scholarly journals PERBEDAAN PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN DAN STATUS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PADA BALITA STATUS GIZI KURANG DAN NORMAL

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Rizqiyah Fitri Nafadza ◽  
Annas Buanasita ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Underweight is a problem caused by many factors, factors that directly affect nutritional status are nutritional intake and infectious disease. Meanwhile, indirect factors that affecting nutritional status is feeding practices, household food security and environmental health.Objectives: The objective of this study was to analyze the differences of feeding practice and household food security between toddlers with underweigt and normal nutritional status.Methods: The research was an observational analytic with cross sectional design. The sample was 80 toddlers from 6-24 months in Tanah Kali Kedinding Sub-District, Surabaya. They are consist of 40 normal and 40 underweight toddlers. Data was collected by interview using questionnaire, FFQ, recall 24 hours and US-HSFFM for household food security. Data were analyzed by using Mann-Whitney Test.Results: Good feeding practice for normal toddlers was 15% while for underweight toddlers was 7.5%. Toddlers with normal nutritional status come from secure household was 65.5% while underweight toddlers was 32.5%. The result found there was a difference of feeding practice (0.032) and household food security (0.012) between toddlers with underweight and normal nutritional status.Conclusion: There was difference in feeding practices, toddlers with normal nutritional status get better feeding practice than toddlers with underweight. There was difference in the household food security, toddlers with normal nutritional status mostly come from secure households.ABSTRAKLatar belakang: Gizi kurang adalah masalah gizi pada balita yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang secara langsung berhubungan dengan status gizi adalah asupan zat gizi dan riwayat penyakit infeksi. Sementara itu, faktor tidak langsung yang mempengaruhi diantaranya praktik pemberian makan, status ketahanan pangan rumah tangga dan kesehatan lingkungan.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan praktik pemberian makan dan status ketahanan pangan rumah tangga pada balita status gizi kurang dan normal.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 80 balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kota Surabaya dengan masing-masing balita gizi kurang dan normal berjumlah 40 balita. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner, FFQ dan recall 24 jam untuk praktik pemberian makan serta US-HSFFM (United State of Household Food Security Survey Module) untuk ketahanan pangan rumah tangga. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil: Praktik pemberian makan yang baik pada balita gizi normal sebesar 15% sedangkan pada balita gizi kurang sebesar 7,5%. Balita gizi normal yang berasal dari keluarga tahan pangan yaitu 62,5% sedangkan gizi kurang yaitu 32,5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan praktik pemberian makan (p=0,032) dan status ketahanan pangan rumah tangga (p=0,012) pada balita status gizi kurang dan normal.Kesimpulan: Terdapat perbedaan praktik pemberian makan dimana balita dengan status gizi normal mendapatkan pemberian makan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan balita gizi kurang. Terdapat perbedaan status ketahanan pangan rumah tangga, balita dengan status gizi normal lebih banyak berasal dari rumah tangga tahan pangan.

2011 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Drajat Martianto ◽  
Hadi Riyadi ◽  
Rizma Ariefiani

<p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 8.65pt .0001pt 13.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;"><span style="font-size: 10pt;" lang="en-us" xml:lang="en-us">This study aimed to analyze the impacts of feeding practices on underfive children’s nutritional status in different level of household food security. The study design was a cross-sectional study. Data on feeding practices were collected through personal interviews used questionnaire and nutritional status was calculated by using WHO-NCHS z-score. The average scores of feeding practices among samples were categorized as low (54.4%) and children of group very food-insecure had the lowest score of feeding practices. There was a significantly difference among the groups in the scores of sample’s feeding practices. The study showed that about 86 percent of children were categorized as normal (BB/TB indicator), but there were 11.6 percent categorized as wasting, while 32.0 percent and 54.3 percent categorized as underweight and stunting, respectively. Statistical analyses showed significant difference in term of nutritional status. There was a significant correlation between child’s nutritional status (BB/U, TB/U and BB/TB) and household food security. The study showed that child’s nutritional status (BB/TB) was influenced by energy’s adequacy level.</span></p>


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Nathasa Weisdania Sihite ◽  
Ikeu Tanziha

