.Kata Kunci : Rajungan (Portunus pelagicus), Bycatch, Gillnet, PuriranoAbstrack : Catching crabs in Purirano Beach is generally carried out by small-scale crab fishing businesses, which use gillnet.  Gillnet is a passive fishing gear whose operation does not damage aquatic biological resources.  However, gillnet is a fishing tool with a low selectivity level, so it is feared that bycatch by-catch is more than the main catch (target species).  This study aims to determine the proportion of crab catches (portunus pelagicus) as the main target and the composition of gillnet fishing gear bycatch in Purirano Beach waters.  Swimming crab samples were captured using gill nets with mesh sizes of 4 inches & net width of 80 cm.  The catch during the study obtained 29 species from 25 families.  The preferred catch is crabs from the family Portunidae, but there are also other species that are also caught (bycatch), some are used (useable) and some others are thrown into the sea (discarded).  The total number of male crab catches during the study was 58 individuals (54%) and 50 females (46%).  The catch index dominance is relatively low, in the range of 0.21 - 0.27.  This indicates that the selectivity of gill nets is relatively low.Keywords : Rajungan (Portunus pelagicus), Bycatch, Gillnet, Purirano


Author(s):  
Fransisco P.T. Pangalila ◽  
Ivor L. Labaro

Swimming Crab (Portunus pelagicus) is one of the economically important marine commodities produced from the coastal waters of Indonesia. The Catching of swimming crabs directly from nature carried out using various types of fishing gear, one of which is a trap. Methods using experimental methods. Therefore, the objective of this research was to study the effect of  type of bait to catch swimming crab. Two kinds of bait, the scad mackerel and chicken intestines. Catch data were collected using 6 units of  trap, operated in coastal waters of Manado bay; and data analysis is based on a  t-test is done using a comparative analysis of the value of the middle observation sample pairs. Besides evaluation carapace size and weight (legal size) swimming crab based Permen KP nomor 1 tahun 2015. The catch was 76 swimming crabs in total, and the results of t-test analysis showed that the use of bait scad mackerel and chicken intestines on traps caused high significant effect in catch. The size of swimming crabs showed that nearly all eligible allowable catch of 71 individuals (93%) both carapace size and weight, and only 5 individuals (7%) who do not eligible allowable catch. Keywords : swimming crab, carapace size, trap baits, chicken intestines.   ABSTRAK Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Indonesia.  Penangkapan rajungan langsung dari alam dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap, salah satunya adalah bubu.  Metode Penelitian menggunakan metode eksperimental. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan rajungan. Dua jenis umpan yang digunakan, yaitu ikan layang dan usus ayam. Data tangkapan dikumpulkan dengan menggunakan 6 unit bubu, yang dioperasikan di perairan pantai Malalayang Teluk Manado; dan analisis data didasarkan pada uji t yang dikerjakan menggunakan analisis perbandingan nilai tengah contoh pengamatan berpasangan.  Selain itu dilakukan evaluasi ukuran karapas dan berat (legal size) rajungan berdasarkan Permen KP nomor 1 tahun 2015. Total hasil tangkapan 76 ekor, dan hasil analisis uji t menunjukkan bahwa penggunaan umpan ikan layang dan usus ayam pada bubu kerucut memberikan hasil tangkapan rajungan yang sangat berbeda nyata.  Ukuran hasil tangkapan rajungan yang diperoleh menunjukkan bahwa hampir semuanya memenuhi persyaratan tangkapan yang diperbolehkan yaitu 71 ekor (93 %) baik ukuran karapas maupun berat, dan hanya 5 ekor (7 %) yang tidak memenuhi persyaratan. Kata-kata kunci : rajungan, ukuran karapas, umpan bubu, usus ayam.


Author(s):  
Jersey R. Cumentas ◽  
Lefrand Manoppo ◽  
Johnny Budiman

ABSTRACT Soma darape is a traditional net fishing gear that still operated in Amurang Bay because of simple in construction, relatively inexpensive, and easy to operate using a small boat. The operation, however, sometimes is done in damaging ways to fish resources and the environment. Therefore, this research aims to study the species and composition of catches of soma darape, as well as assessing the legal size of catches. This research was done in coastal waters near mangrove of Bajo Village, Tatapaan District, South Minahasa Regency in June 2015; based on descriptive method. The catch consisted of 19 species, and the predominant species (≥ 20) were Scatophagus argus (42), Tylosurus crocodiles (33), Carangoides ferdau (27), Scylla serrata (26), Leiognathus smithursti (21) and Terapon jarbua (20). There were 6 species that have a legal size, namely Terapon jarbua (1), Scatophagus argus (18), Siganus canaliculatus (3), Lutjanus fulvus (5), Sillago analysts (16) and Scylla serrata (1). Of the total catch, only 17.89% was legal size and 82.11% was not legal size. Keywords: soma darape, gill net, catch composition, Amurang Bay   ABSTRAK Soma darape merupakan alat tangkap jaring tradisional yang masih dioperasikan di Teluk Amurang karena konstruksinya sederhana, relatif murah dan mudah dioperasikan dengan perahu ukuran kecil. Tetapi kadang-kadang pengoperasiannya dilakukan dengan cara-cara yang bersifat merusak sumberdaya ikan dan lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mempelajari jenis dan komposisi hasil tangkapan soma darape; serta menilai ukuran legal hasil tangkapan. Penelitian ini dilakukan di perairan pantai dekat mangrove Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan pada bulan Juni 2015; yang didasarkan pada metode deskriptif. Hasil tangkapan terdiri dari 19 spesies, dan spesies yang dominan (≥ 20 ekor) secara berturut-turut adalah ikan Scatophagus argus (42 ekor), Tylosurus crocodiles (33 ekor), Carangoides ferdau (27 ekor), Scylla serrata (26 ekor), Leiognathus smithursti (21 ekor) dan Terapon jarbua (20 ekor). Hanya 6 spesies yang memiliki ukuran legal tangkap, yaitu Terapon Jarbua (1 ekor), Scatophagus argus (18 ekor), Siganus canaliculatus (3 ekor), Lutjanus fulvus (5 ekor), Sillago analis (16 ekor) dan Scylla serrata (1 ekor). Secara total hasil tangkapan, hanya 17,89% yang layak tangkap dan 82,11% tidak layak tangkap. Kata-kata kunci: soma darape, jaring insang, komposisi tangkapan, Teluk Amurang


