scholarly journals Persepsi Mahasiswa Terhadap Kuliah Daring dimasa Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19)

2020 ◽  
Vol 7 (8) ◽  
Author(s):  
Aswasulasikin Aswasulasikin

Pemerintah Indonesia berusaha terus memutus rantai persebaran Corona Virus Disease (COVID-19) dengan membuat berbagai kebijakan, diantaranya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), social distancing, physical distancing, layanan perkantoran dan aktifitas pendidikan dilakukan dari rumah dengan pemberlakuan work from home (WFH). Oleh karena itu aktifitas pembelajaran dilaksanakan melalui pola daring dengan memanfaatkan berbagai platform yang disediakan oleh dalam jaringan internet. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi terkait respons mahasiswa terkait dengan aktifitas pembelajaran daring yang sudah dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan dengan menggunakan angket respons yang disebar kemahasiswa secara acak. Data yang diperoleh menunjukan bahwa aktivitas daring yang dilaksanakan menjenuhkan dan membosankan, sehingga dihapkan para dosen lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan media yang digunakan agar proses pembelajaran lebih menyenangkan. Daring dengan menggunakan berbagai fitur canggih tidak bisa menggantikan peran dosen melalui perkulaiahan tatap muka, karena lebih memberikan motivasi dan semangat kepada mahasiswa untuk belajar dari pada mengikuti kuliah melalui pola daring (online).

Dharmakarya ◽  
2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Fatmi Utarie Nasution ◽  
Rafan Darodjat

Corona virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Corona virus 2 (SARS-CoV-2) yang dapat menyerang segala usia. Akibat peristiwa pandemi Covid-19 yang belum berakhir, seluruh pemerintah di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, menerapkan kebijakan untuk mencegah dan memutus rantai penularan Covid-19 dengan melakukan pembatasan sosial (social distancing). Kebijakan pembatasan sosial mengharuskan setiap masyarakat untuk tetap berdiam di rumah dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat mengundang keramaian, salah satunya adalah kegiatan bekerja dari rumah (work from home) yang berdampak pada aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi. Banyak masyarakat di Indonesia salah satunya di desa Cileunyi Wetan umumnya bermata pencaharian buruh pabrik yang di rumahkan dan tidak diberi upah sama sekali, hal tersebut mengakibatkan kelaparan dan kemiskinan, maka dari itu saya melakukan kegiatan pembangunan sekolah kewirausahaan. Pembangunan sekolah kewirausahaan merupakan suatu media penggerak masyarakat di wilayah desa Cileunyi Wetan agar dapat memperoleh ilmu berwirausaha dengan tepat. Sehingga masyarakat dapat menciptakan inovasi produk sandang maupun pangan yang memiliki nilai jual tinggi, memiliki penghasilan, dan menjadikan hidup mandiri. Dalam kegiatan ini metode penelitian yang digunakan adalah metode Pendidikan Masyarakat dengan melakukan penyuluhan mengenai kewirausahaan yang bertujuan menyadarkan masyarakat akan adanya manfaat dari berwirausaha. Serta metode Pelatihan dengan melakukan pelatihan berwirausaha di lingkungan masyarakat Desa Cileunyi Wetan. Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat dapat terbuka pemikirannya untuk berwirausaha dan menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengolah suatu produk baik sandang maupun pangan. Sekolah kewirausahaan tidak hanya diperuntukkan untuk kaum muda saja namun di peruntukkan untuk siapa saja yang ingin dan mau untuk belajar dalam berwirausaha.


2021 ◽  
Author(s):  
desna rura sarapang

The emergence of a new virus in the global world at the end of 2019, namely Corona Virus Disease 2019, brought tremendous excitement to all inhabitants of the earth. The emergence of this virus brings tremendous concern and fear to the world because the spread of this virus is quite fast, even the most frightening is that the risk of death of people exposed to this virus is very large. Indonesia itself, cannot avoid the impact of this Covid-19 case. As a form of efforts to prevent and minimize transmission of the virus, the Indonesian government has issued a social distancing / physical distancing recommendation. This situation also causes the interaction between communities to be very limited. This situation seems to be able to eliminate hospitality among the community. This paper aims to emphasize the importance of maintaining the value of Christian hospitality in society amid the Covid-19 pandemic.