Sufficient food availability in an area does not guarantee household food security. Household food security is a condition for the fulfillment of food for every household both in terms of quantity and quality. The purpose of this research was to determine the factors related to household food security in Medan City.  The research design used was a cross-sectional design. The location was in Medan Kota and Medan Denai District that chosen purposively with criteria for poverty level is 15-20 percent. The household sample was taken randomly as 120 households with the criteria prosperity (Pra KS and KS 1,2,3). The result of the research shows that 67,5% of households were household food insecurity, and 32,5% of households were household food security. Household expenditure has a relationship with household food security (p= 0,000), while the age of the household head, number of family members, and education level did not show any relationship (p> 0,05). In conclusion, that household expenditure has a direct effect on the status of household food security in Medan City. There needs to be a strategy and active participation from the local government in overcoming the problem of household food security in Medan City.


2019 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 201
Author(s):  
Sutyawan Sutyawan ◽  
Ali Khomsan ◽  
Dadang Sukandar

 Background: Household food insecurity is a underlaying causes on undernutrition problems in children under five years. Household food security especially from food acces dimention is reflected from many indicators that are complex and easier to understand in a composite index. Objectives: The purpose of this study was to develop a index of household food security and its relationship to nutrient intake level and nutritional status in children under five years. Method: This cross-sectional study was conducted in four villages in West Bangka Regency in December 2018 until April 2019. The study involved 219 subjects consisting of mothers and children aged 12-59 months. Data were analyzed using Rank Spearman relationship test. Results: The validation results showed that the index score has a negatively correlation (p<0.01) with the proportion of food expenditure and it has a significant correlation with dietary diversity (HDDS Score). In addition, the index score was a significant correlation (p<0.01) with the level of adequacy of energy, protein, fat, calcium, iron, zinc and dietary diversity in children. The index score was a significant associated (p<0.01) with the nutritional status of children based on height for age, weight gor age, and height for wight. Conclusions: The index was developed from this study can be an alternative to evaluate the status of household food security level and stronger marker of food consumption and nutritional status of under five children.ABSTRAKLatar Belakang: Kondisi rawan pangan pada rumah tangga merupakan salah satu penyebab masalah kekurangan gizi pada anak berusia di bawah lima tahun. Ketahanan pangan rumah tangga tercermin dari banyak indikator yang kompleks dan lebih mudah dipahami dalam indeks komposit.Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengembangkan indeks ketahanan pangan rumah tangga serta hubungannya dengan tingkat asupan gizi dan status gizi pada anak balita.Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan di empat desa di Kabupaten Bangka Barat. Penelitian ini melibatkan 219 subjek yang terdiri dari anak berusia 12-59 bulan dan ibu dari anak. Data dianalis menggunakan uji beda Kruskal Wallis dan uji hubungan Rank Spearman.Hasil: Hasil validasi menunjukkan bahwa skor indeks memiliki perbedaan yang nyata (p<0,05) berdasarkan tingkat kerentanan pangan wilayah dan terdapat hubungan negatif yang kuat (p<0,05) dengan proporsi pengeluaran pangan. Selain itu, skor indeks memiliki keterkaitan yang kuat (p<0,05) dengan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, kalsium, besi, seng serta keragaman diet pada balita. Skor indeks juga memiliki hubungan yang nyata (p<0,05) dengan nilai z-score status gizi balita berdasarkan indeks antropometri tinggi badan menurut usia, berat badan menurut umur, dan tinggi badan menurut berat badan.Kesimpulan: Indeks yang dikembangkan dari penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam menilai status ketahanan pangan rumah tangga serta prediktor yang kuat dalam melihat gambaran konsumsi pangan dan status gizi balita. 


