scholarly journals Ekologi Lamun di Pulau Sintok, Pulau Kemujan dan Pulau Menjangan Besar Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah

2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 277-284
Author(s):  
Abdul Latif Mahakar ◽  
Retno Hartati ◽  
Suryono Suryono

Lamun memiliki tingkat produktivitas primer yang tinggi dan memiliki kemampuan dalam meredam kekuatan arus dan gelombang. Membuat ekosistem lamun sangat menarik dan nyaman bagi kehidupan organisme perairan, baik sebagai tempat untuk mencari makan, tempat memijah ataupun tempat untuk pembesaran anak/larva/juvenile. Padang lamun merupakan ekosistem yang bermanfaat, tetapi kurang diperhatikan. Peneltian ini bertujuan Mengidentifikasi jenis, mengetahui kerapatan dan tutupan lamun di perairan Pulau Sintok, Pulau Kemujan dan Pulau Menjangan Besar Kepulauan karimunjawa. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey. Pengamatan sampel lamun dilakukan dengan metode transek kuadran dan penentuan lokasi penelitian mengguanakan metode purposive sampling, dibagi berdasarkan zonasi. Analisis data berupa perhitungan kerapatan (Ind/m²) dan penutupan lamun (%). Hasil penelitian telah menemukan 6 jenis lamun, yaitu Cymodocea  serrulata, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Thalasia hemprichi, Halophila ovalis dan Halophila minor. Pulau Sintok sebagai zona perlindungan bahari memiliki nilai kerapatan lamun tertinggi dengan kisaran  98,22-5,56 Ind/m². Diikuti oleh Pulau Menjangan Besar dengan kisaran 62,67-12,67 Ind/m sebagai zona pemanfaatan wisata bahari dan Pulau Kemujan sebagai zona pemukiman dengan kisaran 50-27,33 Ind/m². Sedangkan untuk  tutupan lamun, pada Pulau Sintok dengan kisaran 23,61-1,30%. Pulau Kemujan dengan kisaran 22,61-10,29% dan Pulau Menjangan Besar berkisar 18,75-2,39%. Thalasia hemprichi adalah spesies dengan nilai kerapatan dan tutupan tertinggi dari seluruh lokasi penelitian dengan 98,22 Ind/m² dan 23,61%. Dan spesies terendah untuk kerapatan dan tutupan adalah Cymodocea serrulata dengan 5,56 Ind/m² dan 1,30%. Seagrass have primary level of productivity is high and has the ability to soften the strength of the current and waves. Make seagrass ecosystem is very interesting and comfortable for the life of the organism the waters, both as a place to feeding ground, spawning ground or place to nursery ground. The seagrass is a useful ecosystem, but less noted. This research aims identify the species, know the density and seagrass cover at Sintok Island, Kemujan Island and Menjangan Besar Island Karimunjawa Islands. This research conducted on 15 May 2016 at Sintok Island, Kemujan Island and Menjangan Besar Island Karimunjawa Islands. The method used in this research is the survey method. Sample observation seagrass done with the transect quadrant method. The determination of the location of the research using the method purposive sampling, divided based on over zoning. Data Analysis in the form of calculating the density (Ind/m²) and seagrass cover (%).The results of research has found 6 species of seagrass, namely, Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Thalasia hemprichi, Halophila ovalis and Halophila minor. Sintok island as protection zone bahari has the highest seagrass density value with a range of 98,22-5.56 Ind/m². Followed by of Menjangan Besar Island with 62,67-12,67 Ind/m² as a zone of the utilization of marine tourism and Kemujan Island as residential zone with a range of 50-27,33 Ind/m². While for the seagrass cover,on the Sintok Island with a range of 23,61-1,30%. Kemujan Island with a range of 22,61-10,29% and And Menjangan Besar Island range 18,75-2.39%. Thalasia hemprichi is the species with the value of the density and the highest cover from the entire research location with 98,22 Ind/m² and 23,61%. And the species to low density and cover is Cymodocea serrulata with 5.56 Ind/m² and 1,30%.

