scholarly journals HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DENGAN ASUPAN LEMAK DAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH PADA SISWI DI MAN 2 SURAKARTA

Author(s):  
Nuraeni Chairi Nisa ◽  
Luluk Ria Rakhma

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke dewasa ditandai oleh berbagai perubahan emosi, psikis dan perubahan fisik. Perubahan fisik akan membuat remaja mulai memperhatikan bentuk tubuhnya sehingga muncul persepsi body image Persepsi body image negatif (ketidakpuasan terhadap tubuh) akan mengurangi asupan lemak. Persepsi body image negatif rentan terjadi pada remaja putri karena penambahan lemak tubuh. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan persepsi body image dengan asupan lemak dan komposisi lemak tubuh pada siswi di MAN 2 Surakarta. Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 52 siswi. Data persepsi body image diperoleh menggunakan MBSRQ–AS (Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire–Appearance Scale). Data asupan lemak diperoleh menggunakan formulir SQFFQ (Semi Quantitative Food Frequency) selama 1 bulan terakhir. Data komposisi lemak tubuh diperoleh menggunakan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis). Hasil sebanyak 51,9% subyek memiliki persepsi body image positif, sebanyak 76,9% subyek memiliki asupan lemak baik dan sebanyak 67,3% subyek memiliki komposisi lemak tubuh kategori sedang. Tidak ada hubungan persepsi body image dengan asupan lemak (p value 0,666). Tidak ada persepsi body image dengan komposisi lemak tubuh (p value 0,169). Kata Kunci: Asupan Lemak, Komposisi Lemak Tubuh, Persepsi Body Image.

2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 104-111
Author(s):  
Fahmi Hafid ◽  
Yayuk Eka Cahyani ◽  
Ansar Ansar

Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas pada remaja merupakan faktor risiko penyakit diabetes, kardiovaskular, dan kanker. Hal ini disebabkan karena terjadinya penimbunan lemak pada jaringan adiposa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan konsumsi makanan cepat saji (fast foods) dengan komposisi lemak tubuh pada remaja di SMA Karuna Dipa Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 74 orang yang diambil menggunakan teknik systematic random sampling. Data komposisi lemak tubuh diketahui melalui pengukuran menggunakan alat BIA (Bioelectrical Impedance Analysis) merk KERN, data aktivitas fisik didapatkan melalui pengisian kuesioner aktivitas fisik selama seminggu terakhir, dan data konsumsi makanan cepat saji (fast foods) sebulan terakhir didapatkan melalui pengisian formulir FFQ (Food Frequency Questionnaire). Analisis data menggunakan uji chi square dengan nilai α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan 29,7% remaja memiliki komposisi lemak tubuh yang tinggi. Persentase remaja yang tergolong inaktif sebesar 73,0%, dan 59,5% remaja sering mengkonsumsi makanan cepat saji (fast foods). Remaja tergolong inaktif beraktivitas fisik yang memiliki komposisi lemak tubuh yang tinggi sebesar 35,2% (p-value = 0,161; α>0,05). Dan persentase remaja yang sering mengkonsumsi fast foods memiliki komposisi lemak tubuh yang tinggi sebesar 36,4% (p-value = 0,210; α>0,05). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dan konsumsi makanan cepat saji (fast foods) dengan komposisi lemak tubuh pada remaja.


