scholarly journals Effect of castration on epididymal sperm storage in male musk shrews (Suncus murinus) and mice (Mus musculus)

Reproduction ◽  
1989 ◽  
Vol 86 (1) ◽  
pp. 219-222 ◽  
Author(s):  
E. F. Rissman ◽  
D. Crews
2008 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 161-167
Author(s):  
Zhe Wang ◽  
Qi-Xian Shi ◽  
Yi-Nan Wang ◽  
Yan-Ling Wang ◽  
Shu-Yi Zhang

1992 ◽  
Vol 40 (5) ◽  
pp. 533 ◽  
Author(s):  
PH Krutzsch ◽  
RA Young ◽  
EG Crichton

The anatomy and chronology of reproductive events in male and female Rhinolophus megaphyllus from eastern Australia (27-32-degrees-S.) is discussed. Rhinolophus megaphyllus was monoestrous and monotocous. A delay of several months occurs between the delivery of spermatozoa to the caudae epididymides (late summer/early autumn) and copulation/ovulation/conception (winter), which occur towards the termination of the spermatogenic cycle. There is no storage of sperm in female tracts prior to ovulation but epididymal sperm storage persists beyond the time of birth (late spring). Male, but not female, readiness to initiate reproduction prior to the onset of winter, places this species in an 'intermediate' position with features of both temperate and tropical chiropteran reproductive cycle patterns. The presence of an extroverted corpus luteum in the female and of a complement of accessory sex organs in the male are normal glandular features for members of this chiropteran family. The role of the urethral gland is unknown; however, since there is no vaginal plug, its products apparently do not coagulate in the vagina in this species following insemination.


2018 ◽  
pp. 1
Author(s):  
Dewi Puspita Ningsih ◽  
Dyah Widiastuti ◽  
Corry Laura JS.

Jawa Tengah merupakan provinsi endemis leptospirosis, bahkan pada tahun 2015 menduduki peringkat pertama kasus terbanyak di Indonesia. Sebanyak 20 kota/kabupaten di Jawa Tengah rutin melaporkan adanya kasus leptospirosis. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu daerah baru yang melaporkan kasus leptospirosis pada tahun 2017. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko penularan serta keberadaan reservoar yang tertangkap dan berpotensi menularkan leptospirosis. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain potong lintang. Lokasi penelitian di Kabupaten Kebumen sedangkan penangkapan reservoar dilakukan di Desa Mangli Kecamatan Kuwarasan berdasarkan pada laporan kasus terakhir. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2017 dengan wawancara kasus probable serta penangkapan reservoar menggunakan perangkap hidup (single live trap) sebanyak 150 buah selama 2 malam berturut-turut di lingkungan permukiman dan sekitarnya. Data dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kasus leptospirosis yang diwawancara sebanyak 9 orang. Sebagian besar kasus leptospirosis (78%) adalah petani/buruh tani dan terkena di sawah pada saat panen. Selain pekerjaan, faktor risiko utama yang berkontribusi yaitu adanya luka terbuka pada kaki, tidak memakai APD pada saat bekerja dan adanya kontak dengan genangan air dalam waktu yang cukup lama. Reservoar yang tertangkap dalam penelitian ini adalah tikus dan cecurut sebanyak 26 ekor dengan species Bandicota indica, Rattus tanezumi, Mus musculus dan Suncus murinus. Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan 1 ekor tikus positif bakteri leptosira patogen dan ditemukan pada jarak < 100 meter dengan titik kasus. Hal ini menunjukkan potensi risiko penularan leptospirosis di lokasi tersebut. Perlunya sosialisasi peningkatan kewaspadaan leptospirosis dan tindakan pengendalian reservoar khususnya tikus dan cecurut baik di dalam rumah, sawah maupun lingkungan sekitarnya.


2012 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
pp. 162
Author(s):  
Tri Ramadhani ◽  
Bambang Yunianto

Kabupaten Kulonprogo adalah salah satu daerah dengan masalah leptospirosis penyakit zoonosis yang dapat menginfeksi spesies hewan dan manusia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui reservoir dan distribusi kasus leptospirosis pascakejadian luar biasa di Kabupaten Kulonprogo. Metode yang digunakan adalah inkriminasi bakteri Leptospira sp. pada tikus dan penegakan diagnosis pada manusia dengan rapid test dan MAT. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer dengan melakukan screening di Rumah Sakit dan Puskesmas. Penelitian observasional ini menggunakan rancangan studi cross sectional dengan metode analisis data secara distribusi frekuensi dalam bentuk gambar, grafik, dan tabel. Penelitian menemukan jumlah penderita leptospirosis di Kabupaten Kulonprogo tahun 2011 adalah 273 kasus dengan angka fatalitas 6,59%. Kasus leptospirosis paling banyak terjadi di Kecamatan Nanggulan (20,5%), pada laki-laki (76,6%) dan kelompok umur 40 – 60 tahun (43,2%). Uji serologi (MAT) penderita suspek leptospirosis menemukan 41(22,5%) penderita positif mengandung bakteri Leptospira sp. Serovar yang paling banyak ditemukan adalah Harjo, Semaranga, Icterohaemorhagie, Bataviae, Patoc dengan titer 1 : 40 ~ 1 : 1.600. Spesies tikus yang menjadi reservoir Leptospira sp. yang ditemukan meliputi Rattus tanezumi, Rattus tiomanicus, Mus musculus, N fluvescens, juga ditemukan insektivora jenis Suncus murinus. Trap success ditemukan sekitar 6,9% di luar rumah dan sekitar 5,5% di dalam rumah.Kata kunci: Kejadian luar biasa, leptospirosis, reservoirAbstract Kulonprogo regency is one region with leptopsirosis problem. This study aims to determine the reservoir and the case distribution of leptospirosis outbreaks in the Kulonprogo regency post. The method used is inkriminasi Leptospira sp. bacteria in mice and human with rapid test and MAT diagnosis. Leptospirosis case data taken from secondary data and primary data by conducting screening at the hospital and puskesmas. Observational research using cross-sectional study design. Data analyzing was performed using frequency distribution with pictures, graphics and tables. The results showed leptospirosis cases in the Kulonprogo regency in 2011 as much 273 cases with CFR 6.59%. The biggest number of distribution of leptospirosis cases were in District Nanggulan (20.5%), in men (76.6%), and 40 – 60 years age group (43.2%). Serological test (MAT) patients with suspected leptospirosis from 182 serum showed that 41 (22.5%) patients leptospires bacteria positive. Serovar most commonly found in patients with leptospirosis is Harjo, Semaranga, Icterohaemorhagie, Bataviae, Patoc with a titer of 1: 40 ~ 1: 1600. Species of mice that become Leptospira sp. reservoir found were Rattus tanezumi, Tiomanicus rattus, Mus musculus, N fluvescens, insectivores Suncus murinus type was also found. Trap success by 6.9% outside home and 5.5% in house.Keywords: Outbreak, leptospirosis, reservoir