2019 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Danang Setyo PAMBUDI ◽  
Agung Budiharjo ◽  
Sunarto Sunarto

Pantai utara Rembang memiliki kawasan hutan bakau yang masih tersisa di Jawa Tengah. Salah satu habitat kepiting bakau (Scylla spp.) yang penting terdapat di pantai Pasar Banggi. Penangkapan secara intensif menggunakan alat tangkap bubu kepiting. Tingginya permintaan pasar terhadap kepiting bakau mengakibatkan aktivitas penangkapan di pantai Rembang dan sekitarnya berlangsung terus-menerus sehingga dikhawatirkan mengancam kelestariannya. Penelitian ini akan mendata dan menganalisa kelimpahan dan keanekaragaman kepiting bakau di pantai Pasar Banggi yang dilakukan pada bulan Februari-Maret 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah line transek kuadrant. Pengamatan dilakukan pada 3 (tiga) stasiun, dimana masing-masing stasiun mempunyai 9 plot yang berukuran 10 x 10m. Pengambilan tangkapan kepiting dilakukan sebanyak 4 (empat) ulangan. Selanjutnya dihitung indek kelimpahan relatif (IKR) dan indek keanekaragaman Shannon-Winner (H’) di setiap stasiun penelitian. Hasil penelitian menunjukkan IKR di setiap stasiun relatif tinggi. Nilai tertinggi (37,74%) terdapat pada stasiun 2 dan terendah (25,16%) pada stasiun 1. Berdasarkan jenisnya, IKR tertinggi (53,5%) terdapat pada Scylla tranquebarica dan terendah (20,8%) pada jenis Scylla serrata. Indeks keanekaragaman (H’) rata-rata di semua stasiun penelitian relatif rendah. Nilai H’ tertinggi (1,060) terdapat di stasiun 2 dan terendah (0,697) di stasiun 1. Disarankan segera dilakukan pengelolaan kawasan hutan bakau di pantai Pasar Banggi sehingga sumberdaya kepiting bakau (Scylla spp.) dapat terus berkelanjutan.The north coast of Rembang have mangrove forest that remaining area in Central Java, One of the important habitat of mangrove crab (Scylla spp.) was Pasar Banggi coast. Trap net as the main fishing gear used for mangrove crab in those areas. The high market demand for the mangrove rab their sustainability. This research will record and analyze the abundance and diversity of mangrove crabs on the Banggi Market beach conducted in February-March 2019 by using quadrant transect line methods. Observation made consist of 3 (three) stations where each station has 9 plots with the size of plot of 10 x 10m. Furthermore, the relative abundance indices (IKR) and diversity indices of Shanon-Wienner (H’) were calculated for each station. The results showed that the value of IKR in each station was relatively high. The highest value (37.74%) found at station 2 and the lowest (25.165) at station 1. Based on the species caught, the highest IKR (53.5%) was species of Scylla tranquebarica and the lowest (20.8%) was Scylla serrata The average of H’ were low relativelly for all stations with the highest value (1.060) at station 2 and the lowest (0.697) at station 1. It is recommended that mangrove management be carried out in Pasarbanggi coast immediately so that the utilization of mangrove crab resources can continue. 