Jurnal Segara ◽  
2016 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
Author(s):  
Mariska A. Kusumaningtyas ◽  
Agustin Rustam ◽  
Terry L. Kepel ◽  
Restu Nur Afi Ati ◽  
August Daulat ◽  
...  

Penelitian mengenai ekologi dan struktur komunitas lamun ini dilakukan tanggal 10 – 15 Juni 2013 di perairan pesisir Teluk Ratatotok, Minahasa Tenggara. Metode penelitian dilakukan secara purposive sampling terkait dengan keberadaan lamun. Penelitian yang dilakukan meliputi pengukuran prosentase tutupan lamun, kerapatan, struktur komunitas, dan kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Terdapat tujuh jenis lamun yang terdiri dari dua famili. Famili Hydrocharitaceae ditemukan tiga jenis lamun yaitu Enhalus acoroides (Ea), Thalassia hemprichii (Th) dan Halophila ovalis (Ho). Empat jenis lamun dari famili Cymodoceaceae yaitu Cymodocea serrulata (Cs), Cymodocea rotundata (Cr), Halodule pinifolia (Hp), dan Syringodium isoetifolium (Si). Kisaran prosentase penutupan rata-rata antara 22,5% - 89,5%. Kerapatan lamun perstasiun berkisar antara 17 – 473 ind/m2, dengan kerapatan tertinggi lamun jenis Ho sebesar 473 ind/m2 di stasiun 6. Nilai INP tertinggi pada lamun jenis Ea sebesar 128% diikuti berturut-turut oleh Si (41%), Th (36%), Ho (27%), Cs (26%), Cr (24%) dan Hp (17%). Berdasarkan kriteria status kondisi padang lamun (Kepmen LH no 200 tahun 2004), kondisi padang lamun di Teluk Ratatotok antara rusak/miskin sampai dengan baik/sehat. Stasiun 5 kondisi rusak/miskin, stasiun 3 dan 4 kondisi rusak/kurang sehat dan tiga stasiun kondisi baik/sehat yaitu stasiun 1, 2 dan 6. Secara keseluruhan kondisi lingkungaan Teluk Ratatotok masih mendukung pertumbuhan lamun.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 213-224
Author(s):  
Handhikka Daffa Wira Pradhana ◽  
Hadi Endrawati ◽  
AB Susanto

Ekowisata bahari adalah kegiatan wisata berkelanjutan yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya tersebut dapat dibagi menjadi sumberdaya alam dan manusia yang keduanya bersinergi dan berintegrasi untuk pemanfaatan ekowisata tersebut. Ekowisata lamun merupakan salah satu ekowisata berpotensi dimana potensi ekosistem lamun yang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir dengan peran penting untuk melindungi wilayah pesisir tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekosistem lamun untuk dijadikan pendukung ekowisata bahari dengan melihat presentase tutupan, parameter lingkungan, dan kelimpahan biota yang berasosiasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi langsung. Metode observasi langsung adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mengukur langsung objek yang diamati. Metode pengambilan data menggunakan metode transek garis LIPI dengan transek kuadran 50 x 50 cm. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa setidaknya terdapat lima spesies lamun yang dapat ditemukan di Perairan Pulau Panjang, yaitu: Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, dan Halophila ovalis. Kerapatan jenis lamun tertinggi adalah spesies Thallasia hemprichii di stasiun 1 dan kerapatan terendah adalah spesies Halophila ovalis di stasiun 1. Perairan Pulau Panjang juga memiliki potensi biota yang berasosiasi dalam ekosistem lamun, dimana terdapat berbagai jenis ikan karang, Mollusca, Cnidaria, dan Echinodermata yang meningkatkan daya dukung ekowisata lamun yang juga didukung dengan hasil persepsi masyarakat yang mendukung dan ingin berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata pada ekosistem lamun.  Marine ecotourism is a sustainable tourism activity that utilized coastal and marine resources. These resources can be devided into natural resources and human resources that both of which can be sinergized and integrated for ecotourism use. Seagrass ecotourism is one of the potential ecotourism that seagrass ecosystem is one of the ecosystems in coastal areas with an important role in protecting the coastal area.  The purpose of this research is to determine the potential of seagrass ecosystem to support marine ecotourism in Panjang Island by also looking at the coverage percentage, environmental parameters, and the abundance of associated biotas. The research method used is direct observation method. Direct observation method is a method of collecting data by directly observing and measuring the object that being observed. The data collection method uses method by LIPI that uses quadrant transects of 50 x 50 cm. The results indicate that there’s at least five species of seagrass can be found in Panjang Island Waters, which is: Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, and Halophila ovalis. The highest coverage density of seagrass is Thallasia hemprichii in station 1, and the lowest coverage density is Halophila ovalis in station 1. Panjang Island Waters also have the potential of associated biotas in the seagrass ecosystem, where there are various types of reef fishes, Molluscas, Cnidarias, and Echinodermatas that can increase the potential of seagrass ecotourism which are also supported by the results of the community’s perception that support and want to participate in ecotourism activities in the seagrass ecosystem of Panjang Island.


