scholarly journals Occurrence of Pedunculate Barnacle, Octolasmis spp. in Blue Swimming Crab, Portunus pelagicus [Tingkat Kejadian Pedunculate Barnacle, Octolasmis spp. pada Rajungan, Portunus pelagicus]

2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Marina Hasan ◽  
Mohd Fazrul Hisam Abd Aziz ◽  
Kismiyati Kismiyati ◽  
Sri Subekti ◽  
Mohd Ihwan Zakariah

AbstractBarnacles are symbiont and harm to the crabs when they are in large numbers. They will affect the respiration, normal activity and growth of the crabs. The prevalence, mean intensity and identification of pedunculate barnacle, Octolasmis spp. on blue swimming crab, Portunus pelagicus from the coastal area of Kuala Terengganu were studied. The site specificity of the different species of Octolasmis attached was examined. The crabs were measured and weight. The crabs were euthanized by put in ice until no movement. The Octolasmis were observed from the surfaces and gills or brachial chamber. The Octolasmis were observed from each gill. The prevalence and mean intensity was calculated. The Octolasmis were preserved in 70% alcohol and mounting using glycerine jelly to make the permanent slide. A total of all 13 crabs were infested by four species of Octolasmis which is 218 Octolasmis angulata, 191 Octolasmis warwickii, 16 Octolasmis tridens and 218 Octolasmis lowei. Octolasmis angulate showed the highest prevalence (84.62%) and lowest prevalence was O. lowei (23.08%) and O. warwickii (23.08%). The barnacles were attached to the gill, carapace, abdomen and also walking legs. Barnacle occurred most frequently on the gill part by having 371 (57.70%) barnacles compared to other areas, 272 (42.30%) barnacles. The distributions of barnacle in this study suggest distal areas are more susceptible in infestation by Octolasmis spp. However, they did not show site specificity on the gill areas because it depends on the water current.AbstrakBarnacle (teritip) adalah simbion yang dalam jumlah besar akan membahayakan kepiting. Teritip tersebut berpengaruh pada pernapasan, aktivitas normal dan pertumbuhan kepiting. Prevalensi, intensitas rata-rata dan identifikasi pedunculate barnacle, Octolasmis spp. pada rajungan, Portunus pelagicus dari daerah pesisir Kuala Terengganu telah diteliti. Kekhasan lokasi dari berbagai spesies Octolasmis telah diperiksa. Kepiting telah diukur dan ditimbang. Kepiting dieuthanasi dengan cara dimasukkan kedalam es sampai tidak bergerak. Octolasmis diamati dari permukaan tubuh dan insang (branchial chamber). Octolasmis diamati pada tiap insang. Prevalensi dan intensitas rata-rata dihitung. Octolasmis diawetkan dalam alcohol 70 % dan mounting menggunakan Jeli gliserin untuk membuat slide permanen. Semua kepiting 13 ekor telah terinfestasi oleh empat spesies Octolasmis, yaitu 218 Octolasmis angulata, 191 Octolasmis warwickii, 16 Octolasmis tridens dan 218 Octolasmis lowei. Octolasmis angulate menunjukkan prevalensi paling tinggi (84,62%) dan prevalensi paling rendah adalah O. lowei (23,08%) dan O. warwickii(23,08%). Teritip menyerang insang, karapas, abdomen dan juga kaki jalan.Teritip paling sering ditemukan pada bagian insang 371 ekor (57,70%) dibandingkan pada bagian lain, 272 ekor (42,30%). Distribusi teritip pada penelitian ini menunjukkan bahwa bagian distal lebih rentan mengalami infestasi Octolasmis spp. Namun, teritip tidak menunjukkan kekhasan lokasi pada daerah insang bergantung pada arus air.

2008 ◽  
Vol 75 (1) ◽  
pp. 25-33 ◽  
Author(s):  
Anukorn Boutson ◽  
Chaichan Mahasawasde ◽  
Songsri Mahasawasde ◽  
Suriyan Tunkijjanukij ◽  
Takafumi Arimoto

2010 ◽  
Vol 42 (10-11) ◽  
pp. 1589-1592 ◽  
Author(s):  
Morakot Sroyraya ◽  
Naoko Goto-Inoue ◽  
Nobuhiro Zaima ◽  
Takahiro Hayasaka ◽  
Piyachat Chansela ◽  
...  

