scholarly journals PERBANDINGAN EFEK MUSCLE ENERGY TEHNIQUE DENGAN INTEGRATED NEUROMUSKULER INHIBITION TECHNIQUE TERHADAP NECK DISABILITY KONDISI MYOFASCIAL PAIN SYDROME UPPER TRAPEZIUS

2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Sulfandi Sulfandi ◽  
I Made Muliarta ◽  
Wahyuddin Wahyuddin ◽  
Alex Pangkahilla ◽  
Susy Purnawati ◽  
...  

Pendahuluan: Myofascial Pain Sydrome merupakan suatu keadaan yang dapat menimbulkan nyeri lokal dan nyeri menjalar yang dikarakteristikkan dengan adanya ketidaknormalan pada motoris (taut band yang keras di dalam otot) dan ketidaknormalan pada sensoris (nyeri tekan dan nyeri menjalar). Tujuan: Untuk membuktikan dan mengkaji efektifitas kedua efek terapi Muscle Energy Tehnique dan Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dalam mengatasi masalah disabilitas leher pada kasus myofascial pain sydrome upper trapezius. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental pretest and posttest comparison group design. Sebanyak 18 orang subjek penelitian, berusia 20-55 tahun, mengalami disabilitas leher, dan tidak pernah mengalami spondylolisthesis, cedera, fraktur dan hernia nucleus pulposus pada area leher, direkrut untuk mengikuti penelitian ini. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 Kelompok. Kelompok I diberikan program Muscle Energy Tehnique dan Kelompok II diberikan program Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dengan durasi latihan yang sama, yaitu 30 menit per hari selama 4 minggu. Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi perubahan nyeri mekanik leher adalah Neck Disability Index. Analisis statistik menggunakan uji Paired Sampel T test untuk membandingkan hasil prestest dan posttest tiap Kelompok, dan uji Independent T Test untuk membandingkan perubahan nyeri antara kedua Kelompok. Hasil: Ditemukan penurunan disabilitas leher yang signifikan (p=<0,05) baik pada Kelompok I maupun Kelompok II, yaitu dari rerata (45,33±4,690 menjadi 13,78±3,930 vs. 43,78±3,232 menjadi 12,89±2,667). Hasil perbandingan penurunan disablitas leher menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,360) antara Kelompok I dan Kelompok II. Simpulan: Program Muscle Energy Tehnique dan Integrated Neuromuscular Inhibition Technique efektif dalam mengatasi disabilitas leher pada kondisi Myofascial Pain Sydrome Upper Trapezius  dengan efektivitas yang sama baiknya antara kedua teknik tersebut.

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Boki Jaleha ◽  
I Putu Gede Adiatmika ◽  
Sugijanto Sugijanto ◽  
I Made Muliarta ◽  
Ketut Tirtayasa ◽  
...  

Pendahuluan: Myofascial pain syndrome otot upper trapezius merupakan gangguan muskuloskeletal pada otot upper trapezius akibat penggunaan otot secara berlebihan, postur yang jelek, dan repetitif mikrotrauma sehingga menyebabkan nyeri, taut band, kelemahan otot dan disabilitas pada daerah leher. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui perbedaan efek kedua intervensi, Mckenzie Neck Exercise dan Dynamic Neck Exercise dalam menurunkan disabilitas leher pada penjahit dengan myofascial pain syndrome otot upper trapezius. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan rancangan randomized pre and post test two group design. Sampel penelitian sebanyak 18 orang yang dibagi secara acak menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 9 orang. Kelompok I diberikan McKenzie Neck Exercise sedangkan Kelompok II diberikan Dynamic Neck Exercise. Perlakuan dilakukan 3 kali seminggu selama 6 minggu dengan evaluasi menggunakan kuesioner penilaian Neck Disability Index (NDI). Hasil: Hasil uji statistik menggunakan paired-samples t test pada Kelompok I dengan rerata skor sebelum intervensi (23,8±2,1)% dan sesudah intervensi yaitu (16,4±2,4)% dengan nilai (p < 0,05) dan Kelompok II dengan rerata skor sebelum intervensi (23,6±2,2)% dan sesudah intervensi (20,9±2,3)% dengan nilai (p < 0,05). Uji beda hipotesis antara Kelompok I dengan Kelompok II menggunakan independent-samples t test diperoleh nilai (p < 0,05). Simpulan: McKenzie Neck Exercise lebih baik dalam menurunkan disabilitas leher daripada Dynamic Neck Exercise dengan myofascial pain syndrome otot upper trapezius. Saran: Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengontrol aktivitas pekerja dilingkungan kerja maupun tempat tinggal dan diperlukan adanya tindak lanjut ataupun pengawasan (follow up) sampel penelitian setelah berakhirnya program penelitian pada masing-masing sampel, untuk mengetahui hasil intervensi yang diberikan dapat memberikan efek jangka panjang.  