2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 107-116
Author(s):  
Amin Nur Kolis Rela Hidayah ◽  
Raden Ario ◽  
Ita Riniatsih

Struktur komunitas lamun merupakan suatu konsep yang harus diketahui untuk mengetahui kondisi ekosistem perairan tersebut. Padang lamun memiliki peran penting dalam kehidupan yang ada dibawah laut dangkal, sehingga ekosistem padang lamun perlu untuk dijaga kelestariannya agar keberlangsungan produktivitas di ekosistem tersebut tetap seimbang. Tujuan penelitian ini adalah menghitung dan menganalisis komposisi jenis, kerapatan serta persen tutupan lamun, mengetahui indeks ekologi lamun seperti keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan mengetahui indeks nilai penting lamun di Pulau Parang. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2017. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif, terdapat 2 lokasi (A dan B) dengan 3 stasiun disetiap lokasinya. Penentuan lokasi dengan metode purposive random sampling. Pada saat penelitian, setiap stasiun menggunakan transek kuadran ukuran 1 x 1 m pada hamparan lamun. Transek ini dibagi menjadi 16 buah kisi ukuran 25 cm2. Jumlah tegakan diamati langsung secara visual. Hasil penelitian menunjukkan 4 jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii. Kisaran kerapatan lamun yang ditemukan 5–219 tegakan/m2. Rata–rata persen tutupan lamun menunjukkan nilai 17,61% (Lokasi A) dan 19,24% (Lokasi B). Indeks Nilai Penting menunjukkan Cymodocea rotundata berperan penting dalam kondisi ekosistem perairan di lokasi A dan B . Indeks ekologi lamun menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman tergolong sedang di Lokasi A dan rendah di Lokasi B, sedangkan nilai keseragaman tergolong tinggi di Lokasi A dan sedang di Lokasi B dan nilai dominansi tergolong sedang di Lokasi A dan tinggi di Lokasi B. The seagrass community structure is the concept that must be known to determine the condition of the aquatic ecosystem. Due to the fact thar seagrass beds have an important role in life under the shallow sea, the seagrass ecosystem needs to be preserved so that the sustainability of productivity in the ecosystem remains balanced. The purpose of this study was to calculate and analyze the species composition, density and the precentage of seagrass cover, to know the index of seagrass ecology such as diversity, uniformity, dominance and to know the important value index of seagrass in Parang Island. The study was conducted from August to September 2017. The research method used a descriptive method, there were 2 locations (A and B) with 3 stations in each location. The determination of location was done by doing a purposive random sampling method. During the research, each station used a 1 x 1 m quadrant transect on a seagrass bed. This transect was divided into 16 lattice sizes of 25 cm2. The number of stands was observed visually. The results of this research showed that there were 4 types of seagrass, such as Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata and Thalassia hemprichii. The seagrass density that found was 5–219 stands / m2. The percentage of seagrass cover showed a value of 17.61% (Location A) and 19.24% (Location B). Important Value Index showed that Cymodocea rotundata plays an important role in the condition of aquatic ecosystems in locations A and B. The seagrass ecology index showed that the diversity value is classified as medium in Location A and low in Location B. Uniformity values are high in Location A and medium in Location B and dominance values are medium in Location A and high in Location B. 