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 189
Author(s):  
Rika Kusuma Nagari ◽  
Triska Susila Nindya

Background: The nutritional status of elementary school children can be influence by many factors such as levels adequacy of energy and proteinand household food security status. Unbalanced levels adequacy of energy and protein possibility can cause nutritional problems in children. While the status of household food security has an impact on the household ability to access a good food. Objectives: aims of this study are to analyze the relationship between nutritional adequacy level and household food security status with nutritional status of children aged 6-8 years. Method: This study used cross sectional design with sample of 62 families with children aged 6-8 years enrolled in SDN 1 and 2 Sambirejo. Anthropometric measurement of height and weight is used to determine the nutritional status of children. The instruments used 2x24-hours food recall form (energy and protein adequacy level), and US-HFSSM (household food security status). While the statistical test used is spearman correlation test. Results: The results showed a correlation between levels of energy (p=0.000) and protein (p=0.000) adequacy and household food security status (p=0.010) with child nutritional status. Conclusion: Households with food insecurity had a higher proportion of nutritional problem than food secure family, so it is needed to children for having supplemental food, especially them who have nutritional problems and on food insecurity condition. It is intended to provide children with additional nutritious food to reduce the risk of nutritional problems.ABSTRAK Latar Belakang: Status gizi anak sekolah dasar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat kecukupan energi dan protein serta status ketahanan pangan rumah tangga. Ketidakseimbangan tingkat kecukupan energi dan protein, kemungkinan dapat menyebabkan masalah gizi pada anak. Status ketahanan pangan rumah tangga berdampak kepada kemampuan dalam mengakses pangan yang baik.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan protein serta status ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi anak usia 6-8 tahun.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 62 keluarga yang memiliki anak usia 6-8 tahun yang terdaftar di SDN 1 dan 2 Sambirejo. Pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan digunakan untuk mengetahui status gizi anak. Selain itu, instrumen yang digunakan adalah  formulir 2x24-hours food recall (tingkat kecukupan energi dan protein), dan US-HFSSM (status ketahanan pangan rumah tangga). Statistik uji yang digunakan adalah uji korelasi spearman.Hasil: Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara tingkat kecukupan energi (p=0,000) dan protein (p=0,000) serta status ketahanan pangan rumah tangga (p=0,010) dengan status gizi anak.Kesimpulan: Rumah tangga yang rawan pangan akan memiliki risiko mengalami masalah gizi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan rumah tangga yang tahan pangan, sehingga perlu adanya pemberian makanan tambahan kepada anak, terutama kepada anak yang memiliki masalah gizi dan berada pada kondisi rawan pangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan anak tambahan makanan yang bergizi agar menurunkan risiko masalah gizi.


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 189
Author(s):  
Rika Kusuma Nagari ◽  
Triska Susila Nindya

Background: The nutritional status of elementary school children can be influence by many factors such as levels adequacy of energy and proteinand household food security status. Unbalanced levels adequacy of energy and protein possibility can cause nutritional problems in children. While the status of household food security has an impact on the household ability to access a good food. Objectives: aims of this study are to analyze the relationship between nutritional adequacy level and household food security status with nutritional status of children aged 6-8 years. Method: This study used cross sectional design with sample of 62 families with children aged 6-8 years enrolled in SDN 1 and 2 Sambirejo. Anthropometric measurement of height and weight is used to determine the nutritional status of children. The instruments used 2x24-hours food recall form (energy and protein adequacy level), and US-HFSSM (household food security status). While the statistical test used is spearman correlation test. Results: The results showed a correlation between levels of energy (p=0.000) and protein (p=0.000) adequacy and household food security status (p=0.010) with child nutritional status. Conclusion: Households with food insecurity had a higher proportion of nutritional problem than food secure family, so it is needed to children for having supplemental food, especially them who have nutritional problems and on food insecurity condition. It is intended to provide children with additional nutritious food to reduce the risk of nutritional problems.ABSTRAK Latar Belakang: Status gizi anak sekolah dasar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat kecukupan energi dan protein serta status ketahanan pangan rumah tangga. Ketidakseimbangan tingkat kecukupan energi dan protein, kemungkinan dapat menyebabkan masalah gizi pada anak. Status ketahanan pangan rumah tangga berdampak kepada kemampuan dalam mengakses pangan yang baik.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan protein serta status ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi anak usia 6-8 tahun.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 62 keluarga yang memiliki anak usia 6-8 tahun yang terdaftar di SDN 1 dan 2 Sambirejo. Pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan digunakan untuk mengetahui status gizi anak. Selain itu, instrumen yang digunakan adalah  formulir 2x24-hours food recall (tingkat kecukupan energi dan protein), dan US-HFSSM (status ketahanan pangan rumah tangga). Statistik uji yang digunakan adalah uji korelasi spearman.Hasil: Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara tingkat kecukupan energi (p=0,000) dan protein (p=0,000) serta status ketahanan pangan rumah tangga (p=0,010) dengan status gizi anak.Kesimpulan: Rumah tangga yang rawan pangan akan memiliki risiko mengalami masalah gizi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan rumah tangga yang tahan pangan, sehingga perlu adanya pemberian makanan tambahan kepada anak, terutama kepada anak yang memiliki masalah gizi dan berada pada kondisi rawan pangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan anak tambahan makanan yang bergizi agar menurunkan risiko masalah gizi.