2021 ◽  
Author(s):  
Dewi Yermawati Enjhela

Abstrak Kemunculan virus baru di dunia global pada akhir tahun 2019 yakni Corona Virus Disease 2019, membawa kegemparan yang luar biasa bagi seluruh penduduk bumi. Kemunculan virus ini membawa kekhawatiran serta ketakutan yang luar biasa bagi dunia karena penyebaran virus ini terbilang sangat cepat bahkan yang paling menakutkan ialah resiko kematian orang yang terpapar virus ini sangatlah besar. Indonesia sendiri, tidak dapat menghindari imbas kasus Covid-19 ini. Sebagai bentuk upaya pencegahan dan peminimalisiran penularan virus tersebut, maka pemerintah Indonesia mengeluarkan anjuran social distancing/physical distancing. Keadaan ini juga kemudian menjadikan interaksi antar masyarakat menjadi sangat terbatas. Keadaan ini agaknya mampu menghilangkan hospitalitas diantara masyrakat. Tulisan ini bertujuan untuk menekankan tentang pentingnya tetap memelihara nilai hospitalitas Kristen dalam masyarakat ditengah pandemi Covid-19.


2021 ◽  
Author(s):  
Welsi Sakke'

Pandemi Covid -19 mengejutkan dunia global pada akhir tahun 2019. Penyebaran Corona Virus disease 2019 (Covid-19) yang sangat cepat mengakibatkan kekhawatiran di seluruh dunia termasuk Indonesia karena pada tanggal 19 Maret 2020 sudah ada 309 kasus positif yang terus bertambah. Kebijakan Social distancing/physical distancing digalangkan pemerintah untuk meminimalisir perkembangan Covid-19. Masyarakat Indonesia menerima anjuran tersebut tetapi ada juga beberapa reaksi seperti panic buying, persekusi terhadap tenaga kesehatan yang diperkirakan terjangkit Covid-19. Pemimpin tidak boleh kehilangan empati sikap hospitalitas kepemimpinan di setiap masa kehidupan terutama dalam situasi pandemi seperti saat ini. Kata hospitalitas sendiri dapat diartikan sebagai keramah-tamahan, hospitalitas adalah bahasa Latin yang berasal dari akar kata hospes yang berarti “tuan rumah” atau pun “orang asing”. Melalui kata hospes ditemukan kata hospital yang juga berarti “ruang tamu”, “penginapan” yang pastinya menyiaratkan keramah-tamahan serta sambutan hangat. Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang berbeda. Pemimpin adalah orangnya, yaitu seseorang yang melakukan fungsi memimpin. Sementara kepemimpinan adalah suatu hubungan sosial di mana seseorang atau kelompok tertentu, yang tidak lain adalah pemimpin, dibiarkan memengaruhi orang lain ke arah perubahan untuk mencapai sasaran bersama.


2021 ◽  
Author(s):  
Dewi meylinta

Corona virus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan olehcorona virus, yang menjadi krisis kesehatan dunia karena penyebarannya yang sangat cepat(WHO, 2020). COVID-19 mulai terjadi pada bulan Desember 2019, wabah virus ini pertama kaliterjadi di kota Wuhan di Provinsi Hubei Tengah Cina (Holshue et al, 2020). Pada tanggal 11Januari Cina mengumumkan kematian COVID-19 pertamanya. Covid-19 telah menyebar keberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Merebaknya wabah ini pun meningkatkan jumlahkasus positif terjangkit Covid-19. Akibatnya, di seluruh dunia termasuk Indonesia mengalamidampak krisis kesehatan dan ekonomi.Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan sebagian besar orang merasa khawatir atau takut yangberlebihan dan berpikir yang tidak masuk akal. Tidak jarang mereka memiliki kecurigaan danprasangka pada orang yang memiliki tanda-tanda penderita Covid-19. Hal tersebut semakinmembuat orang semakin berusaha mencari berita mengenai Covid-19, dan tidak dapat memilahberita yang akurat sehingga memunculkan kecemasan. Keadaan demikian membuat seseorangmengalami stress. Stres dan kecemasan adalah reaksi terhadap situasi yang mengancam dan takterduga seperti dalam wabah pandemi koronavirus. Sehingga mengalami sulit tidur, sakit kepala,dan gangguan fisik lainnya. Inilah yang disebut kondisi stress."Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan ibadah di rumah terus digencarkan untukmengurangi penyebaran Covid-19," demikian disampaikan Presiden Joko Widodo. (Kompas, 6Maret 2020). Kebijakan tersebut diambil dalam kondisi darurat pandemi Covid-19 yang jumlahkasusnya terus bertambah. Sehingga untuk mengurangi potensi penyebaran Covid-19 kebijakantersebut tepat, meski dalam perjalanannya menimbulkan masalah baru bagi kalangan masyarakat,baik pelajar, pekerja/karyawan, dan seluruh rakyat, oleh karena seluruh kegiatan harus dilakukan di rumah, yang dikenal dengan istilah Work From Home (WFH) dan menerapkan socialdistancing. Hal tersebut semakin memicu terjadinya stress pada masyarakat


