Peningkatan Kadar Asam Lemak Omega-3 Pada Daphnia sp. Dengan Pengkayaan Minyak Ikan

2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Eko Sarmudianto

Di dunia akuakultur, keberadaan pakan merupakan kebutuhan mutlak untuk proses akuakultur itu sendiri. Pakan sangat penting untuk pertumbuhan ikan. Pakan dibagi menjadi dua kelompok utama: pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan biasanya diberikan untuk ikan yang memiliki ukuran mulut yang cukup untuk menangkap pakan, menelan, dan mencerna pakan buatan. Pakan buatan/pakan tambahan diberikan kepada ikan dewasa karena mereka sudah memiliki enzym dalam pencernaan mereka untuk menyerap nutrisi untuk pertumbuhan mereka.Larva ikan tidak memiliki enzym pencernaan lengkap dan mereka tidak memiliki ukuran mulut yang cukup untuk menangkap dan menelan pakan buatan. Pakan alami sangat penting untuk pertumbuhan ikan pada periode awal kehidupan mereka. Daphnia sp merupakan satu jenis pakan alami. Daphnia sp dikenal sebagai kutu air, merupakan zooplankton air tawar yang biasanya digunakan sebagai pakan untuk larva ikan. Daphnia sp bukan filter feeder selektif, artinya Daphnia sp dapat menyerap apapun dari air di mana Daphnia sp hidup dan kemudian mengubahnya menjadi nutrisi.Karakteristik ini penting untuk proses bioenkapsulasi (pengkayaan). Bioenkapsulasi berarti pengkayaan nutrisi menggunakan bahan tambahan untuk memperbaiki mutu dan jumlah Daphnia sp sebelum diberikan sebagai pakan bagi larva ikan. Percobaan dimulai dengan menyiapkan bioemulsi. Bioemulsi terdiri dari minyak ikan dengan berbagai dosis: 0 mL (kontrol), 50 mL, 100 mL, dan 150 mL, masing-masing ditambahkan 100 g khamir.Minyak ikan pada media dapat meningkatkan HUFA (highly unsaturated fatty acid). Beberapa percobaan telah dilakukan untuk meningkatkan nutrisi. Konsentrasi HUFA Ω-3 meningkat secara proporsional selama proses bioenkapsulasi, tetapi tingkat kelangsungan hidup Daphnia sp menurun secara proporsional.

2013 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Lily M.G. Panggabean ◽  
Abdullah Rasyid ◽  
Zarrah Duniani ◽  
Yana Meliana ◽  
Indah Kurniasih

Trigliceride or triacylglicerol (TAG) composition in crude oil of sixteen strain of marine diatom has been detected by spectra analyses on an Electrospray - Ion Trap – Mass Spectrometry (ESI-IT-MS) HCT Bruker-Daltonic GmbH instrument with AgNO3 used as coordination ionization agent. Biomass samples of each microalga strain were taken from early and late stationary cultures in f/2 enriched seawater and algal oils were extracted according to Bligh and Dyer. Results from spectra analysis showed that P-Pt-P (C16:0-C16:1-C16:0) were distinguished in TAG from diatom strains Chaetoceros sp.1, Chaetoceros sp.2, Thalasiossira sp.1, Thalasiossira sp.2, Thalasiossira sp.3, Navicula sp. 1, Navicula sp. 2, Navicula sp. 3, Navicula sp. 4, Nitzschia sp. 2 and Amphora sp. In contrast, TAGs in Melosira sp. included P-P-P (C16:0-C16:0-C16:0) and P-P-O (C16:0-C16:0-C18:1) were identified. TAGs from Chaetoceros sp. were the most varies among samples, i.e. P-Pt-P (C16:0-C16:1-C16:0), A-P-M (C20:4-C16:0-C14:0), P-Pt-Lt (C16:0-C16:1-C18:3), P-Pt-A (C16:0-C16:1-C20:4), D-P-P (C22:6-C16:0-C16:0), A-Ln-P (C20:4-C18:2-C16:0). Various TAGs were also detected in Nitzschia sp.2, i.e. P-Pt-M (C16:0-C16:1-C14:0), P-Pt-P (C16:0-C16:1-C16:0), P-Pt-S (C16:0-C16:1-C18:0), P-Pt-A (C16:0-C16:1-C20:4). TAGs composition in Skeletonema strains that similar to those in Nitzschia sp.1 has longer carbon, i.e. P-P-O (C16:0-C16:0-C18:1), P-O-O (C16:0-C18:1-C18:1) and O-O-O (C18:1-C18:1-C18:1). TAGs with longer carbon chain and more double bond including highly unsaturated fatty acid C20:4 were increased with culture age in diatoms Chaetoceros sp.1, Chaetoceros sp.2, Thalasiossira sp.2, Navicula sp.1 and Nitzschia sp. 2.Keywords: diatom, TAG, ESI-IT-MS, f/2, early and late stationary


