scholarly journals Pengembangan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi dengan Menggunakan Strategi Metakognitif Model Pembelajaran Problem Based Learning

2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
Sucipto Sucipto

AbstrakSecara umum capaian ketrampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik masih rendah dibanding negara lain. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir  tingkat  tinggi, pendidik dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang  mendukung  dan  menggunakan   strategi pembelajaran. Upaya meningkatkan ketrampilan berpikir peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan ketrampilan metakognisinya. Ada berbagai jenis strategi metakognitif yang dapat dipilih pendidik, satu diantaranya menggunakan strategi pemecahan masalah (problem solving). Dalam proses pemecahan masalah, individu menggunakan kedua kemampuan kognitif dan keterampilan praktis, yang meliputi kegiatan metakognitif seperti analisis, sintesis dan evaluasi. Pembelajaran  berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah yang nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. AbstractIn general, higher order thinking skills achievements of learners is still low compared to other countries. To develop higher order thinking skills, educators are required to create a learning atmosphere that supports and use learning strategies. Efforts to improve thinking skills that learners can do to improve metacognitive skills. There are different types of metacognitive strategies that can be selected educators, one of which uses problem solving strategies. In the process of solving problems, individuals using both cognitive abilities and practical skills, which include metacognitive activities such as analysis, synthesis and evaluation. Problem-based learning is an instructional approach used to stimulate students' higher order thinking in situations oriented real problems, including learning how to learn.

1997 ◽  
Vol 20 (4) ◽  
pp. 401-422 ◽  
Author(s):  
Cindy E. Hmelo ◽  
Michel Ferrari

In today's information age, it is increasingly important to help learners develop higher order thinking skills as well as a flexible knowledge base. Research in cognitive science and education suggests that both of these aims can be achieved by having students learn through solving problems. Problem-based learning (PBL), with its emphasis on both strategies and content, is particularly well suited to achieving these aims. In PBL, student learning begins with a problem to be solved and includes cycles of reflection on the problem-solving experience. This paper will discuss the tutorial process in PBL and how it can be used to cultivate higher order thinking skills.


Author(s):  
NI Komang Ratnawati

Kondisi kualitas pendidikan kita saat ini secara nasional nampaknya masih cukup memprihatinkan, belum sesuai dengan harapan. tujuan dalam penelitian ini untuk menjelaskan pembelajaran PPKn berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) melalui model Problem Based Learning. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif menjelaskan hasil kegiatan Best Practice PKP 2019. Sasaran penelitian 30 orang, instrument penelitian yakni observasi, angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan Pembelajaran PPKn berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)  melalui Model Problem Based Learning Peserta Didik Kelas VIII D SMP Negeri 17 Mataram, menyebabkan: 1) peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, terutama dalam bertanya, menjawab maupun mengemukakan pendapat, sehingga meskipun belum maksimal, namun sudah dapat untuk melatih peserta didik dalam memiliki ketrampilan berfikir kritis. 2) meningkatnya kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer knowledge, critical thinking, creativity, problem solving. 3) peserta didik menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, karena bagi mereka ada keleluasaan untuk berkreasi dan berinovasi. 4) peserta didik dapat lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran, karena proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan tidak monoton, sehingga tidak membosankan.The quality condition of our education today nationally seems still quite a concern, not yet following expectations. The purpose of this study to explain the study of the Income-oriented Higher Order Thinking Skills (HOTS) through the model of Problem Based Learning. This research uses qualitative research. The research approach uses a descriptive approach explaining the results of activities PKP 2019 Best Practice. Research objectives of 30 people, research instruments are observations, polls, and documentation. Analyze data using interactive analysis. The results showed that the study was oriented Higher Order Thinking Skills (HOTS) through Model Problem Based Learning Learners class VIII D SMP State 17 Mataram, Cause: 1) Learners become more active in the learning process, Especially in asking, answering or expressing opinions, so that despite not being maximal, but already able to train learners in having critical thinking skills. 2) The increasing ability of learners in the transfer of knowledge, critical thinking, creativity, problem-solving. 3) Learners become more excited in following the learning process, because they have the freedom to create and innovate. 4) Learners can focus more on following learning, because the learning process becomes more interesting, fun, and not monotonous, so it is not boring. 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 94-100
Author(s):  
MOHAMAD TAOFIK