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 83-86
Author(s):  
Suci Puspita Sari

Status mengenai kondisi ekosistem lamun di perairan Bangka Selatan diperlukan untuk menentukan terjadinya indikasi kerusakan lamun sebagai akibat dari aktifitas penambangan timah di wilayah pesisir. Kondisi kesehatan lamun dianalisis melalui kerapatan dan tutupan lamun sehingga dapat diketahui kondisinya.  Metode yang digunakan untuk memantau kondisi lamun pada penelitian ini adalah pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG), menggunakan algoritma Depth Invariant Index (DII). Distribusi lamun berdasarkan hasil pengolahan data citra Landsat tahun 2017 menunjukkan bahwa padang lamun di perairan Bangka Selatan seluas 4066,7 Ha. Spesies yang ditemukan dari 7 titik sampling, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, dan Cymodocea rotundata. Kondisi padang lamunnya secara umum termasuk dalam kategori “Miskin”.  


Jurnal MIPA ◽  
2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Klion Ngongira ◽  
Marnix L. D. Langoy ◽  
Deidy Yulius Katili ◽  
Pience V. Maabuat

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Tongkaina dengan menggunakan metode observasi lapangan pada purposive sampling dengan garis transek kuadrat. Analisis data meliputi perhitungan dengan rumus Krebs dan Fachrul, identifikasi jenis lamun dan penentuan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon Wiener. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Holodule pinifolia. Jumlah individu yang ditemukan adalah 2993 individu. Nilai indeks keanekaragaman di pesisir Pantai Molas memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang bila dibandingkan dengan 13 lokasi lainnya di Indonesia.Sea grasses are flowering plants that can grow well in shallow marine environments. This research was conducted in Tongkaina Beach using field observation, with purposive sampling using line transect squares. Data analysis was performed using the formula of Krebs and Fachrul. Identification of sea grass and determination of diversity index is done using Shannon Wiener. Results obtained in this research showed that there are seven types of sea grasses, namely Enhalus acaroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodecea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia, and Syringodium isoetifolium. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Holodule pinifolia. Number of individual found was 2993. Value of diversity index at Tongkaina Beach showed that this area has moderate sea grass diversity compared to other 13 locations in Indonesia.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Stevani Rawung ◽  
Ferdinand F Tilaar ◽  
Ari B Rondonuwu

This study was conducted in Marine Field Station of Faculty of Fisheries and Science of Sam Ratulangi University, Sub-district of East Likupang, North Minahasa. This study aims to identified the seagrasses in the water of Marine Field Station. The benefits of this study are for the database of seagrasses ecosystem management and comparative for other studies. The Observation and data collection was using random survey technic by analyzed the areas to collecting all the seagrass species found. Furthermore, the seagrass samples were categorised into each species. The result showed the amount of seagrass species in Marine Field Station are 8 species from 6 genera and 2 families: Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor.Keyword: Inventory, Seagrass, Marine Field Station ABSTRAKPenelitian dilakukan di perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupatan Minahasa  Utara. Tujuan penelitian  untuk mengidentifikasi lamun yang ada di Perairan Marine Field station. Manfaat penelitian dapat menjadi data pengelolaan ekosistem padang lamun dan dapat menjadi perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Pengamatan dan pengambilan sampel menggunakan teknik survei jelajah, yaitu dengan menjelajahi wilayah pengamatan sambil mencari semua spesies lamun. Lamun yang diambil adalah semua jenis yang ditemui. Selanjutnya, sampel lamun dikelompokan berdasarkan spesies. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah spesies lamun pada lokasi penelitian di Perairan Marine Field Station adalah 8 spesies dari 6 genera dan 2 famili yaitu, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor. Kata kunci: Inventarisasi, Lamun, Marine Field Station


