Suplementasi Level Temulawak (Curcuma xanthorrhiza, Roxb) yang Berbeda dalam Konsentrat pada Sapi Frisien Holland Laktasi: Pengaruhnya terhadap Total Digestible Nutrient (TDN) Ransum

2010 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 20-26 ◽  
Author(s):  
Endang Sulistyowati ◽  
Irma Badarina ◽  
Urip Santoso
2015 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 110-116
Author(s):  
Endang Sulistyowati ◽  
Asep Sudarman ◽  
Komang G. Wiryawan ◽  
Toto Toharmat

 ABSTRAKPenelitian ini didisain untuk mengevaluasi kecernaan nutrisi, dinyatakan dalam TDN, dari ransum yang mengandung PUFA konsentrat yang disuplementasi yeast dan Curcuma xanthorrhiza Roxb pada kambing perah.  Dua puluh ekor kambing Peranakan Ettawah (PE) pada fase laktasi akhir dialokasikan kedalam 6 perlakuan dengan Rancangan Acak Kelompok.  Perlakuan tersebut adalah: PD0: PUFA-diet tanpa suplemen, PDA: dengan Asifit, PDY: dengan 0,5% yeast, PDC: dengan 2% curcuma, dan PDM: dengan 0,5% yeast + 2% curcuma.  Ransum- PUFA terdiri atas 80% PUFA- konsentrat sebagai ransum dasar dan 20% rumput gajah.   Sumber PUFA terdiri atas jagung giling sangrai, tepung kedelai sangrai, dan minyak jagung.  Hasil menunjukkan bahwa  konsumsi  DM, OM, CP, CF, NFE, ADF, dan GE tidak terpengaruh oleh perlakuan.  Namun, EE dan NDF  antarperlakuan berbeda  signifikan (P<0.05), sedang Ca dan P  berbeda sangat signifikan (P<0.01).  Kandungan nutrisi yang tinggi (DM, OM, CP, EE, CF, NDF, and GE)  ditemukan di feces pada kambing dengan perlakuan Curcuma (PDC), konsekuensinya adalah kecernaan nutrisinya secara signifikan (P<0.05) atau sangat signifikan (P<0.01) terendah.  Total digestible nutrient (TDN) dari  PDY dan PDM secara signifikan tinggi (79,89% dan 79,37%) disbanding ransum lainnya, terendah pada PDC (69,94%).  Hal ini menunjukkan bahwa yeast atau ragi dengan konsentrasi 1,8 108cfu/d baik disuplementasikan tunggal atau dikombinasi dengan 2% Curcuma dapat dikatakan sebagai kandungan yang tepat untuk memperbaiki kecernaan nutrisi pada kambing perah dengan laktasi akhir pada penelitian ini.Kata kunci: curcuma, kambing perah,  PUFA-diet, TDN, yeast


1983 ◽  
Vol 56 (2) ◽  
pp. 271-279 ◽  
Author(s):  
V. L. Anderson ◽  
Lorna Jost ◽  
C. A. Dinkel ◽  
M. A. Brown

2019 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Raden Aldizal Mahendra Rizkio Syamsudin ◽  
Farid Perdana ◽  
Firly Suci Mutiaz
Keyword(s):  

Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberacea) yang banyak ditemukan di hutan-hutan pada daerah tropis. Temulawak memiliki banyak kandungan metabolit sekunder yang bermanfaat bagi kesehatan. Tujuan dari penulisan review jurnal ini ialah untuk mengumpulkan data-data yang terkait dengan pemanfaatan tanaman temulawak sebagai obat tradisional dengan menggunakan metode studi literatur. Salah satu kandungan terbanyak yang dimiliki tumbuhan temulawak ialah pati. Pati merupakan kandungan metabolit terbesar pada temulawak. Pati temulawak mengandung kurkuminoid yang membantu proses metabolisme dan fisiologis organ badan. Selain itu temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan, sedangkan kandungan flavonoid pada temulawak berkhasiat menyembuhkan radang. Secara tradisional temulawak sudah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk berbagai macam penyakit.Pada suku-suku tertentu temulawak ini digunakan untuk penyakit yang berbeda-beda. Penggunaan temulawak dalam pengobatan tradisional di antaranya adalah untuk digunakan dalam pengobatan gangguan pencernaan, sakit kuning, keputihan, meningkatkan daya tahan tubuh serta menjaga kesehatan Kata kunci: Temulawak, Curcuma xanthorrhiza Roxb, etnofarmasi.