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).  Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah problem based learning (PBL) dengan metode Inkuiri. Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik baik penulis dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS) pada model pembelajaran PBL dengan proses Inkuiri. Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas XI semester 1 di SMANegeri 1 Tajurhalang Kabupaten Bogor sebanyak 216 orang siswa yang terbagi dalam 6 kelas. setelah melaksanakan pembelajaran matematika peminatan di kelas XI dalam pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan sinus dan kosinus dengan model PBL, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya yaitu Xmin1 = 20, Xmin2 = 43; Xmaks1 = 100, X Maks2 = 91; 1= 59,83, 2 = 74,75; Mo1 = 62, Mo2= 64; S1 = 21,442, S2= 11,726. Dengan nilai standar deviasi S2<S1 atau 11,726<21,442, menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan model PBL dengan proses Inkuiri lebih baik dibandingkan sebelumnya. Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model PBL pada pokok bahasan jumlah dan selisih sinus dan kosinus. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL dengan proses inkuiri berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Penerapan model pembelajaran PBL dan proses inkuiri ini juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). Setelah mengadakan penelitian ini didapat bahwa Permasalahan penjumlahan dan penguragan sinus dan kosinus yang melibatkan sudut 90o. ternyata siswa menemukan kesimpulan bahwa untuk sudut 90o permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan karena menghasilkan cos 90o yang bernilai nol.


2016 ◽  
Vol 12 (10) ◽  
pp. 228 ◽  
Author(s):  
Syamsul Nor Azlan Mohamad ◽  
Mohamed Amin Embi ◽  
Norazah Mohd Nordin

<p>This paper presents the effect on reflective learning strategies towards the implementation of e-Portfolio to enhance learner higher order thinking skills. The purpose of the study was to examine the learner’s higher order thinking skills that focus on four factors which is research skills, analytical ability, creativity and problem-solving after the implementation of e-Portfolio in their learning. Initially, this paper was conducted a study with a total number of twenty-four students as a small group evaluation. The qualitative analysis was explored four factors which involved (1) research skills (2) analytical ability (3) creativity and (4) problem-solving to investigate the practicality of e-Portfolio in reflecting their learning. The findings were reported that learners reflective learning has a significant effect to create a self-confident, self-directed and retain their motivation at higher level. Reflective learning strategies will enforce the learner in gaining their interest in learning. The integration of e-Portfolio and reflective learning strategies will create an opportunity to enhance higher order thinking skills in teaching and learning for higher education environment.</p>


2016 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 189 ◽  
Author(s):  
Edi Susanto ◽  
Heri Retnawati

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika bercirikan problem-based learning (PBL) yang valid, praktis, dan efektif untuk mengembangkan higher order thinking skills (HOTS) siswa SMA kelas X semester 2 berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS) yang dilengkapi instrumen tes hasil belajar. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan 4-D dari Thiagarajan dengan empat tahapan, yaitu: pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Uji coba dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: uji coba ahli, uji coba terbatas, dan uji coba lapangan. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah guru dan siswa yang dipilih dari dua sekolah. Instrumen yang digunakan terdiri atas lembar validasi, penilaian guru, penilaian siswa, dan instrumen tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan telah memenuhi aspek validitas, kepraktisan, dan keefektifan.(1) Hasil validitas menunjukkan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan pada kategori valid dengan indeks Aiken pada RPP sebesar 0,69 dan LKS sebesar 0,70. (2) Hasil uji coba terbatas menunjukkan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada kategori praktis. (3) Hasil uji coba lapangan menunjukkan perangkat pembelajaran efektif ditinjau dari HOTS siswa dengan persentase ketuntasan secara klasikal subjek uji coba lebih dari 75%.Kata Kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran matematika, problem-based learning, higher order thinking skills Mathematics teaching kits based on PBL to develop hots of senior high school students  AbstractThis research is aimed at developing mathematics teaching kit based on problem-based learning which is valid, practical, and effective to develop the higher order thinking of grade X students senior high school in their second semester, which consists of lesson plan and students’ worksheet with test instrument. The research development used the model adapted from 4-D model developed by Thiagarajan with employing steps: defining, planning, developing, and disseminating. The tryout is conducted three steps: expert validation, limited tryout, and field tryout. The tryout subjects were teachers and students from two schools. The instruments used in this research were validation sheet, teacher’s assessment sheet, student’s assessment sheet, and test. The result of the research shows that the developed mathematics teaching kitbased on problem-based learning has met the aspect of validity, practicality, and effectiveness. (1) The result of validation shows that the lesson plan and the students’ worksheet are chategorized as valid with the Aiken analysis showing the index for the lesson plan has achieved 0.69 and the 0.70 for the students’ worksheet. (2) teh result of limited tryout shows that the developed of mathematics teaching kit is practical. (3) the result of field tryout shows that the developed of mathematics teaching is effective interm students’s HOTS with percentage of clasisical mastery subjects reached 75%.Keywords: development, mathematics teaching kit, problem-based learning, higher order thinking skills


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
Author(s):  
Astuti Muh Amin ◽  
Duran Corebima Aloysius ◽  
Siti Zubaidah ◽  
Susriyati Mahanal