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 319-332
Author(s):  
Desti Nurul Ramadona ◽  
Churun Ain ◽  
Sigit Febrianto ◽  
Suryanti ◽  
Nurul Latifah

Peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terutama karbondioksida (CO2) menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan mitigasi emisi CO2 dengan memanfaatkan potensi lamun sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan lamun jaringan atas dan jaringan bawah dalam menyimpan karbon di perairan Pantai Pokemon pada Agustus 2020. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dan deskriptif eksploratif. Sampel diambil dari 3 stasiun pengamatan dengan line dan kuadrant transect menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran parameter kualitas perairan dilakukan secara insitu. Analisis simpanan karbon lamun diukur menggunakan metode pengabuan atau loss on ignition (LOI). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis dengan jenis T. hemprichii yang mendominasi. Total kerapatan sebesar 295,62 ind/m2 dan total penutupan yaitu 21,29%. Biomassa secara keseluruhan sebesar 74,42 gbk/m2 dengan biomassa jaringan atas sebesar 35,80 gbk/m2 dan jaringan bawah sebesar 38,62 gbk/m2. Simpanan karbon sebesar 0,23 ton C/ha dengan jaringan atas sebesar 0,10 ton C/ha dan jaringan bawah 0,13 ton C/ha. Total stok karbon mencapai 1,13 ton C dalam luasan padang lamun sebesar 4,903 ha dengan stok karbon jaringan atas bernilai 0,51 ton C dan jaringan bawah sebesar 0,62 ton C. Secara umum lamun jaringan bawah di Pantai Pokemon lebih besar menyimpan karbon.


2017 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 375-383 ◽  
Author(s):  
Muh. Fahruddin ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Isdradjad Setyobudiandi

Physical seagrass ecosystem damage have been reported in various regions in Indonesia. Seagrass ecosystem damage is caused by human activity such as trampling seagrass and boats that muddy the waters and reduced the density and seagrass cover. This study aims to provide information about the density and the coverage of seagrass. The method used in this research is the transect method measuring 50x50 cm squared at three different locations by considering coastal ecosystems Bahoi village that already exist. Station 1 is near to mangrove habitat, station 2 is right on seagrass habitats, and station 3 is near to coral reef habitat. The results indicated there is six seagrass species that found in the Bahoi village which is Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, and Halodule uninervis. The density and seagrass cover is shows that the station 1 has the highest density and seagrass cover percentage compared with the other stations. The highest density of seagrass species located in station 1 with 955 individuals/m2, and the lowest was located at station 3 with 699 individuals/m2. While the highest cover percentage is located at station 1 with 270% and the lowest located at station 3 with 229%. Keyword: seagrass ecosystem, density, coverage, Bahoi


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 306-312
Author(s):  
Adelia Hilma Sugiarto ◽  
Raden Ario ◽  
Ita Riniatsih

