IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus-sumatranus) DI PUSAT LATIHAN GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 51-54
Author(s):  
Purwo Kuncoro ◽  
Emantis Rosa ◽  
Elly L. Rustiati ◽  
Dedi Candra

Gajah sumatera, Elephas maximus sumatranus dalam status kritis. Kendala yang dihadapi dalam upaya konservasi gajah sumatera binaan, salah satunya adalah infeksi ektoparasit. Kajian tentang jenis-jenis dan keanekaragaman ektoparasit yang menginfeksi gajah sumatera di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas telah dilakukan pada bulan Maret-Mei 2017 di Pusat Latihan Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Penentuan sampel gajah dilakukan secara Purposive sampling yaitu memilih gajah binaan yang kesehatannya kurang baik atau terindikasi terinfeksi ektoparasit. Tiga metode pengambilan sampel dilakukan meliputi metode rabaan, light trap, dan sweep net. Empat famili dan lima jenis ektoparasit yang teridentifikasi yaitu dari Famili Tabanidae dengan spesies Tabanus sp. 1, Tabanus sp. 2, Chrysops sp., Family Muscidae: Musca domestica, Famili Calliphoridae: Chrysomya sp. dan Haematomyzus elephantis dari Family Haematomyzidae.

2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Manap Trianto ◽  
Fajri Marisa ◽  
Ni Putu Siswandari

Lalat merupakan jenis serangga yang hidup dekat dengan lingkungan manusia. Jenis lalat yang berada di sekitar permukiman sangat banyak dan membawa berbagai jenis penyakit yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Penelitian bertujuan untuk menentukan kelimpahan nisbi, frekuensi, dan dominansi jenis lalat di beberapa pasar tradisional di Kecamatan Martapura. Penelitian dilakukan di lima pasar tradisional yaitu Pasar Sejumput, Pasar  Batuah, Pasar Sekumpul, Pasar Permata, dan Pasar Kuliner pada bulan April sampai Mei 2020. Koleksi lalat menggunakan sweep net dengan cara mengayunkannya di sekitar tempat sampah. Lalat yang telah dikoleksi kemudian diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat spesies lalat dalam lokasi penelitian yaitu Musca domestica, M. conducens, Chrysomya megacephala dan C. rufifacies. Kelimpahan nisbi, frekuensi spesies dan dominansi spesies menunjukan bahwa tertangkapnya lalat M. domestica lebih tinggi dibandingkan spesies lainnya. Selanjutnya, Pasar Batuah merupakan lokasi penelitian dengan jumlah kelimpahan nisbi, frekuensi spesies, dan dominansi spesies lalat terbanyak jika dibandingkan lokasi Pasar Tradisional lainnya. Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi awal dalam menentukan potensi lalat sebagai vektor penularan penyakit disuatu lingkungan.   Kata kunci: kelimpahan nisbi, frekuensi, dominansi, jenis lalat, pasar tradisional  


Zootaxa ◽  
2017 ◽  
Vol 4227 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
JIA-HUI LI ◽  
DAVID GOPURENKO ◽  
DU-CHENG CAI ◽  
YE-MENG YANG ◽  
RONG HU ◽  
...  

The biting midge fauna of Dongzhaigang Mangrove Forest, Hainan Province, China was sampled on 14 October 2015 using three methods: a pan light trap operated from dusk until dawn the following morning and sweep net and human landing collections performed between 16:15–17:15 hr. Eight species, including two new records for China, Culicoides palawanensis and C. niphanae, and one new record for Hainan, C. circumbasalis, were collected. A key to assist with identification of specimens of these species is provided. DNA barcodes supported the morphological identification of some of these species and identified the potential presence of cryptic species and/or deep population structure in others. The newly recorded species were morphologically similar to species previously reported from Hainan, highlighting the need for further investigation into the taxonomy of biting midges in this region. Species composition and abundance varied considerably between the three collection techniques suggesting that multiple techniques likely provide a more comprehensive sample of biting midge fauna. 


Wanaraksa ◽  
2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Faizal Muhamad Fasa ◽  
Ilham Adhya ◽  
Nurdin Nurdin
Keyword(s):  

Serangga atau insekta merupakan kelompok dari hewan beruas arthopoda yang berkaki enam. Sehingga ditemukan hampir disemua ekosistem, semakin banyak tempat dengan berbagai penggolongan jenis serangga berdasarkan aktivitasnya dikenal serangga yang aktif di siang hari dan serangga yang aktif di malam hari. Keberadaan jenis serangga di hutan bungkirit sangat penting karena hutan kota bungkirit memiliki fungsi sebagai area lingkungan yang menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati di Kota Kuningan serta memiliki fungsi sebagai sumber daya alam yang sangat tinggi berupa Flora Dan Fauna. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis serangga di areal hutan kota bungkirit Kabupaten Kuningan dan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis serangga yang terdapat di areal Hutan Kota Bungkirit Kabupaten Kuningan. Penetian ini dilakukan dengan menggunakan metode Sweep Net dan Light Trap. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 14 jenis serangga, nilai indeks keanekaragamannya (H’) adalah 2,31, indeks kemerataan pada lokasi sawah 0,90 mendapat nilai tertinggi sedangkan pada lokasi hutan campuran terdapat 0,88. Hasil perhitungan indeks sorenson mengetahui kesamaan jenis serangga pada lokasi penelitian sawah dan hutan campuran ditunjukkan dengan adanya kesamaan setiap lokasi penelitian sebesar 31% (sedang). Kata Kunci: Serangga, Hutan Kota, Sweep Net, Light Trap