2013 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 10-17
Author(s):  
Silvia Agus Widyaningtyas ◽  
Apoina Kartini

Latar belakang: Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang terjadi akibat simpanan lemak yang berlebih. Simpanan lemak berkaitan dengan kematangan seksual yang ditandai dengan munculnya menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri. Remaja akan mengalami peningkatan komposisi lemak tubuh setelah mengalami menstruasi, apabila tidak dikendalikan dengan benar dapat membawa pada kejadian obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan usia menarche dengan obesitas pada remaja putri di SMA Theresiana 1 Semarang. Metode: Rancangan penelitian cross sectional, sampel berjumlah 71 dipilih secara stratified random sampling dari seluruh kelas X dan XI. Status gizi didasarkan nilai z-score IMT/U dan ditunjang dengan pengukuran persen lemak tubuh menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Data usia menarche sampel dan keluarga didapatkan dari kuesioner, data asupan makan (energi, karbohidrat, protein dan lemak) didapatkan dari kuesioner semi quantitative food frequency dan aktivitas fisik didapatkan dari formulir recall aktivitas fisik selama 3 hari. Analisis data menggunakan Rank Spearman, Pearson Product Moment dan regresi linier ganda. Hasil: Sebanyak 14,1% subyek mengalami obesitas. Rata-rata usia menarche subyek 12,1±1,3 tahun dan sebanyak 2,8% berkategori dini (<10 tahun). Tidak terdapat hubungan usia menarche (r=-0,151; p=0,209), asupan energi (r=-0,009; p=0,942), asupan protein (r=0,113; p=0,35) dan asupan lemak (r=-0,024; p=0,844) dengan obesitas. Namun terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan obesitas (r= -0,236; p=0,031) dan terdapat hubungan usia menache keluarga dengan usia menarche subyek (r=0,445; p=0,000). Faktor yang paling berhubungan dengan obesitas adalah aktifitas fisik (p=0,040). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara usia menarche dengan obesitas pada remaja, namun pada penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas melalui parameter IMT/U.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 180
Author(s):  
Ahaddini Septian Rujiantina ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Enny Probosari

Latar Belakang : Prevalensi ketidakteraturan siklus menstruasi pada vegetarian sebesar 26,5%. Diet vegetarian merupakan pola makan yang membatasi produk hewani dan mengonsumsi produk makanan nabati seperti buah, sayur, kacang dan biji-bijian yang merupakan sumber fitoestrogen. Vegetarian memiliki persentase lemak tubuh lebih rendah dari nonvegetarian. Fitoestrogen dan persentase lemak tubuh dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam tubuh dan mengakibatkan gangguan siklus menstruasi.Tujuan : Mengetahui hubungan konsumsi fitoestrogen dan persentase lemak tubuh dengan siklus menstruasi pada wanita vegetarian.Metode : Desain penelitian cross sectional dengan 49 wanita vegetarian dipilih secara consecutive sampling. Persentase lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Asupan zat gizi diperoleh melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQFFQ) dan dianalisis menggunakan program software gizi. Aktivitas fisik diukur menggunakan International Physical Activity Questionaire  (IPAQ). Data siklus menstruasi diperoleh melalui kuesioner. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan uji Regresi Logistik Ganda.Hasil : Sebanyak 49,0% wanita vegetarian mengalami gangguan siklus menstruasi. Tidak ada hubungan antara asupan energi, kerbohidrat, lemak, protein, serat dan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi (p>0,05). Terdapat hubungan antara konsumsi fitoestrogen, persentase lamk tubuh dan riwayat gangguan siklus menstruasi pada keluarga dengan siklus menstruasi (p<0,05). Konsumsi fitoestrogen berhubungan dengan kejadian gangguan siklus menstruasi setelah dikontrol dengan persentase lemak tubuh dan riwayat gangguan menstruasi pada keluarga (p<0,05).Simpulan : Konsumsi fitoestrogen, persentase lemak tubuh dan riwayat gangguan siklus menstruasi pada keluarga berhubungan dengan siklus menstruasi.