2016 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 121-129 ◽  
Author(s):  
Briony Stevens ◽  
Kerrianne Watt ◽  
Julie Brimbecombe ◽  
Alan Clough ◽  
Jenni Judd ◽  
...  

AbstractObjectiveTo investigate the association of seasonality with dietary diversity, household food security and nutritional status of pregnant women in a rural district of northern Bangladesh.DesignA cross-sectional study was conducted from February 2013 to February 2015. Data were collected on demographics, household food security (using the Household Food Insecurity Access Scale), dietary diversity (using the women’s dietary diversity questionnaire) and mid-upper arm circumference. Descriptive statistics were used to explore demographics, dietary diversity, household food security and nutritional status, and inferential statistics were applied to explore the role of seasonality on diversity, household food security and nutritional status.SettingTwelve villages of Pirganj sub-district, Rangpur District, northern Bangladesh.SubjectsPregnant women (n 288).ResultsSeasonality was found to be associated with dietary diversity (P=0·026) and household food security (P=0·039). Dietary diversity was significantly lower in summer (P=0·029) and spring (P=0·038). Food security deteriorated significantly in spring (P=0·006) and late autumn (P=0·009).ConclusionSeasons play a role in women’s household food security status and dietary diversity, with food security deteriorating during the lean seasons and dietary diversity deteriorating during the second ‘lesser’ lean season and the season immediately after. Interventions that aim to improve the diet of pregnant women from low-income, subsistence-farming communities need to recognise the role of seasonality on diet and food security and to incorporate initiatives to prevent seasonal declines.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Devi Eka Jayarni ◽  
Sri Sumarmi

Background: Households experiencing food insecurity in Indonesia is 30%, while vulnerable to food is 11%. Food insecurity is related to nutrional status. Based on Riskesdas Indonesia data in 2007 the prevalence of underfive children less than 19.6%, decreased to 18.4% in 2010, but increased to 19.6% in 2013.Objective: The purpose of this study was to analyze relationship between food security, family characteristics with nutritional status of children aged 2-5 years old at area Puskesmas Wonokusumo Kota Surabaya.Methods: This study was an observasional analytic using cross sectional design. Sample size of 97 from 4101 of underfive children used Lemeshow with simple random sampling method. Collecting data used US-HFSSM questionnary for examine household food security, weight- age index for measuring nutritional status of children. Statistical analysis test used Spearman correlate test and chi square test.Results:Most of mother graduated from primary school by 38.1%, mostly mothers doesn’t work by 85.6%, most of parents income are below average amount IDR 2,363,092 by 53.6%, as well as spending on food consumption expenditure amount IDR 1,724,943 by 7.3%, while mostly household have food insecurity by 54.9%. However, there is relationship between parents incomes (p=0.006) and household food security (p=0.045) with nutritional status of children under five years old.Conclusion: The higher household income the higher food expenditure. Household’s food insecurity is mostly below average expenditure.ABSTRAKLatar Belakang : Rumah tangga yang mengalami rawan pangan di Indonesia sebesar 30%, sedangkan sangat rawan sebesar 11%.Ketahanan pangan erat kaitannya dengan masalah gizi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 prevalensi balita mengalami gizi kurang di Indonesia sebesar 19,6%, menurun menjadi 18,4% tahun 2010, namun meningkat menjadi 19,6% tahun 2013.Tujuan : Tujuan pada penelitian ini untuk menganalisis hubungan ketahanan pangan dan karakteristik keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Wonokusumo Kota Surabaya.Metode : Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan studi desain cross sectional. Besar sampel 97 dari 4101 balita menggunakan rumus Lemeshow dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner US – HFSSM untuk mengukur status ketahanan pangan rumah tangga, indeks BB/U digunakan untuk menilai status gizi balita. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi spearman dan uji chi-square.Hasil : sebagian besar ibu balita pendidikan terakhir tamat SD/ sederajat sebesar 38,1%, sebagian besar ibu balita tidak bekerja sebesar 85,6%, pendapatan keluarga sebagian besar kurang dari rata –rata Rp 2.363.092 sebesar 53,6%, sebagian besar pengeluaran rumah tangga kurang dari rata – rata Rp 1.724.943 sebesar 75,3%, sebagian besar rumah tangga rawan pangan derajat kelaparan sedang sebesar 54,9%, Terdapat hubungan antara pendapatan keluarga (p=0,006) dan ketahanan pangan rumah tangga (p=0,045) dengan status gizi balita.Kesimpulan : tingginya pendapatan rumah tangga maka mempengaruhi pengeluaran untuk pangan. Rumah tangga rawan pangan sebagian besar penegeluaran untuk pangan dibawah rata – rata. 