Author(s):  
Putu Ayu Sita Saraswati ◽  
I Putu Gede Adiatmika ◽  
Syahmirza Indra Lesmana ◽  
I Wayan Weta ◽  
I Made Jawi ◽  
...  

Sindrom myofascial pada otot upper trapezius merupakan nyeri otot yang ditandai oleh satu atau beberapa myofascial trigger point pada otot upper trapezius. Posisi kerja statis dalam jangka waktu lama memicu timbulnya masalah tersebutdan mengakibatkan nyeri dan keterbatasan gerak pada leher sehingga akan menimbulkan disabilitas leher. Penanganan fisioterapi berupa integrated neuromuscular inhibition technique (INIT) dan contract relax stretching yang dikombinasikan dengan modalitas ultrasound berdampak pada penurunan disabilitas leher. Tujuan: mengetahui metode yang lebih efektif dalam menurunkan disabilitas leher pada sindrom myofascial otot upper trapezius.Metode: Jenis penelitian eksperimental dengan rancangan randomizedpre test and post test group design. Sampel sebanyak 24 orang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 12 orang secara random. Kelompok perlakuan 1 dengan kombinasi INIT dengan ultrasound, sedangkan perlakuan 2 dengan contract relax stretching dengan ultrasound. Data diperoleh dengan mengukur disabilitas leher menggunakan Neck Disability Index(NDI), lingkup gerak sendi leher (LGS) dengan goniometerpada saat sebelum dan setelah perlakuan. Hasil:Diperoleh penurunan NDI22,50±2,43%(p<0,001) dan peningkatan LGS 5,083±1,0840 (p<0,001) pada Kelompok 1.Kelompok 2 juga terdapat penurunan NDI 17,33±3,05%(p<0,001) dan peningkatan LGS3,333±0,7780 (p<0,001). Hal ini berarti bahwa dalam setiap kelompok terjadi penurunan disabilitas leher secara bermakna. Hasil uji antar kelompok menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan NDI (p<0,001) dan peningkatan LGS (p<0,001). Simpulan: penambahan INIT lebih menurunkan disabilitas leher daripada contract relax stretching pada intervensi ultrasound dalam kasus sindrom myofascial otot upper trapeziusKata kunci : myofascial, trapezius, INIT, ultrasound, stretching, disabilitas leher


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Nitaya Putri Nur Hidayat ◽  
Dewa Putu Gede Purwa Samatra ◽  
S. Indra Lesmana ◽  
Nyoman Mangku Karmaya ◽  
Ni Wayan Tianing ◽  
...  

Pendahuluan: Perkembangan teknologi memudahkan seseorang untuk menyelesaikan tugas sehari-hari. Banyak orang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berada di depan gawai. Dampak negatif yang timbul pada penggunaan gawai yang berlebihan adalah buruknya postur tubuh, karena seseorang cenderung akan duduk dengan posisi leher yang membungkuk ke depan. Hal tersebut akan menyebabkan ketidakseimbangan kerja otot area leher, terjadi ketegangan terus menerus tanpa disertai relaksasi yang cukup pada otot upper trapezius akan menimbulkan myofascial pain syndrome pada otot tersebut. Tujuan Penelitian: Untuk menemukan intervensi fisioterapi yang efektif dan efisien guna menurunkan nilai disabilitas leher pada myofascial pain syndrome otot upper trapezius. Metode: Penelitian ini bersifat experimental, dengan pretest-posttest design dengan randomisasi sebagai desain penelitiannya. Intervensi dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu. Sampel merupakan pasien di klinik Fitasoma, Colomadu, Karanganyar, yang terdiri dari 19 orang berusia 25 - 40 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari Kelompok I dengan perlakuan intervensi integrated neuromuscular inhibition technique yang berjumlah 9 orang dan Kelompok II dengan perlakuan aktivasi deep cervical flexor muscle yang berjumlah 10 orang. Pengukuran nilai disabilitas menggunakan Neck Disability Index. Hasil: Terdapat penurunan nilai disabilitas leher yang bermakna pada ke dua kelompok. Pada Kelompok I didapat rerata dari 40,00 menjadi 21,67  dan pada Kelompok II di dapat rerata dari 39,10 menjadi 30,30. Uji beda setelah perlakuan pada masing-masing kelompok didapatkan nilai p=0,042 dan selisih rerata 18,33 pada Kelompok I dan 8,80 pada Kelompok II yang berarti Integrated Neuromuscular Inhibition Technique lebih baik daripada aktivasi deep cervical flexor muscle dalam menurunkan nilai disabilitas leher.