2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39-49 ◽  
Author(s):  
Pristina Adi Rachmawati ◽  
Etisa Adi Murbawani

Latar Belakang : Menari termasuk dalam kategori aktivitas fisik yang berat. Penari cenderung membatasi asupan makan untuk mencapai bentuk tubuh yang ramping. Kurangnya asupan zat gizi disertai aktivitas fisik yang berat dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan gangguan siklus menstruasi. Tujuan : Mengetahui hubungan asupan zat gizi, aktivitas fisik, persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi pada penari.Metode : Desain penelitian cross sectional dengan 62 penari dipilih secara simple ramdom sampling. Asupan zat gizi diperoleh melalui Food Frequency Questionaire (FFQ) dan dianalisis menggunakan program Nutrisurvey. Aktivitas fisik diukur menggunakan International Physical Activity Questionnaire Adolescent (IPAQ). Persentase lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Gangguan siklus menstruasi diperoleh melalui kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.Hasil : Sebanyak 51,6% penari mengalami gangguan siklus menstruasi. Asupan energi pada 46,8% penari tergolong defisit tingkat sedang. Asupan protein (32,3%) dan asupan karbohidrat (51,6%) tergolong defisit tingkat ringan. Asupan lemak 37,1% penari tergolong defisit tingkat berat. Sebagian besar penari memiliki aktivitas fisik yang berat (91,9%) dan persentase lemak tubuh yang normal (87,1%). Terdapat hubungan antara asupan energi, karbohidrat, lemak dan aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi (p<0,05). Tidak ada hubungan antara asupan protein dan persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi (p>0,05).Simpulan : Asupan energi, karbohidrat, lemak, dan aktivitas fisik berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi.


2014 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 595-603
Author(s):  
Habibaturochmah Habibaturochmah ◽  
Deny Yudi Fitranti

Latar belakang : Obesitas merupakan suatu kondisi akibat akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Kelebihan lemak tubuh dapat terjadi akibat ketidakseimbangan energi antara yang masuk dan energi yang keluar serta kurangnya aktivitas fisik. Konsumsi air dapat dikaitkan dengan penurunan persen lemak tubuh pada remaja putri.Tujuan : Mengetahui hubungan konsumsi air, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh pada remaja putri.Metode : Penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur Domenico Savio Semarang pada bulan Juni 2014. Penelitian ini melibatkan 104 siswi berusia 13-15 tahun. Data konsumsi air, asupan energi, dan zat gizi diperoleh dengan menggunakan Food Frequency Questionaire (FFQ) semi kuantitatif. Data persen lemak tubuh diukur dengan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Data aktivitas fisik diperoleh dengan menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) short form. Analisis bivarat dianalisis dengan uji rank Spearman dan r Pearson.Hasil : Sebanyak 29,8% subjek kurang mengonsumsi air. Didapatkan hubungan bermakna antara konsumsi air dengan persen lemak tubuh (r= -0,596; p<0,05). Didapatkan pula hubungan bermakna antara asupan karbohidrat dan lemak dengan persen lemak tubuh (masing-masing nilai r= -0,254; p=0,009 dan r=0,429; p<0,05). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, protein, dan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh.Kesimpulan : Dalam penelitian ini terbukti bahwa konsumsi air, asupan karbohidrat, dan asupan lemak mempunyai hubungan dengan persen lemak tubuh pada remaja putri. Asupan karbohidrat dan asupan lemak menjadi prediktor dari persen lemak tubuh pada remaja putri.


2018 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 24-30
Author(s):  
Mirele S. Mialich ◽  
Bruna R. Silva ◽  
Alceu A. Jordao