2018 ◽  
Vol 67 (12) ◽  
pp. 1597-1607 ◽  
Author(s):  
Naohiro Gotoh ◽  
Koji Nagao ◽  
Hiroki Ishida ◽  
Kazusa Nakamitsu ◽  
Kazuaki Yoshinaga ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 122-130
Author(s):  
M Lamudin Noor ◽  
Andarini Diharmi ◽  
Rahman Karnila

Minyak ikan patin mengandung kadar asam lemak omega-9, tetapi rendah asam lemak omega 3 Minyak hati ikan hiu memiliki kandungan asam lemak omega 3 relatif tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan sifat kimia minyak ikan patin dan profil asam lemak kombinasi minyak ikan patin dengan hati kan hiu. Metode penelitian eksperimen dengan melakukan ekstraksi lemak perut ikan patin secara dry rendering dihasilkan minyak kasar dan dimurnikan. Minyak ikan patin murni dilakukan pencampuran dengan minyak hati ikan hiu. dengan perbandingan 1:1, 2:1 dan 2:1. Parameter analisis terdiri atas karakteristik kimia (bilangan asam lemak bebas (ALB),bilangan  asam, peroksida, iod,  p-anisidin, penyabunan, total oksida/totox), dan profil asam lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi  minyak patin dan hati ikan hiu dihasilkan karakteristik kimia terdiri atas asam lemak bebas sebesar 1,59-2,19%, bilangan asam 2,86-3,00 mg KOH/g, peroksida 15,50-18,32 meq/kg, iod 63,46-84,42 gI2/100g), p-anisidin 21,53-24,16, penyabunan 142,21-162,28 mg KOH/g dan TOTOX 53,33-69,43. Hasil analisis komposisi asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SAFA) dihasilkan  asam palmitat tertinggi,  asam lemak tak jenuh tunggal  (mono unsaturated fatty acid/MUFA)  asam oleat,  dan asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid/PUFA)  asam linoleat. Hasil analisis karakteristik kimia kombinasi  minyak ikan patin dan hati ikan hiu sesuai dengan standar IFOMA. Kombinasi minyak hati ikan hiu dan ikan patin dengan perbandingan (2:1) dihasilkan kandungan omega 3 dan omega 6 sebesar 2,59 % dan 29,75%.


2018 ◽  
Vol 43 (1) ◽  
pp. 54 ◽  
Author(s):  
U. Santoso ◽  
Y. Fenita ◽  
K. Kususiyah ◽  
O. Widiantoro ◽  
S. Kadarsih

The present study was conducted to evaluate the effect of medicinal herbinclusion on fat deposition, chemical composition, amino acid and fatty acid ofbroiler meats. One hundred-sixty eight female broiler chickens aged 15 days were distributed into 7groups as follows: 1) broilers were fed a diet with no medicinal herb as the control (P0) 2) broilers were fed a diet with 5% Sauropus androgynus leaf powder (P1); 3) broilers were fed a diet with 5% bay leaf powder (P2); 4) broilers were fed a diet with 5% basil leaf powder (P3) 5) broilers were fed a diet with 5% papaya leaf powder (P4); 6) broilers were fed a diet with 5% Moringaleaf powder (P5) and; 7) broilers were fed a diet with 5% noni fruit powder. Experimental results showed that the inclusion of medicinal herbs significantly increased protein (P<0.01), iron(P<0.05), kalium, calcium, phosphorus, linolenic acid(P<0.01), methionine, omega 3 unsaturated fatty acid (P<0.05), but significantly reduced fat (P<0.01), glutamic acid, alanine, lignoceric acid, oleci acid (P<0.01) and omega 9 unsaturated fatty acid (P<0.05). It was concluded that Sauropus androgynus leaf was the most effectiveto produce low fat-high protein and mineral meats.


Lipids ◽  
2005 ◽  
Vol 40 (1) ◽  
pp. 13-24 ◽  
Author(s):  
Xiaozhong Zheng ◽  
Douglas R. Tocher ◽  
Cathryn A. Dickson ◽  
J. Gordon Bell ◽  
Alan J. Teale

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document