2021 ◽  
Author(s):  
Luthfi abdurrahman

Saat ini keadaan Indonesia mengalami kondisi tidak baik yang disebabkan oleh virus Covid-19 yang berasal dari Wuhan Cina. (WHO, 2020) menyatakan bahwa virus ini penularannya sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Virus ini menyerang infeksi saluran pernapasan seperti batuk dan pilek namun sifatnya lebih mematikan. Berdasarkan data (Worldometer, 2020) Coronavirus Casses menyatakan 2.176.744 Pasien yang terpapar virus ini dan beberapa meninggal dunia sehingga wabah penyebaran virus ini disebut dengan pandemi Covid-19 dunia. Penyebaran virus ini bisa ditempat umum atau kerumunan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan penyebaran virus ini melalui kontak fisik seperti berjabat tangan maka dianjurkan agar mencuci tangan dengan benar dan baik sesuai langkah serta menggunakan masker jika keluar rumah untuk pencegahan penyebaran Corona Virus. Akibat dari pandemi Covid-19 membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan baru demi menghentikan pemencaran Covid-19 yaitu mengimplementasikan ajakan masyarakat untuk melaksanakan Physical Distancing atau memberi jarak dengan orang lain sejauh satu meter dan menghindari kerumunan dan berbagai acara pertemuan yang menimbulkan perkumpulan (Covid-19, 2020). Selain itu pemerintah menerapkan kebijakan untuk Dirumah Saja seperti kerja dirumah atau Work From Home (WFH) dan kegiatan apapun yang berhubungan dengan perkumpulan atau pertemuan ditiadakan dan diganti dengan media online. (Kemendikbud, 2020) mengeluarkan Surat Edaran tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Pembelajaran daring di Indonesia sebenarnya sudah diterapkan oleh beberapa pendidik sebelum pemberlakuan social distancing oleh pemerintah. Namun istilah pembelajaran daring semakin populer setelah social distancing. Pembelajaran daring yang diterapkan lebih cenderung pada bentuk penugasan via aplikasi. Siswa diberikan tugas- tugas untuk diselesaikan kemudian dikoreksi oleh guru sebagai bentuk penilaian dan diberikan komentar sebagai bentuk evaluasi (Syarifudin, 2020). Minat memiliki banyak efek positif pada proses dan hasil pembelajaran (Krapp, 2002), tingkat minat yang tinggi akan menyebabkan tingkat perhatian dan tingkat kesiapan siswa terlibat dalam objek pembelajaran sehingga menimbulkan kemungkinan keberhasilan dalam pembelajaran (Krapp, 1999).


2021 ◽  
Author(s):  
desna rura sarapang

Kemunculan virus baru di dunia global pada akhir tahun 2019 yakni Corona Virus Disease 2019, membawa kegemparan yang luar biasa bagi seluruh penduduk bumi. Kemunculan virus ini membawa kekhawatiran serta ketakutan yang luar biasa bagi dunia karena penyebaran virus ini terbilang sangat cepat bahkan yang paling menakutkan ialah resiko kematian orang yang terpapar virus ini sangatlah besar. Indonesia sendiri, tidak dapat menghindari imbas kasus Covid-19 ini. Sebagai bentuk upaya pencegahan dan peminimalisiran penularan virus tersebut, maka pemerintah Indonesia mengeluarkan anjuran social distancing/physical distancing. Keadaan ini juga kemudian menjadikan interaksi antar masyarakat menjadi sangat terbatas. Keadaan ini agaknya mampu menghilangkan hospitalitas diantara masyrakat. Tulisan ini bertujuan untuk menekankan tentang pentingnya tetap memelihara nilai hospitalitas Kristen dalam masyarakat ditengah pandemi Covid-19.


2020 ◽  
pp. 10.1212/CPJ.0000000000000882 ◽  
Author(s):  
Christopher G. Tarolli ◽  
Julia M. Biernot ◽  
Peter D. Creigh ◽  
Emile Moukheiber ◽  
Rachel Marie E. Salas ◽  
...  

