ABSTRAK<br />Minyak nilam dan minyak daun cengkeh mempunyai arti penting<br />dalam ekspor minyak atsiri Indonesia, karena kedua jenis minyak atsiri<br />tersebut memiliki volume ekspor tertinggi. Sebagian minyak nilam dan<br />minyak daun cengkeh dihasilkan dari penyulingan yang masih mengguna-<br />kan ketel penyuling terbuat dari logam besi, sehingga warnanya keruh dan<br />gelap. Keadaan tersebut menyebabkan kedua minyak tersebut sulit diteri-<br />ma dalam perdagangan dan harganya lebih rendah. Minyak yang keruh<br />dan gelap karena kontaminasi dari logam besi dapat dimurnikan dengan<br />cara kompleksometri, yaitu pengikatan logam menggunakan bahan kimia<br />yang disebut bahan pengkelat (chelating agent). Penelitian pemurnian<br />minyak nilam dan minyak daun cengkeh yang keruh dan gelap telah<br />dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Balai Penelitian Tanaman<br />Rempah dan Obat, Bogor, dari bulan Januari sampai April 2005.<br />Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap<br />(RAL) dengan 3 perlakuan dan diulang 3 kali. Perlakuan yang diuji terdiri<br />atas (1) jenis bahan pengkelat, yaitu etilen diamin tetra asetat (EDTA),<br />asam sitrat dan asam tartarat; (2) konsentrasi pada masing-masing<br />pengkelat terdiri atas 0,50%; 1,0% dan 1,50%; (3) lama waktu pengadukan<br />yaitu 30; 60 dan 90 menit. Penilaian hasil pemurnian didasarkan pada<br />tingkat kejernihan minyak (%T), kandungan besi (Fe) dan kandungan<br />komponen utama dalam minyak hasil pemurnian. Hasil penelitian<br />menunjukkan bahwa bahan pengkelat, konsentrasi pengkelat maupun lama<br />pengadukan sangat berpengaruh terhadap tingkat kejernihan dan<br />kandungan besi dalam minyak hasil pemurnian. EDTA dapat memurnikan<br />minyak nilam dan minyak daun cengkeh lebih baik dibanding asam sitrat<br />dan asam tartarat. Semakin tinggi konsentrasi pengkelat serta semakin<br />lama waktu pengadukan dapat meningkatkan kejernihan minyak nilam dan<br />minyak daun cengkeh dan menurunkan kandungan besi didalam kedua<br />minyak tersebut. Bahan pengkelat EDTA 1,50% menghasilkan minyak<br />paling jernih serta kadar Fe paling rendah. Pada minyak nilam kadar Fe<br />terendah 17,66 ppm dan pada minyak daun cengkeh 27,16 ppm. Kom-<br />ponen utama dalam minyak nilam yaitu patchouli alkohol dan komponen<br />utama dalam minyak cengkeh yaitu eugenol serta karakteristik lainnya<br />dalam kedua minyak tersebut tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Minyak<br />nilam dan minyak daun cengkeh hasil pemurnian tersebut memenuhi<br />persyaratan Standar Nasional Indonesia.<br />Kata kunci : Nilam, Pogostemon spp., cengkeh, Eugenia aromatica,<br />minyak nilam, minyak daun cengkeh, prosesing, pemurnian,<br />kompleksometri, patchouli alkohol, eugenol, Jawa Barat<br />ABSTRACT<br />Patchouly oil and clove leaf oil purification using<br />complexometry method<br />Patchouly oil and clove leaf oil have the biggest volume in the total<br />Indonesian essential oil export. Some of the oil is produced using iron<br />metal distilling apparatus. So that, as the result the oil produced is dirty<br />and has dark colour. Its quality is low and its price is lower. Purification of<br />the dirty and dark oil can be carried out using complexometry method,<br />where the iron metals are attachted by chelating agent chemical to form the<br />complex compound. The purification experiment was carried out to<br />evaluate the influence of chelating agents (EDTA, citric acid, tartaric acid)<br />their concentration and duration of mixing on the quality of pure oil<br />produced. Material used was the crude patchouly oil and clove leaf oil<br />from the small distilling industry in Purwokerto, Central Java. The<br />experiment used a completely randomized design, arranged factorially<br />with three replications. Parameters used for evaluating the effect of the<br />treatment were the clearness of the oil, iron (Fe) content, and the main<br />component (patchouly alcohol in patchouly oil, eugenol in clove leaf oil)<br />of oil produced. Experiment was conducted in the Postharvest Technology<br />Laboratory, Research Institute for Spice and Medicinal Crops, Bogor, from<br />January to April 2005. The result of the experiment showed that the best<br />purification method is using EDTA chelating agent of 1.50% concen-<br />tration. Such a purification method produced the clearest oil and the lowest<br />iron content in purified patchouly oil and clove leaf oil. Meanwhile, the<br />main component content and other characteristics of both oil were not<br />affected by the treatment. Patchouly oil and clove leaf oil of the<br />purification method meet the Indonesian National Standard.<br />Key words: Patchouly, Pogostemon spp., patchouly oil, clove, Eugenia<br />aromatica, clove leaf oil, processing, purification,<br />complexometry, patchouli alcohol, eugenol, West Java