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem bahari yang memiliki keanekaragaman hayati dan memiliki produktivitas tinggi di perairan dangkal. Adanya keberadaan perifiton yang menempel pada daun lamun diduga dijadikan sebagai faktor penunjang produktivitas primer di kawasan ekosistem lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan perifiton, distribusi perifiton dan hubungan kerapatan lamun terhadap kelimpahan perifiton di Perairan Teluk Awur, Jepara. Penelitian ini menggunakan metode survei dan penentuan lokasi dipilih dengan menggunakan metode sampling purposive method, sedangkan metode pengambilan data lamun mengacu pada metode line transek kuadran. Pengambilan daun lamun untuk pengamatan perifiton menggunakan metode sapuan daun yang selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop. Nilai kelimpahan perifiton pada daun lamun Enhalus acoroides di Stasiun 1, Stasiun 2, dan Stasiun 3 berturut-turut adalah 105 ind/cm2, 167,5 ind/cm2, dan 101,25 ind/cm2. Sedangkan kelimpahan perifiton pada daun lamun Cymodocea serrulata di Stasiun 1 tidak ada lalu Stasiun 2 dan Stasiun 3 berturut-turut adalah 80 ind/cm2 dan 135 ind/cm2. Kelimpahan tertinggi perifiton terdapat pada jenis lamun E. acoroides diduga karena E. acoroides mempunyai luas penampang daun yang lebih lebar dibandingkan C.serrulata. Perifiton yang mendominasi di lokasi ini berasal dari Kelas Bacillariophyceae. Sebaran perifiton berdasarkan perhitungan indeks morisita yaitu berkelompok dan terdapat hubungan antara kelimpahan perifiton dengan kerapatan lamun.  The seagrass ecosystem is a marine ecosystem that has biodiversity and is high productivity in shallow waters. The presence of periphyton attached to seagrass leaves is thought to be used as a primary productivity supporting factor in the seagrass ecosystem. This research aims to determine the periphyton abundance, periphyton distribution and seagrass density relationship towards periphyton abundance in Teluk Awur, Jepara. The survey method and location determination were selected based on purposive sampling method, while the seagrass data collection method refers to the quadrant line transect method. The taking of seagrass leaf for periphyton observation used leaf drainage method was then observed using a microscope. Periphyton abundance value on seagrass leaves of Enhalus acoroides in Station 1, Station 2, and Station 3 are respectively  105 ind / cm2, 167,5 ind / cm2, and 101, 25 ind / cm2. Periphyton abundance in seagrass leaves Cymodocea serrulata in Station 1 was not found while Station 2 and Station 3 are 80 ind / cm2 and 135 ind / cm2 respectively. The highest abundance of periphyton is in the type of seagrass E. acoroides because E. acoroides has a wider leaf cross-sectional area than C. serrulata. Periphyton that dominates the waters of Teluk Awur comes from the Bacillariophyceae class. Periphyton distribution based on the morisita index calculation is clustered and there is a relationship between periphyton abundance and seagrass density.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 74 ◽  
Author(s):  
Retno Hartati ◽  
Ibnu Pratikto ◽  
Tria Nidya Pratiwi

Isu blue carbon telah menjadi perhatian dunia, melalui konsep UNEP 2009 yang telah memasukan vegetasi padang lamun sebagai penyerap karbon di lautan. Penyerapan karbon yang disimpan melalui sedimen dan jaringan pada lamun dalam bentuk biomassa. Penelitian yang dilakukan di Pulau Menjangan Kecil dan Pulau Sintok, Karimunjawa bertujuan untuk melihat tingkat kerapatan, tutupan  dan penyerapan karbon yang tersimpan dalam biomassa jaringan lamun (akar, rhizoma dan daun). Kerapatan serta tutupan lamun diukur dengan melakukan sampling lapangan menggunakan metode transek kuadrat 1m x 1m, identifikasi jenis lamun melihat panduan dari buku seagrasswatch. Hubungan kerapatan, biomassa dilakukan untuk melihat nilai kandungan karbon pada lamun. Sampling kerapatan, tutupan lamun dan nilai biomassa dilakukan pada semua titik, sedangkan untuk analisa karbon pada metode pengabuan dilakukan pada titik 50 m yang kemudian dikonversikan dengan nilai biomassa pada titik lainnya. Hasil pada penelitian ini ditemukan 8 jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides, Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila minor, dan Halophila decipiens. Cymodocea rotundata mendominasi dikedua lokasi dengan kerapatan mencapai 1030 ind/m2. Nilai biomassa dibawah substrat (554,54 gbk/m2) lebih besar dibandingkan nilai biomassa diatas substrat (342,72 gbk/m2) diikuti nilai kandungan karbon dibawah substrat (193,31 gC/m2) yang lebih besar dibandingkan nilai kandungan karbon diatas substrat (119,99 gC/m2). Total kandungan karbon pada lokasi Pulau Menjangan Kecil adalah 32,18 ton karbon/ha dan Pulau Sintok adalah 4,18 ton karbon/ha.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document