2019 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 130
Author(s):  
Hernita Riski ◽  
Luki Mundiastutik ◽  
Annis Catur Adi

Background: Food security is an important aspect that plays a role in achieving the Sustainable Development Goals (SDGs). Based on the second purpose of SDGs, food security can be achieved if the community has been free from hunger, access to safe and nutritious food is sufficient for everyone. Food security is an important aspect because it can influence the nutritional status of the community, especially children. According to Riskesdas 2018, in Indonesia the prevalence of malnutrition and malnutrition in children are 13.85% and 3.9%.Objectives: To analyze the relationship of household food security, incidence of illness, and environmental sanitation with nutritional status of children in Sidotopo, Semampir Surabaya.Method: This research used cross sectional design. The sample size was 64 household. Sampling was done by multistage random sampling. Data was collected through interview using US-HFSSM, recall 2x24hours, environmental sanitation, and general questionnaire. The result was analyzed using spearman test. Result: Food security had a significant relationship between nutritional status WAZ (p<0.001), the incidence of illness had a significant relationship with nutritional status WAZ (p=0.001), and environmental sanitation had a significant relationship with nutritional status with WAZ (p=0.039). Conclusion: The conclusion that there were relationship of household food security, incidence of illness, and environmental sanitation with nutritional status of children.ABSTRAK Latar Belakang: Ketahanan pangan merupakan salah satu aspek penting yang berperan dalam pencapaian Susteinable Development Goals (SDGs). Berdasarkan tujuan kedua SDGs, ketahanan pangan dapat dikatakan tercapai apabila masyarakat telah bebas dari kelaparan, akses pangan yang aman dan bergizi tercukupi untuk semua orang. Ketahanan pangan merupakan aspek yang penting karena mampu mempengaruhi status gizi masyarakat terutama balita. Menurut Riskesdas 2018, di Indonesia prevalensi status gizi kurang  dan gizi buruk pada balita sebesar 13,85% dan 3,9%.Tujuan: Menganalisis hubungan ketahanan pangan rumah tangga, kejadian sakit, dan sanitasi lingkungan dengan status gizi balita di Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Besar sampel sebanyak 64 rumah tangga. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner US-HFSSM untuk mengetahui status ketahanan pangan rumah tangga, kuisioner sanitasi lingkungan untuk mengetahui status sanitasi lingkungan rumah, dan kuisioner umum untuk mengetahui identitas responden, kejadian sakit dan status gizi responden . Penelitian dianalisis dengan uji korelasi spearman.Hasil: Ketahanan pangan memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi BB/U (p<0,001) dengan koefisien korelasi sebesar 0,463, kejadian sakit memiliki hubugan signifikan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U (p=0,001) dengan koefisien korelasi sebesar -0,390, dan sanitasi lingkungan memiliki hubungan signifikan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U (p=0,039) dengan koefisien korelasi sebesar 0,259.Kesimpulan: Terdapat hubungan ketahanan pangan rumah tangga, kejadian sakit, dan sanitasi lingkungan dengan status gizi balita.


