scholarly journals HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS

2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Reny Chaidir ◽  
Ade Sry Wahyuni ◽  
Deni Wahyu Furkhani

Indonesia merupakan daerah terbanyak nomor dua penderita diabets melitus di kawasan Asia Tenggara dengan angka kejadian sebesar 9,116.03 kasus. Puskesmas Tigo Baleh angka kunjungan penderita diabetes melitus pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 408 kunjungan. Pasien diabetes melitus rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan melakukan <em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">terdiri dari pengaturan diet, olah raga, terapi obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Penelitian ini menggunakan pendekatan </span><em style="font-size: 10px;">cross sectional </em><span style="font-size: 10px;">yang dilakukan terhadap 89 orang responden dengan menggunakan teknik </span><em style="font-size: 10px;">simple random sampling</em><span style="font-size: 10px;">. Pengumpulan data menggunakan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) </em><span style="font-size: 10px;">dan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Diabetes Quality of Life Brief Clinical Inventory</em><span style="font-size: 10px;">. Hasil penelitian ini menggunakan uji </span><em style="font-size: 10px;">product moment </em><span style="font-size: 10px;">(</span><em style="font-size: 10px;">pearson correlation</em><span style="font-size: 10px;">), diperoleh nilai r = 0.432. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yang berbanding lurus dan memiliki tingkat korelasi yang sedang. Terdapat faktor yang mempengaruhi korelasi dengan kualitas hidup. Diharapkan agar pasien diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">sehingga dapat menjalankan kehidupan secara normal.</span>

2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 200
Author(s):  
Anikha Widya Bestari

Handling CKD (Chronic Kidney Disease) final stage is mostly done in Indonesia is hemodialysis. Hemodialysis can prevent death, but not fully restore the quality of life of patients as before. Psychosocial problems such as lack of family support sometimes be a severe problem that must be faced by the patient. While diabetes mellitus which is etiology of PGK can increase the risk of morbidity and mortality for patients. This study aimed to analyze influence of family support and DM status with hemodialysis patient’s quality of life. This study is an observational analytic study with cross sectional design. Samples of this study are 72 patients on hemodialysis Installation RSU Haji Surabaya, which is calculated using a simple random sampling from hemodialysis schedule. Data is collected using interviews and secondary data on the patient diagnosis document. The questionnaire is WHOQOL-BREF which assess quality of life and family support questionnaire in accordance with the theory of family support from House. The results showed that there is a influence between family support (p = 0.005) and diabetes status (p = 0.003) on the status of the patient's quality of life. From these two variables  known that DM status is strongest variable that influence quality of life. Therefore, interventions focused on controlling patients with DM and supportive therapy in the family. Keywords : Hemodialysis, Quality of Life, Family Support, Diabetes Mellitus (DM)


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 117-127
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Diah Navianti

Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan faktor risiko perilaku penyebab terjadinya penyakit tidak menular (PTM) adalah penduduk kurang aktifitas fisik (26.1 %), Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam penyakit tidak menular. Menurut international diabetic federation faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus adalah riwayat penyakit keluarga, kurang aktifitas fisik, usia diatas 45 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, gaya hidup dan stres. Dari survei yang dilakukan guru dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Sukarami memiliki risiko ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah diperolehnya data awal terhadap beberapa guru di SDN di Kecamatan Sukarami masih kurang dalam pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga komplikasinya, sehingga ada 39 % guru di SDN 133 yang memiliki kadar gula tinggi. Sedangkan di SDN 132 ada 33 % guru dengan kadar gula yang tinggi. Ditambah dengan tekanan darah yang juga tinggi sebesar 46 % pada guru di SDN 133 Sukarami Palembang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada guru di SDN kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Sukarami Palembang. Metode pengambilan sampel secara Simple Random sampling. Sampel yang diambil adalah guru – guru di empat SDN yang terpilih secara random sebanyak 125 orang guru . Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Data akan diolah dengan bantuan software komputer. Ada hubungan antara Tekanan darah, Umur, IMT, Aktifitas fisik (olahraga) dengan kadar glukosa darah sewaktu pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah pada guru-guru SDN di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Disarankan pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup supaya guru yang memiliki kadar glukosa darah diatas nilai normal tidak mengalami peningkatan.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Manik Elisa Putri