2021 ◽  
Vol 0 (0) ◽  
Author(s):  
Zahra Rezasoltani ◽  
Hanna Ehyaie ◽  
Reza Kazempour Mofrad ◽  
Fatemeh Vashaei ◽  
Reza Mohtasham ◽  
...  

Abstract Objectives Granisetron and lidocaine injections have been used for the management of myofascial pain syndrome. This study was aimed to compare the efficacy of granisetron and lidocaine injections to trigger points of upper trapezius in the management of myofascial pain syndrome. Methods We performed a double-blind randomized clinical trial in an outpatient clinic of physical medicine and rehabilitation at a teaching hospital. A total of 40 patients aged ≥18 with neck pain due to myofascial pain syndrome were included. They had pain for at least one month with the intensity of at least 30 mm on a 100 mm visual analog scale. Each participant received a single dose of 1 mL lidocaine 2% or 1 mg (in 1 mL) granisetron. The solutions were injected into a maximum of three trigger points of the upper trapezius. We instructed all patients to remain active while avoiding strenuous activity for three or four days, and to perform stretch exercise and massage of their upper trapezius muscles. We assessed the patients before the interventions, and one month and three months post-injection. The primary outcome was the Neck Disability Index and the secondary outcome was the Neck Pain and Disability Scale. Results Both interventions were successful in reducing neck pain and disability (all p-values <0.001). However, the neck pain and disability responded more favorably to lidocaine than granisetron (p=0.001 for Neck Disability Index, and p=0.006 for Neck Pain and Disability Scale). No significant side-effect was recognized for both groups. Conclusions Both lidocaine and granisetron injections to trigger points are effective and safe for the management of the syndrome and the benefits remain at least for three months. However, lidocaine is more effective in reducing pain and disability. The injections are well-tolerated, although a transient pain at the site of injections is a common complaint. One mL of lidocaine 2% is more effective than 1 mg (in 1 mL) granisetron for injecting into the trigger points of the upper trapezius in myofascial pain syndrome.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 26
Author(s):  
Putu Ayu Sita Saraswati ◽  
Ni Komang Juni Antari ◽  
Anak Agung Gede Angga Puspa Negara

ABSTRACT``Myofascial pain syndrome in upper trapezius muscle is a muscle pain that implicated by one or somemyofascial trigger points in upper trapezius muscle. Working with static position in long time stimulating the presence ofmyofascial trigger points that causing pain and movement limitation of the neck that stimulate neck disability. Physicaltherapy’s intervention for reducing pain in this case could be integrated neuromuscular inhibition technique or contractrelax stretching combined with ultrasound modality. Purpose: to compare the both interventions in reducing neckdisability of myofascial pain syndrome in upper trapezius muscle. Method: this was an experimental study withRandomized Pre and Post Test Group Design. Samples were divided into 2 treatment group that consist 12 samplesfor each group. The first group treated with integrated neuromuscular inhibition technique with ultrasound while thesecond group treated with contract relaxes stretching with ultrasound. The data was collected by measuring neck rangeof motion using goniometer at the time before and after treatment. Result: the 1st group showed that the Neck ROMincrease 5.083±1.0840 (p<0.001) and the 2nd group showed that the Neck ROM increase 3.333±0.7780(p<0.001). Itmeans there were significant effect of each treatment in both groups. The results of independent t-test showed p<0.001,so that there was significant difference of increased Neck ROM between these groups. The result of independent t-testshowed p value 0.001, so there was significant difference between two groups at increasing neck ROM. Conclusion:combination integrated neuromuscular inhibition technique is more effective than contract relax stretching to ultrasoundmodality in increasing neck range of motion of myofascial syndrome in upper trapezius muscle.Keywords: myofascial, neck disability, trapezius, INIT, ultrasound, stretching


Author(s):  
Iman Santoso ◽  
Bagus Komang Satriyasa ◽  
Muthiah Munawaroh ◽  
I Nengah Sandi ◽  
Made Muliarta ◽  
...  