2017 ◽  
Vol 15 (4) ◽  
pp. 287
Author(s):  
Siti Nuraini ◽  
Prihatiningsih Prihatiningsih ◽  
Sri Turni Hartati

Rajungan (Portunus peiagicus'' merupakan salah salu sumber daya hayati laut yang banyak dimanfaatkan oleh nelayan tradisionai. Rajungan di Teluk Jakarta selain sebagai sasaran penangkapan pada bubu cian jaring rajungan, juga tertangkap dengan sero, bagan, dan jaring arad Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006 dengan tujuan untuk memperoleh informasi parameter stok dan selektivitas beberapa alat tangkap rajungan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rajungan yang terlangkap mempunyai iebar karapas 4.16-11,9 cm dan boboi anlara 5.'1-113 g. Rajungan pertama kali tertangkap (Lcuo,o) pada sero, bagan, bubu, jaring rajungan, dan iaring arad pada ukuran lebar karapas 6,3: 7,3: 8,54; 8,96; dan 8,69 cm. Hampir semua (>95%i ralungan yang tertangkap dengan sero dan bagan merupakan rajungan kecil. Raiungan dewasa yang tertangkap pada jalng arad, bubu, dan Jaring rajungan diperoleh 4l, 66, dan 68%. Perbandingan keiamin jantan terhadap betina tidak sama pada alat tangkap yang digunakan. Hubungan antara lebar karapas dan panjang karapas pada sero, bagan, dan bubu rajungan mengikuti persamaan CW=o,4446 CL+0,1892 1r=3,9;. CW=o.431 4CL+0,347 5 (r=0,84J, dan CW=0,471 8C1+0,1 843 (r=0,83). Swimming crab, Portunus pelagicus ls one ot marine organism resources, intensively exploiled by aftisanal flsheres. fills crabis targeled species of trap and monofilalnent gili net and also as by catch of guiding barrier trap. fixed lift net. and monofilament gill net. The study was conducted in Jakarta Bay in 2006. The ob.tecti\/es of this study are to detemline papL ation parameters and seieclivity of swimmhg crab on several fishing gears used in Jakarta Bay. The swimning crabs werc caLtgl)t between 4.16-11 .9 cm in carapace widlh and between 5.1-113 g in weight. ihe firct captured (Lc sa-) of swimming crab caught by guiding barrier trap, fixed lift net, collapsible trap, beach se//]e. and monofilament gill net were 6.3, 7.3, 8.54. 8.69. and for 8.96 cnt. respectively. Guiding bamer trap and fixed iift net caught small crab for more than 95%. Large crab was caught by beach seine, collapsible trap, and monofilament gill net for crab were 41 , 66, dan 68% of the total catclt. The sex rutio between male and female diferred among the gears used. The relationship between CW and CL ol guiditlg barrier trap, fixed lifnet, bagan, and trap follows the equation CW=0.4446 CL+0.1892 (r=0 9) CW=o. 43 1 4CL+0. 3 47 5 (r=0. 84), and CW=o.47 1 8CL+0. 1 84 3 (r=0. 83 ).


2020 ◽  
Vol 21 (8) ◽  
Author(s):  
AGUS INDARJO ◽  
Gazali Salim ◽  
MUFRIDA ZEIN ◽  
DODDY SEPTIAN ◽  
STEPHANIE BIJA

Abstract. Indarjo A, Salim G, Zein M, Septian D, Bija S. 2020. The population and mortality characteristics of mangrove crab (Scylla serrata) in the mangrove ecosystem of Tarakan City, Indonesia. Biodiversitas 21: 3856-3866. The mangrove crab is an iconic species of Tarakan City and is often is used as a souvenir. However, the high demand for this species can cause its population to decline. This study aimed to characterize the mangrove crab (Scylla serrata) population in the mangrove ecosystem of Tarakan City, North Kalimantan, Indonesia. This study was designed using a quantitative descriptive method with a case study model. The samples of mangrove crabs were obtained from 6 different stations using a purposive sampling method. The mangrove crab specimens were caught using 35-50 units of crab traps known as the ambau brackets. The primary data included carapace length, carapace width, carapace thickness, sex, and the total weight of each mangrove crab specimen. The results showed that male mangrove crabs have positive allometric growth when the condition index was fat. However, female crabs exhibited negative allometric growth when the condition index was thin. The Von Bertalanffy growth model analysis showed that the maximum carapace length of male mangrove crab in the mangrove ecosystem of Tarakan City was approximately 11.1118 cm for 189 days, while the female length was 9.6474 cm for 80 days. The total mortality value of male and female crabs was 120.01% and 154.94%, the mortality due to fishing was 84.69% and 135.75%, and natural mortality was 35.32% and 19.2%, respectively. The estimated rate of exploitation of both male and female crabs was 70.57% and 87.61%, respectively. The exploitation of S. serrata in the mangrove ecosystem of Tarakan City was evident, hence, conservation efforts are urgently required.


Marine Policy ◽  
2014 ◽  
Vol 46 ◽  
pp. 119-122 ◽  
Author(s):  
Sang-Goo Kim ◽  
Won-IL Lee ◽  
Moon Yuseok

2005 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
J. PATTERSON ◽  
V.D. SAMUEL

A community-based crab-fattening project was adopted by the womenfolk of Vellapatti fishing village in Tuticorin coast, Gulf of Mannar for proper utilization of their available resources and their leisure time for income generation. The mud crab, Scylla serrata and blue swimming crab, Portunus pelagicus were chosen for crab fattening which is ‘First of its kind’ in India and the women are successful in fattening and creating alternate income through this project. Between these two crabs, fattening of P. pelagicus is more attractive due to the short fattening span and the low price quoted on molted crabs at the auction sheds. The participation of women and the effectiveness of this project are discussed in this paper.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document