Neurologists around the country and the world are rapidly transitioning from traditional in-person visits to remote neurologic care because of the corona virus disease 2019 pandemic. Given calls and mandates for social distancing, most clinics have shuttered or are only conducting urgent and emergent visits. As a result, many neurologists are turning to teleneurology with real-time remote video-based visits with patients, to provide ongoing care. Although telemedicine utilization and comfort has grown for many acute and ambulatory neurologic conditions in the past decade, remote visits and workflows remain foreign to many patients and neurologists. Here, we provide a practical framework for clinicians to orient themselves to the remote neurologic assessment, offering suggestions for clinician and patient preparation prior to the visit; recommendations to manage common challenges with remote neurologic care; modifications to the neurologic exam for remote performance, including subspecialty-specific considerations for a variety of neurologic conditions; and a discussion of the key limitations of remote visits. These recommendations are intended to serve as a guide for immediate implementation as neurologists transition to remote care. These will be relevant not only for practice today, but also for the likely sustained expansion of teleneurology following the pandemic.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-20
Author(s):  
Inggit Akim

ABSTRACTSupervise the government as the provider of public services to carry out their duties and authorities under applicable regulations. Large-Scale Social Restrictions are restrictions on certain activities in an area suspected of being infected with Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), which causes the quality of public services to be disrupted. The Ombudsman has the task of supervising the implementation of shared services organized by state or government officials and private or individual bodies assigned the task of providing services according to minimum service standards as a benchmark for service delivery and assessing the quality of services to the community. The research method used is normative juridical research with a conceptual approach (Statute Approach).The results of this study are large-scale social restriction policies through the Mayor of Tarakan Regulation Number 17 of 2020, restrictions on activities outside the house such as the implementation of learning at schools and/or other educational institutions, Work From Home (WFH), religious movements in houses of worship, activities in public places, social and cultural activities and Mandatory rapid tests for those using Sea and Air transportation modes, and providing social assistance to communities affected by COVID-19. Ombudsman's supervision of public services during the COVID-19 pandemic in Tarakan City, namely by conducting coordination and control and cooperation with state and private officials as well as community or individual organizations, opening an Online Complaint Post for COVID-19 Affected Persons. Also, conduct unannounced checks to improve public services in the City of Tarakan. Based on the supervision, the receipt of reports on suspicion of maladministration and the Ombudsman's investigation results are subject to examination. Suppose it is proven that it has committed maladministration in public services, the Ombudsman of the Republic of Indonesia can take corrective action and provide recommendations/suggestions to state administrators to improve the quality of public services. Keywords: Surveillance; Ombudsman; Public Service; COVID-19 Pandemic


2020 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 77-84
Author(s):  
I Putu Gede Suyoga

Ngubeng merupakan salah satu cara berupacara umat Hindu dari tempat yang jauh dari lokasi pelaksanaan upacara. Ngubeng menjadi menarik dikaji di tengah pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) saat ini, utamanya terkait dengan pemanfaatan ruang sosio-religius umat Hindu. Tujuan studi untuk membaca tanda simbolik praktik ngubeng sebagai solusi yang paling relevan dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat Hindu dalam menjalankan sradha dan bhaktinya kepada roh suci leluhur dan Tuhan dengan segala manifestasi-Nya saat ini. Studi kualitatif dengan metode deskriptif interpretatif ini melandasi analisis data dengan teori Proksemika atau Semiotika Ruang. Temuan studi menunjukkan teknik upacara ngubeng (tanda) secara tidak disadari telah membentuk struktur ruang mikro (penanda), yakni jarak sosial dan jarak publik yang sangat relevan dengan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan transmisi virus corona. Tanda simbolik ini bermakna mengarahkan pada physical dan social distancing yang aman bagi semua pihak dalam berinteraksi dalam ruang sosio-religius umat Hindu. Praktik ngubeng, jika dikaitkan dengan modul ukuran jarak pada tata ruang Arsitektur Tradisional Bali dan konteks pandemi Covid-19, modul kategorial jarak tersebut dapat dilipatgandakan (sekali, dua kali atau lebih), sesuai keperluan tingkat kegawatan wabah dan kewaspadaan sosial yang perlu dilakukan secara bersama-sama. Hal ini pada akhirnya akan membentuk struktur ruang makro antar teritorial desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, pulau dan/atau negara.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document