2018 ◽  
Vol 35 (2) ◽  
pp. 1-17
Author(s):  
Luiza Veloso Dutra ◽  
Dayane de Castro Morais ◽  
Ricardo Henrique Silva Santos ◽  
Sylvia do Carmo Castro Franceschini ◽  
Silvia Eloiza Priore

Aim: To evaluate and compare household food security situations in the rural area of a Brazilian city by three different methods: Availability of food energy at home, nutritional status and Perceptionof food insecurity. Methods: Cross-sectional study of 79 families living in 19 rural communities in a small city in Minas Gerais, Brazil, including a total of 272 residents. Families were selected by drawing lots, respecting the proportionality of families per community. The inclusion criteria included living in rural areas, inhabiting a selected household, and using food products available for consumption, by purchase and production. During family visits, nutritional status was analyzed by anthropometry, the perception of food insecurity by Food Insecurity Scale (EBIA) and availability of food energy at household for 30 days. Results: Of the 79 families of family farmers, 12.7% were considered to be unsafe for availability of food energy at household, 24.0% due to the presence of low weight at the household and 49.5% by EBIA. There was a low correlation among the methods, with differences between them (Kendall W 0.162 p <0.001). Food insecurity was associated to the presence of at least one individual aged less than 18 years old in the household. Food security classified according to EBIA was associated with an increase in the number of people living in the household, the production of vegetables and fruits. Conclusions: No single indicator can coverseveral dimensions of food security. Food Security involves a broad and multifaceted approach; therefore, its thorough evaluation requires different classification methods.


Author(s):  
Chica Riska Ashari ◽  
Ali Khomsan ◽  
Yayuk Farida Baliwati

ABSTRACT Many indicators are used to measure food security. The most commonly used measurements are food recall, anthropometric indicators or health data, which have also been used in several studies. However, all these indicators have weaknesses such as data collection and analysis that are impractical and relatively expensive to implement. For this reason, a method that is easier, simpler, and cheaper to implement is needed. This study aims to analyze the validation of measures of food security with the HFIAS method to Maxwell's method in urban and rural households in South Sulawesi. This study used a cross sectional design. Sampling using purposive sampling with a sample size of 170 households. The data analysis performed is the gamma correlation test. The results showed that the results of the gamma correlation between the level of household food security using the HFIAS method for the Maxwell method obtained p = 0.000 with a value of r = 0.408. The conclusion of the study is that the HFIAS method can be used as a method of measuring food security because it is easier and more practical. Keywords: methods, food insecurity, household, food security, validation   ABSTRAK Banyak indikator yang digunakan untuk mengukur ketahanan pangan. Pengukuran yang paling sering digunakan yaitu recall pangan, indikator antropometri atau data kesehatan, yang juga telah digunakan dalam beberapa studi. Namun, semua indikator tersebut memiliki kelemahan seperti pengumpulan dan analisis data yang tidak praktis dan relatif mahal untuk diimplementasikan. Untuk itu, diperlukan metode yang lebih mudah, sederhana, dan lebih murah untuk diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis validasi ukuran ketahanan pangan dengan metode HFIAS terhadap metode Maxwell pada rumah tangga perkotaan dan perdesaan di Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penarikan sampel menggunakan purposive sampling dengan besar sampel 170 rumah tangga. Analisis data yang dilakukan adalah uji korelasi gamma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil korelasi gamma antara tingkat ketahanan pangan rumah tangga menggunakan metode HFIAS terhadap metode Maxwell diperoleh p=0.000 dengan nilai r=0.408. Kesimpulan dari penelitian bahwa metode HFIAS dapat digunakan sebagai metode pengukuran ketahanan pangan karena lebih mudah dan lebih praktis. [Penel Gizi Makan 2019, 42(1):11-20] Kata kunci: metode, rawan pangan, rumah tangga, tahan pangan, validasi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document