Questions serve as an element that can be used to access and stimulate students’ thinking ability. This research aimed at analyzing the students’ ability to pose Higher-Order Thinking Skills (HOTS) questions during the learning process. This research was a survey research using a descriptive quantitative approach. The samples used in the research were biology education students of UIN Alauddin Makassar and Universitas Muslim Maros, South Sulawesi with the total of 92 students. The instrument used in this research was an observation sheet of questioning skills for the biology pre-service teachers. The results of this research showed that the implementations of RQA, ADI, and RQA integrated with ADI learning strategies were dominated with HOTS questions, while the learning using the conventional learning strategy was dominated with the Lower-Order Thinking Skills (LOTS) questions. The percentages of the HOTS questions in the learning using RQA, ADI, RQA integrated with ADI, and the conventional learning strategy were 60.53%, 55.71%, 64.91%, and 19.35% respectively.  This finding indicates that the RQA integrated with ADI strategy contributes the significant impact in stimulating students’ ability in posing HOTS questions in the classroom.


2021 ◽  
Vol 2 (5) ◽  
pp. 652-664
Author(s):  
Mrs. Cik‘ani

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 103 tahun 2014 mengenai pembelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah pasal 2 ayat 1, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran pada Pendidikan dasar dan menengah harus berbasis aktivitas, kreatifitas dengan karakteristik. Amanat pemerintah mengharapkan peserta didik dapat mencapai berbagai kompetensi dengan penerapan pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan Keterampilan abad 21, dan hasil observasi dan wawancara di SMPN 2 Sukorejo aktivitas pembelajaran IPA, aspek pembelajaran berbasis masalah, tingkat berpikir HOTS dan keterampilan abad 21 masih rendah. Penelitian ini merupakan penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan 2 siklus masing-masing siklus ada empat tahap dengan jenis diskriptif kualitatif, instrumen yang digunakan berupa : 1)lembar observasi, 2)lembar catatan lapangan dan 3)soal tes dan soal lembar kerja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMPN 2 Sukorejo ditemukan data bahwa pembelajaran berbasis aktifitas dengan karakteristik yang sesuai dengan amanat Permendikbud No 103 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 pada proses pembelajaran masih belum maksimal sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitihan dengan tujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran PBL(Problem Based Learning) dapat meningkatkan aktifitas dengan karakteristik dengan berorientasi pada pembelajajaran HOTS dan keterampilan abad 21. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa yakni 68,28% pada siklus 1 menjadi 83,8,% pada siklus II artinya ada peningkatan sebesar 15,52%, sedangkan untuk tingkat pemecahan masalah dari 63,8 % pada siklus 1 menjadi 78,975 % pada siklus II artinya ada peningkatan sebesar 15,175 %i Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Base Learning dengan berorientasi HOTS dan keterampilan abad 21 dapat meningkatkan aktifitas belajar dan keterampilan pemecahan masalah dengan karakteristik siswa.


Vidya Karya ◽  
2017 ◽  
Vol 31 (1) ◽  
Author(s):  
Silvia Uyani

Abstract: This research relates to the implementation of Problem Solving model in Banyu Landas Elementary School. The research objective is to increase students’ Higher Order Thingking Skills (HOTS). The research was conducted by using classroom action research (CAR) method through 2 cycles. Ten six class students of SDN Banyu Landas were used as research subject. The data collection used obeservation sheets and HOT oriented achievement test. The data were qualitatively analyzed with percentage technique. The result of research stated that (1) students’ Higher Order Thingking Skills (HOTS) increased from analysis skills 77,85% in the first cycle up to  synthesys skills 86,58% in the end of second cycle (2) the quality of teacher’s activity increased  from 58,41% in the first cycle  up to 71,14% in the end of second cycle; (2) students’ activity incresed  from 68,39% in the first cycle  up to 70,10% in the end of second cycle.              Keywords: Higher Order Thinking Skills, teacher activity, student activity , Problem Solving. Abstrak: Penelitian ini berkenaan dengan penerapan model Problem Solving di SDN Banyu Landas. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkt tinggi (Higher Order Thingking Skill/HOT) siswa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dalam 2 siklus. Subyek penelitian adalah 10 orang siswa kelas VI SDN Banyu Landas. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar berorientasi HOT. Data dianalisis secara kualitatif dengan teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thingking Skill/HOT) peserta didik meningkat dari kemampuan analisis 77,85% pada awal siklus I menjadi kemampuan sintesis 86,58% pada akhir siklus II kualitas, (2) aktivitas guru meningkat dari 58,41% pada siklus 1 menjadi menjadi 71,14%  pada siklus 2; (2) aktivitas siswa meningkat dari 68,39% pada siklus 1 menjadi 70,10% pada siklus II. Kata kunci: HOT (Higher Order Thinking) skills, aktivitas guru, aktivitas siswa, Problem Solving


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document