Abstract The objective of this study was to improve the cutoff points of the traditional classification of nutritional status and overweight / obesity based on the BMI in a Brazilian sample. A cross-sectional study was conducted on 1301 individuals of both genders aged 18 to 60 years. The subjects underwent measurement of weight and height and bioelectrical impedance analysis. Simple linear regression was used for statistical analysis, with the level of significance set at p < 0.05. The sample consisted of 29.7% men and 70.3% women aged on averaged 35.7 ± 17.6 years; mean weight was 67.6 ± 16.0 kg, mean height was 164.9 ± 9.5 cm, and mean BMI was 24.9 ± 5.5 kg/m2. As expected, lower cutoffs were found for BMI than the classic reference points traditionally adopted by the WHO for the classification of obesity, i.e., 27.15 and 27.02 kg/m2 for obesity for men and women, respectively. Other authors also follow this tendency, Romero-Corral et al. (2008) suggested 25.8 to 25.5 kg/m2 for American men and women as new values for BMI classification of obesity. Gupta and Kapoor (2012) proposed 22.9 and 28.8 kg/m2 for men and women of North India. The present investigation supports other literature studies which converge in reducing the BMI cutoff points for the classification of obesity. Thus, we emphasize the need to conduct similar studies for the purpose of defining these new in populations of different ethnicities.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 23
Author(s):  
Nur Masruroh ◽  
Nur Aini Fitri

Dismenore merupakan nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh adanya kejang pada otot rahim. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore, diantaranya yaitu asupan nutrisi yang terdiri dari Fe (zat Besi). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian dismenorea dengan asupan Fe (zat Besi) pada remaja putri .  Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 112 yang diambil menggunakan teknik propostionate stratified random sampling. Data kejadian dismenore diperoleh dari kuesioner numeric rating scale dan data asupan zat gizi diperoleh dari form semi quantitative food frequency questionaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian remaja putri memiliki asupan Fe (zat Besi) kurang (50%). Sedangkan kejadian dismenorea yang dialami hampir setengahnya termasuk dalam kategori nyeri ringan (45,5%). Hasil analisis menggunakan uji rank sprearman menunjukkan bahwa ada hubungan kejadian dismenorea dengan asupan Fe (zat Besi) dengan nilai p-value = 0,014. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi asupan Fe (zat Besi), maka semakin rendah kejadian dismenorea yang dirasakan. Diharapkan remaja putri dapat mencegah dan mengurangi nyeri dengan mengkonsumsi makanan sumber Fe (zat Besi).


BMJ Open ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (7) ◽  
pp. e036335
Author(s):  
Bo Gao ◽  
Yu Liu ◽  
Chao Ding ◽  
Shunli Liu ◽  
Xiaotian Chen ◽  
...  

ObjectivesBioelectrical impedance analysis (BIA) is a simple and inexpensive method to estimate body composition. However, the accuracy of BIA is unknown. We aimed to assess the accuracy of BIA in estimating visceral fat area (VFA) in patients with gastric cancer.Study designThis was a cross-sectional study comparing the accuracy of BIA in estimating VFA with the gold standard method measured by CT. VFA was measured in enrolled patients both by CT and BIA. VFA by CT at umbilical level ≥100 cm2 was considered as visceral obesity. Reliability between the two methods was assessed by intraclass correlation coefficient (ICC) and consistency was assessed by Bland-Altman method (95% limits of agreement). The area under the receiver operating characteristic curve (AUROC) was used to assess the performance of BIA in diagnosing visceral obesity.SettingThe study was conducted in China.ParticipantsFrom 1 January 2017 to 1 December 2018, a total of 157 patients diagnosed with gastric cancer were enrolled.ResultsOverall, VFA by CT and BIA in patients was 84.39±46.43 cm2 and 71.94±22.44 cm2, respectively. VFA estimated by BIA was positively correlated with VFA measured by CT using Pearson’s test (r=0.650, p<0.001). Overall, ICC for the two methods was 0.675. The mean bias between the two measurements was 12.45±36.13 cm2. The 95% limits of agreement ranged from −58.36 cm2 to 83.26 cm2. The cut-off value for diagnosing visceral obesity by BIA was 81 cm2 (AUROC: 0.822, p<0.001, 95% CI 0.758 to 0.887).ConclusionsVFA measured by BIA showed satisfactory reliability with that measured by CT. However, the absolute values of the two methods were not interchangeable. The cut-off value for VFA by BIA in diagnosing visceral obesity was 81 cm2 for patients with gastric cancer in the Chinese population.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document