Author(s):  
Maichel Arvan Pananggung ◽  
Ivor L. Labaro ◽  
Emil Reppie

ABSTRACT Mangrove crab (Scylla serrata) and swimming crab (Portunus pelagicus) are economically important marine commodities produced from the coastal waters of Sangihe Islands Regency. But those marine commodity products are usually only caught accidentally with a bottom gill net. There has been a special trap fishing gear for that resources, but not known well by local fishermen. Addition of squid oil extraction baits could increase the fishing power of mangrove crab and swimming crab traps. This research aims to study the effect of squid oil extract on traps bait to catch mangrove crab and swimming crab; and identify the types of biota captured. This research was done in coastal waters of Malise village, Tabukan Tengah District of Sangihe Islands Regency for 2 weeks September 2015; based on experimental method. Six unit traps were operated ten trips where three units of them used scad mackerel bait that injected with squid oil extract, and tree other units just used scad mackerel bait without extract; and the capture data were analyzed using t test. The catch was 142 individuals (135 mangrove crabs and 7 swimming crab); where 86 crabs was caught by scad mackerel bait with squid oil extract, and 56 crabs caught with bait without squid oil extract. The analysis showed that the use of squid oil extracts on trap baits increased the catch. Keywords: mangrove crab, swimming crab,trap baits, squid oil extract, Sangihe   ABSTRAK[1] Kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tetapi komoditi hasil laut tersebut biasanya hanya tertangkap tanpa sengaja (by catch) dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk kepiting bakau dan rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Pemberian ekstrak minyak cumi pada umpan, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu kepiting bakau dan rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak minyak cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan, dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe; selama 2 minggu pada bulan September 2015; yang didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu dioperasikan selama sepuluh trip untuk mengumpulkan data; di mana tiga unit menggunakan umpan ikan layang yang disuntikan ekstrak minyak cumi, dan tiga unit lainnya hanya menggunakan umpan ikan laying tanpa ekstrak; dan data dianalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 142 ekor (135 ekor kepiting bakau dan 7 ekor rajungan); di mana 86 ekor tertangkap dengan umpan layang yang diberi ekstrak minyak cumi, dan 56 ekor tertangkap dengan umpan tanpa ekstrak. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak minyak cumi pada umpan bubu, memberikan hasil tangkapan yang sangat berbeda dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak minyak cumi. Kata-kata kunci: kepiting bakau, rajungan, umpan bubu, ekstrak minyak cumi, Sangihe  


2019 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 402-408
Author(s):  
Nathanael Ganang Anindityo Wibowo ◽  
Chrisna Adhi Suryono ◽  
Ibnu Pratikto

Rembang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang dikenal sebagai daerah penghasil sumberdaya rajungan yang cukup tinggi permintaannya dan terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan potensi hasil rajungan akibat intensifnya penangkapan di Perairan Rembang. Kajian tentang kondisi stok sumberdaya rajungan  terkait sebaran dan dinamika populasi ini sangat diperlukan dalam pengelolaan potensi rajungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur ukuran dan parameter pertumbuhan rajungan di Perairan Rembang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2019 di Perairan Rembang, dengan menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif. Total sampel rajungan selama penelitian adalah 1200 ekor yang terdiri dari 574 ekor jantan dan 624 ekor betina. Hasil penelitian menunjukkan kelas ukuran lebar karapas rajungan didominasi oleh rajungan muda, dengan rata – rata 105.01 ± 11.99 mm untuk jantan dan 107.73 ± 10.68 untuk betina. Berat rata – rata rajungan jantan yaitu sebesar 95.2 ± 27.1 gram dan rajungan betina sebesar 97.9 ± 23.1 gram, sehingga menunjukkan rajungan jantan lebih kecil dibandingkan dengan rajungan betina. Pola pertumbuhan rajungan di Perairan Rembang bersifat allometrik negatif. Laju pertumbuhan rajungan di Perairan Rembang yang didapatkan adalah berupa nilai panjang asimptotik (L∞) sebesar 71.4 mm dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar 1.5/tahun.Rembang is a coastal region in Central Java which known as to producer of blue swimming crab resources that are in high demand and continues to increase every year. It will because decreasing the potential yield of blue swimming crab due to intensive fishing in Rembang Waters. Study on the stock condition of the blue swimming crab resource related to the distribution and dynamics of the population is required for the management of the blue swimming crab potential. The current research aims to assess the size structure and growth parameter of blue swimming crab in the Rembang Waters. The research was conducted from March to June 2019 in Rembang Waters, using a descriptive survey method. The total number of crab samples during the study was 1200 animals consisting of 574 male and 624 female. The results showed that the size of the crab carapace width class was dominated by young crabs, with an average of 105.01 ± 11.99 mm for males and 107.73 ± 10.68 for females. The average weight of male crab is 95.2 ± 27.1 gram and female crab is 97.9 ± 23.1 gram, indicates that male crab is smaller than female crab. The crab’s growth in Rembang Waters is allometric negative. The growth rate of crab in the Rembang Waters obtained is in the form of asymptotic length (L∞) was 71.4 mm with a growth coefficient (K) 1.5/year.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document