Introduction : Upper trapezius myofascial pain syndrom (MPS) is characterized by presence of trigger points in upper trapezius muscle. MPS can cause disability and also has negative economic effect. Purpose : The reserach’s goal is to improve that combination of ultrasound and dry needling was better than combination of ultrasound and hold relax to decrease neck disability index. Methods : This research used experimental methods to study with pre-test and post-test control group design. Number of samples of the experimental group was 17 subjects given three times treatment of combination of ultrasound and dry needling, while in the control group were 17 subjects given three time treatment of combination of ultrasound and hold relax. NDI was used as out come measure. Shaphiro-wilk test was used to test the normality and levene’s test was used to test the homogenity. wilcoxon signed ranked test was used for hipothesis I, t-test related was used for hipothesis II and t-test independent wa used for hipothesis III. Results : The research showed that: (1) There was significant decrease of NDI in the experimental group . values of mean for pre test were 42,04 + 7,33 % and post test were 10,18 + 3,78 %. with p value = 0.000 (p <0.05) (2) there was significant decrease of NDI in the control group. values of mean for pre test were 45,29 + 6,03 % and post test were 22,24 + 5,42 %, with p value = 0.000 (p <0.05) (3) There were significant differences between experimental group and control group comparing with the differences of post test values between the group. The mean of post test values in experimental group showed 10,18 + 3,78 % meanwhile 22,24 + 5,42% in control group, with p value = 0.000 (p <0.05). Conclution : It was concluded that combination of ultrasound and dry needling and combination of ultrasound and hold relax can decrease the neck disability index. Combination of ultrasound and dry needling was better than combination of ultrasound and hold relax to decrease neck disability index in subject with upper trapezius myofascial pain syndrom.


Author(s):  
Ari Wibawa ◽  
Ni Luh Nopi Andayani ◽  
Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dewi

Background: Myofascial Pain Upper trapezius muscle syndrome is a condition of both acute and chronic pain from muscle or fascia involving sensory, motoric, or autonomic functions. Myofascial pain can be local or regional, such as the neck, shoulders, usually unilateral or more severe in one side. Objective: To prove Ultrasound and Muscle Energy Technique Interventions to reduce neck disability more than Ultrasound and Myofascial Release Technique Interventions in the case of Myofascial Pain Syndrome Upper Trapezius muscle in Denpasar. Method: This study uses the Randomized Pre-test method and the Design Group Post Test Control. This study used 36 subjects divided into 2 groups, First Treatment Group with Ultrasound and Muscle Energy Technique and II Treatment Group with Ultrasound and Myofascial Release Technique. The two treatment groups were given treatment for 4 weeks. The measuring instrument used for neck disability is the Neck Disability Index (NDI). Results: The results of the independent t-test which showed the results of the calculation of the difference in mean neck disability obtained p = 0.372 (p> 0.05). Conclusion: Ultrasound intervention and muscle energy technique further reduced neck disability than an ultrasound intervention and myofascial release technique in the case of myofascial pain syndrome upper trapezius muscleKeywords: Myofascial Pain Syndrome, upper trapezius muscle, Ultrasound, muscle energy technique, myofascial release technique, Neck Disability Index.


Author(s):  
Dwi Halim Kevin Gautama ◽  
Susy Purnawati ◽  
Sugijanto ◽  
Nyoman Adiputra ◽  
I Wayan Weta ◽  
...  