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 89-104
Author(s):  
Parlindungan Tarihoran ◽  
Ameilia Zuliyanti Siregar ◽  
Marheni

This research aimed to know the diversity of insects of sorghum plantations and the status of insect functions in sorghum plants. The purposive sampling method were done, which used 4 traps, consist of yellow sticky trap, sweep net, pitfall trap and light trap for 8 observations research were done from May to September 2019 at Kolam Village, Percut Sei Tuan District of Deli Serdang Regency, then continue to identified in Pest Laboratory Faculty of Agriculture University of Sumatera Utara, Medan. The results showed that there were 117 individuals insects which consist of 10 orders and 33 families. The highest relative density was 14.74% and the lowest was 0.42% sere recorded, while the highest relative frequency was 4.08% and the lowest was 1.53%. The value of insect diversity index was 3.115 (High), it is mean the diversities of insects varied and the habitat was good for growth of insects. The value of evenness index was 0.891 (high) and richness index was 4.15 (high). The dominant insects recorded from Order of Hymenoptera (Family of Formicidae), continued to Coleoptera (Family of Scarabaeidae; Coccinellidae) are quite diverse in the sorghum plantations. The function status of insects was recorded as herbivores, parasitoids, predators, pollinators and decomposer were determined.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 238-243
Author(s):  
Anjali Gyawali ◽  
Bandana Regmi ◽  
Rameshwor Pudasaini ◽  
Namuna Acharya

A study on diversity and abundance of insects in rice field was conducted at farmer field of Lamahi, Dang during July to October in 2019. Insects were collected using sweep net and light trap. Overall, 414 insect specimen representing 11 families and 8 orders were collected during the period. Grasshopper (23.98%) with including all species was the most abundance insect found in rice field as it followed by brown plant hopper (16.62%). Among the eight insect orders captured Orthoptera (29.16%) was the most abundance insect order followed by Homoptera (16.62%). As the diversity of insect pest in this area may responsible economic losses was found which will be useful to adapt appropriate management practices to keep them at normal area. The presence of natural enemies should conserve to enhance the natural biological control of insect pests.


Author(s):  
R. Arif Malik Ramadhan ◽  
Dewi Mirantika ◽  
Dina Septria

Keragaman serangga dinilai dapat memberikan kontribusi terhadap kehidupan manusia, termasuk peranan serangga dalam suatu agroekosistem. Serangga memiliki berbagai peranan dalam agroekosistem meliputi serangga hama, polinator, predator, parasitoid, dan dekomposer. Monitoring serangga merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan guna mengetahui keragaman dan keberadaan serangga dalam suatu agroekosistem. Informasi mengenai keragaman serangga serta peranannya terhadap agroekosistem di kota Tasikmalaya masih sangat terbatas sehingga dirasa perlu untuk melaksanakan monitoring keragaman serangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pemasangan light trap pada 6 kecamatan berbeda di kota Tasikmalaya yaitu kecamatan Cihideung, Mangkubumi, Tawang, Tamansari, Kawalu, dan Cibeureum selama tiga hari. Serangga yang terperangkap kemudian diidentifikasi dan ditentukan peranannya terhadap agroekosistem. Berdasarkan hasil pemasangan perangkap dan identifikasi, didapatkan 15 spesies serangga berbeda. Sembilan spesies berperan sebagai hama: Drosophila spp., Oryctes rhinoceros, Lepidioma stigma, Leptocorisa acuta, Acanthocephala spp., Scirpophaga innotata, Helicoperva armigera, Spodoptera frugiperda, dan Spodoptera litura. Tiga spesies sebagai polinator: Anopheles spp., Musca domestica, dan Camponotus pennsylvanicus. Dua spesies sebagai predator: Paederus fuscipes dan Ortethrum sabina. Satu spesies sebagai dekomposer: Coptotermes curvignathus.


Author(s):  
Seyed Massoud Madjdzadeh ◽  
Mohammad Purrezaali ◽  
Sana Dolati ◽  
Taghi Ghassemi-Khademi

The fauna of Braconidae (Hymenoptera: Ichneumonoidea: Cheloninae, Opiinae, Rogadinae) was studied in different habitats of Kerman province, southeastern Iran. The specimens were collected using sweep net, Malaise traps and light trap during 2013 to 2018. Three subfamilies: Cheloninae, Opiinae and Rogadinae were identified in the present study. A total of 11 species belonging to six genera were identified. Among identified sample, a single species, Opius (Cryptonastes) ficedus Papp, 1979 (Opiinae) is reported for the first time from Iran.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document