2018 ◽  
Vol 27 (3) ◽  
pp. 178-84 ◽  
Author(s):  
Githa Rahmayunita ◽  
Tjut N.A. Jacoeb ◽  
Endi Novianto ◽  
Wresti Indriatmi ◽  
Rahadi Rihatmadja ◽  
...  

Background: Curcuma xanthorrhiza Roxb. exerts its anti-inflammatory effects by reducing the concentration of IL-6, IL-8, and phosphorylase kinase, which has role in keratinocyte proliferation. Our study aimed to evaluate the efficacy of C. xanthorrhiza in psoriasis.Methods: From 18 to 59 year-old patients with mild psoriasis, 2 similar lesions were selected. The severity assessment was based on the psoriasis area severity index (PASI), Trozak score, and K6 expression. Using a double-blinded randomized method, lesion was treated with 1% C. xanthorrhiza ointment vs placebo for 4 weeks. The results were analyzed by the chi-square test using STATATM V.12 software (Stata Corp.).Results: The study was conducted in 2010 to 2012 with 17 subjects participated. The median of PASI score were reduced significantly in both lesions, either treated with 1% C. xanthorrhiza ointment vs placebo; however when compared between the group, it was not significant (p=0.520). The Trozak score were reduced in lesions treated with 1% C. xanthorrhiza ointment; but it was not significant (p = 0.306). In lesions treated with placebo, the Trozak score was increased significantly. The difference of Trozak score between lesions treated with C. xanthorrhiza and placebo was significant (p=0.024). There was no significant difference of K6 expression in lesions treated with 1% C. xanthorrhiza ointments or placebo as well as on the difference of mean values of K6 expression between the group (p=0.827).Conclusion: Based on the results, 1% C. xanthorrhiza ointment is effective treatment option for mild psoriasis, but longer follow-up period is suggested to confirm this results. C. xanthorrhiza ointment is safe for topical administration as there were no side effects reported in this study.


ZOOTEC ◽  
2014 ◽  
Vol 34 (1) ◽  
pp. 103 ◽  
Author(s):  
Claudia Rondonuwu ◽  
J L.P Saerang ◽  
F J Nangoy ◽  
S Laatung

ABSTRACTADDITION TURMERIC GINGER, RHIZOME AND WHITE RHIZOME OF COMMERCIAL RATION TO EGGS’ QUALITY OF QUAILS.This study aims to determine the quality of quail eggs after added 2% turmeric (Curcuma domestica Val.), ginger (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), and ginger and white (Curcuma zedoaria Rosc.) in the commercial ration. Animals used are of the type Coturnix-coturnix japonica quail females aged 6 weeks a total of 120 birds. Research using completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications, and each replication consisted of 6 tail quail. Treatment is given as follows: R0 = control diet; R1= ration with 2% turmeric (Curcuma domestica Val.), R2 = 2% ration with ginger (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), R3 = 2% ration with ginger and white (Curcuma zedoaria Rosc.). results of the study showed that the addition of 2% turmeric (Curcuma domestica Val.), ginger (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), ginger and white (Curcuma zedoaria Rosc.) and not significantly different effect on egg weight, yolk color and egg shell thickness. And based on the results of this study concluded that the addition of 2% turmeric, ginger, ginger and white and can not increase egg weight, yolkcolor and egg shell thickness when added to a commercial ration.Keyword : Ration, Turmeric, Ginger, Ginger and White, Quail Eggs.


Author(s):  
Fauzan Zein Muttaqin ◽  
Nurul Aida ◽  
Aiyi Asnawi

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan salah satu jenis tanaman unggulan yang banyak dimanfaatkan masyarakat. Pencampuran adulteran pada bahan baku sediaan temulawak dapat membahayakan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adulteran pada bahan baku sediaan temulawak instan. Metode yang digunakan adalah Thin Layer Chromatography (TLC) fingerprint analysis. Sidik jari KLT temulawak dibuat menggunakan rimpang temulawak yang berasal dari Cianjur, Semarang, dan Nusa Tenggara Timur. Sementara sidik jadi kunyit (Curcuma longa)sebagai adulteran utama dibuat menggunakan rimpang kunyi dari Cianjur. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Analisis kromatogram secara kemometrik menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA). Nilai loadings Principal Component 1 (PC1) menunjukkan kurva yang linier dan data hasil scores PC1 tersebut dapat membedakan dengan baik sidik jari temulawak dari kunyit dengan nilai scores temulawak dan kunyit berada pada kuadran yang berbeda. Hasil menunjukkan bahwa nilai scores ketiga sampel temulawak instan berada di antara kuadran temulawak dan kunyit (Curcuma Longa L). Dapat disimpulkan bahwa semua sampel positif mengandung adulteran pada temulawak instan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document