Pendahuluan: Sindroma miofasial merupakan sekumpulan kelainan yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan pada jaringan lunak termasuk otot, struktur fascia dan tendon. Otot yang sering mengalami sindroma miofasial adalah upper trapezius. Tujuan: Penelitian ini untuk membuktikan kombinasi INIT dan ultrasound lebih baik daripada stretching metode Janda dan ultrasound dalam meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan Pre dan Post Test Control Group Design. Populasi merupakan pasien Poliklinik Fisioterapi RSUD Wangaya, Denpasar yang mengalami sindroma miofasial otot upper trapezius berdasarkan hasil assessment fisioterapi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 28 orang yang mengalami penurunan ROM akibat sindroma miofasial otot upper trapezius. Sampel didapat berdasarkan hasil pengukuran ROM menggunakan goniometer serta kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada Kelompok 1 diberikan kombinasi intervensi INIT dan ultrasound, dan pada Kelompok 2 diberikan kombinasi stretching metode Janda dan ultrasound. Hasil: Uji paired sample t-test ROM fleksi servikal Kelompok 1 rerata 5,64±1,49 dan Kelompok 2 rerata 3,36±0,74 selisih antara sebelum dan sesudah intevensi dengan nilai p = 0,001. ROM lateral fleksi servikal Kelompok 1 rerata 6,43±1,28 dan Kelompok 2 3,43±0,75 selisih antara sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p = 0,001 yang menunjukkan pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang bermakna dari selisih peningkatan ROM servikal sebelum dan sesudah intervensi. Uji independent t- test diperoleh nilai p = 0,001 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil Kelompok 1 dibandingkan dengan Kelompok 2 dalam meningkatkan ROM servikal sindroma miofasial otot upper trapezius. Simpulan: Kombinasi Intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dan ultrasound lebih baik daripada stretching metode Janda dan ultrasound dalam meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapeziusKata Kunci: Sindroma miofasial, ROM servikal, integrated neuromuscular inhibition technique, stretching metode Janda, ultrasound


Author(s):  
K. Kotteeswaran ◽  
Syed Gaffar ◽  
Krishna. R ◽  
Keerthana Priya. R.

Aim: To find the effectiveness of laser therapy and ultrasound therapy along with muscle energy technique in treatment of Trapezitis. Materials and Methods: Non-equivalent quasi experimental study design was used in this study. Total of 30 subjects with trapezitis were selected using non probability convenient sampling technique.30 Subjects was divided into two groups by lot system. Group A received laser therapy and Group B received ultrasound therapy and for both the group muscle energy technique was given. The outcome measures are Neck Disability Index (NDI) for measuring Functional Disability. Data collected and tabulated was statistically analyzed. Result: Statistical analysis of post-test, Neck Disability Index (NDI) revealed that there is statistically significant difference seen between Group A and Group B. Conclusion: From the result, it has been concluded that Laser therapy with muscle energy technique (Group A) was more effective than Ultrasound therapy with muscle energy technique (Group B) on improving functional ability in subjects with Trapezitis.


2014 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 152 ◽  
Author(s):  
Ahmad Zaini ◽  
Marsigit Marsigit
Keyword(s):  
T Test ◽  

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan keefektifan pembelajaran matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik dan Konvensional ditinjau dari kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa.Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain nonequivalent comparison-group design. Penelitian ini menggunakan dua kelompok eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 15 Banjarmasin yang terdiri dari 6 kelas. Sampel penelitian adalah dua kelas. Penentuan sampel diambil dengan memilih kelas secara acak untuk dikenai perlakuan dengan pembelajaran matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik dan pendekatan Konvensional. Instrumen dalam penelitian ini berupa instrument tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika. Koefesien reliabilitas instrumen tes adalah 0,711, dengan SEM adalah 1,741. Untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran matematika realistik dan pendekatan konvensional pada masing-masing variabel, data dianalisis secara univariat dengan statistik uji one sample t-test pada taraf signifikansi 5%. Kemudian untuk membandingkan keefektifan pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran konvensional, data dianalisis secara multivariat dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dan ditindaklanjuti dengan analisis secara univariat pada taraf signifikansi 0,025 untuk pengujian dua arah. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik tidak efektif ditinjau dari kemampuan penalaran tetapi efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika; (2) pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional tidak efektif ditinjau dari kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa; dan (3) pembelajaran pendekatan matematika realistik lebih baik dari pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa. Kata Kunci: pendekatan matematika realistik, konvensional, kemampuan penalaran , dan kemampuan komunikasi matematika.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document