Author(s):  
Dyah Widiastuti ◽  
Ulfah Farida Trisnawati ◽  
Nova Pramestuti

Indonesia merupakan negara endemis rickettsiosis, di kota-kota besar seperti Jakarta dan Kota Semarang pernah ditemukan adanya antibodi Rickettsia typhi pada manusia. Populasi tikus yang tinggi di Kota Semarang memungkinkan terjadinya penularan rickettsiosis. Rickettsiosis disebabkan oleh Rickettsia spp. yang ditularkan melalui ektoparasit tikus. Sistem surveilans rickettsiosis di Kota Semarang belum ada, sehingga adanya infeksi R. typhi pada pinjal tikus menjadi tidak terlaporkan. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeteksi keberadaan R. typhi pada pinjal tikus di Kota Semarang. Pinjal diperoleh dari tikus yang tertangkap dengan metode live trap di beberapa lokasi Kota Semarang pada bulan April-November 2016. DNA Rickettsia spp. dari sampel pinjal dideteksi menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Xenopsylla cheopis menginfestasi semua tikus tertangkap yaitu Rattus tanezumi, R. norvegicus, R. exulans, Bandicota indica, B. bengalensis, Mus musculus dan Suncus murinus. Pengujian dengan PCR dilakukan pada sebanyak 144 pool X. cheopis, lima puluh pool sampel X. cheopis (34,7%) positif Rickettsia spp. Tidak ada korelasi yang signifikan antara spesies inang dan jenis kelamin inang terhadap infeksi Rickettsia spp. pada populasi pinjal. Tingginya X. cheopis terinfeksi dengan Rickettsia spp. dapat berpotensi menjadi sumber penularan rickettsiosis di Kota Semarang.


2020 ◽  
Vol 36 (1) ◽  
pp. 1-12 ◽  
Author(s):  
Ahiezer Rodríguez Tobón ◽  
Reyna Fierro ◽  
Miguel Angel León Galván ◽  
Adolfo Rosado ◽  
Edith Cortés Barberena ◽  
...  

2013 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Desak Made Malini

AbstrakTumbuhan senggugu (C. serratum L.) termasuk famili verbenaceae, merupakan salah satu tumbuhan yang cukup dikenal dimasyarakat sebagai tanaman obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun senggugu (C. serratum L.) terhadap kualitas sperma mencit (Mus musculus). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan percobaan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri atas dua kelompok kontrol dan lima kelompok perlakuan dengan lama perlakuan 9 dan 18 hari. Setiap kelompok menggunakan 6 ekor mencit, sehingga jumlah mencit keseluruhan adalah 42 ekor. Parameter yang diamati adalah jumlah, motilitas, abnormalitas dan viabilitas sperma mencit. Data yang diperoleh dianalisis dengan Anava dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari hasil daun senggugu (C. serratum L.) dapat menurunkan kualitas mencit.Kata kunci : senggugu, mencit dan kulaitas sperma.AbstractPlant senggugu (C.serratum L.) belongs to the family Verbenaceae, which has been recogniced by the public as a medicinal plant. One of them is that it can be used as a drug antifertility in men. The purpose of this study is to find out the effect of ethanol extract and spinasterol of Senggugu ©.Serratum L.) leaves to the sperm quality of mouse (M. musculus) The study is conducted using complete random with 7X2 factor repeated 6 times. The treatment given to the ethanol extract is 250 mg/kg body weight, 500 mg/kg body weight and 1000 mg/kg body weight, as with spinasterol the amount is 26 mg/kg body weight and 52 mg/kg body weight, and as its controlling agent distilled water and DMSO solution is used. The treatment is given orally once a day within 9and 18 days as much as 0,5 ml. Cauda epididymal sperm suspension was used to measure the quality of the sperm of mice. Data were analyzed by ANOVA followed by Duncan test. Based on observation and statistical analysis it has been found that theethanol and spinasterol extract treatment of senggugu leaves using a diffrent dosage has shown a significant effects to the parameters being studied namely increased abnormality of sperm and decreased in number of sperm, percentage of motolityand viability sperm.Keyword : Clerodendron serattum, senggugu, Mus musculus, Spermatozoa, Ethanol extract, Spinasterol


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document