ABSTRAKLatar Belakang : Quality of Life (QoL) atau Kualitas hidup pasien dengan ulkus kakik diabetes melitus lebih buruk, daripada pasien dengan Diabetes Melitus (DM) tanpa ulkus kaki dalam populasi umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Quality of Life (Kualitas hidup) pada pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus (Diabetic Foot Ulcer / DFU) di Bali.Metode : Desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel direkrut menggunakan convenience sampling yang melibatkan pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus (Diabetic Foot Ulcer / DFU) dengan total sampel yang melibatkan 201 orang responden. yang dilakukan di ruangan department rawat jalan bedah Rumah Sakit Wangaya serta klinik perawatan luka di Bali Indonesia. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Diabetic Foot Ulcer Scale-Short Form (DFS-SF) dan Independent t-test digunakan untuk memahami gambaran kualitas hidup antara perempuan dan laki-laki dengan DFU. Penelitian ini sudah mendapatkan ijin etik oleh komite etik Universitas Udayana.Hasil : Karakteristik responden perempuan (n= 103; 51.2%), dan laki-laki (n= 98; 48.8%). Kualitas hidup sebagian besar memiliki kualitas hidup rendah yang buruk yaitu (<50)(n=133; 66.2%), dan kualitas hidup yang lebih baik yaitu (> 50)[n=68; 33.8%]. Skor rata-rata kualitas hidup pada pasien dengan DFU 42.4±15.5.Kesimpulan: Laki-laki dan perempuan pada pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus menunjukkan kualitas hidup perempuan lebih rendah daripada laki-laki dengan diabetes melitus (DFU). Keluarga diharapkan tetap memotivasi dan mendukung pasien agar dapat berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan atau kegiatan positif lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, Pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus, baik laki-laki maupun perempuan merupakan suatu hal yang perlu kita perhatikan.  Kata Kunci : Ulkus Kakik Diabetes Mellitus, Jenis kelamin, dan Kualitas Hidup  ABSTRACTBackground: Quality of Life (QoL) or Quality of Life of patients with diabetic ulcer diabetes is worse, than patients with Diabetes Mellitus (DM) without foot ulcers in the general population. The purpose of this study was to study the description of Quality of Life (quality of life) in patients with Diabetic Foot Ulcer (DFU) in Bali. Methods: Descriptive design by discussing cross sectional. Sampling techniques were recruited using convenience sampling involving diabetic foot ulcer patients with diabetes mellitus (DFU) with a total sample involving 201 respondents. Performed in the Wangaya Hospital surgical outpatient room and wound care in Bali Indonesia. Data were collected using a Diabetic Foot Ulcer Scale-Short Form (DFS-SF) questionnaire and Independent t-test was used to collect assessments of quality of life between women and men with DFU. Udayana University Ethics Committee.Results: Characteristics of female respondents (n = 103; 51.2%), and male (n = 98; 48.8%). Quality of life mostly has a low quality of life that is poor (<50) [n = 133; 66.2%], and a better quality of life (> 50) [n = 68; 33.8%]. The mean score of quality of life was 42.4±15.5. Conclusion: Male and female patients with diabetes mellitus foot ulcers show a lower quality of life for women than men with diabetes mellitus (DFU). Families are expected to continue to motivate and support patients to participate in religious activities or other positive activities.Keywords: diabetic foot ulcer, gender, and quality of life


2017 ◽  
Vol 33 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Fatma Nuraisyah ◽  
Hari Kusnanto ◽  
Theodola Baning Rahayujati

Family support and quality of life of diabetes mellitus patients in Panjatan II public health center, Kulon ProgoPurposeThis study aimed to determine the relationship between family support in terms of four dimensions (emotional, appraisal, instrumental, and information) to the quality of life of patients with type 2 diabetes at the health center II Panjatan Kulon Progo regency.MethodsThis research was a cross-sectional analytical study with sample size of 150 patients with diabetes mellitus type 2. Data analysis used Pearson correlation coefficient, independent t-test and simple linear regression tests.ResultsThere were correlations between the presence of family support and complications with the quality of life of diabetes mellitus patients. There were correlations of emotional, awarding, and instrumental dimensions of family support to the quality of life of diabetes mellitus patients.ConclusionIncreased support of emotional dimensions, reward dimensions and instrumental dimensions will improve the quality of life of patients with diabetes mellitus.


2020 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
Author(s):  
Astrida Budiarti

ABSTRAK Masalah pada lansia yaitu terjadi penurunan interaksi sosial karena faktor kesehatan maupun kehilangan pasangan dan kunjungan keluarga yang jarang sehingga menimbulkan perasaan kesepian dan penurunan kualitas hidup pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi sosial terhadap tingkat kesepian dan kualitas hidup lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. Desain penelitian ini observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel menggunakan Simple Random Sampling sebanyak 77 lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah interaksi sosial yang diukur dengan instrumen kuesioner terstruktur. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kesepian yang diukur dengan instrumen kuesioner UCLA Loneliness Version 3 dan kualitas hidup yang diukur dengan instrumen kuesionerWHOQOL-BREF. Analisis data menggunakan uji Spearman rho ρ=0,05.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan interaksi sosial terhadap tingkat kesepian lansia dengan ρ = 0.001 (ρ≤0.05) dan terdapat hubungan interaksi sosial terhadap kualitas hidup lansia dengan ρ = 0.001 (ρ≤0.05). Implikasi dari penelitian ini yaitu interaksi sosial berperan penting dalam mengurangi tingkat kesepian dan meningkatkan kualitas hidup lansia, sehingga perlu adanya pendampingan dalam kegiatan kelompok kecil dan kunjungan keluarga yang rutin. Kata Kunci :Lansia, Interaksi Sosial. Kesepian, Kualitas Hidup   ABSTRACT The problem in the elderly is that there is a decrease in social interaction due to health factors and loss of spouses and rare family visits, giving rise to feelings of loneliness and decreased quality of life in the elderly. This study aims to determine the relationship of social interactions to the level of loneliness and quality of life of the elderly in the UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. The study design was observational analytic with a cross sectional approach. The sample used Simple Random Sampling as many as 77 elderly at the Griya Werdha UPTD Surabaya. The independent variable in this study is social interaction measured by a structured questionnaire instrument. The dependent variable in this study was the level of loneliness measured by the UCLA Loneliness Version 3 questionnaire instrument and quality of life as measured by the WHOQOL-BREF questionnaire. Data analysis using the Spearman rho test ρ = 0.05. The results of this study indicate that there is a relationship of social interaction to the loneliness level of the elderly with ρ = 0.001 (ρ≤0.05) and there is a relationship of social interaction with the quality of life of the elderly with ρ = 0.001 (ρ≤0.05). The implication of this study is that social interaction plays an important role in reducing the level of loneliness and improving the quality of life of the elderly, so that there is a need for assistance in small group activities and regular family visits. Keywords: Elderly, Social interactions. Loneliness, Quality of life ABSTRAK Masalah pada lansia yaitu terjadi penurunan interaksi sosial karena faktor kesehatan maupun kehilangan pasangan dan kunjungan keluarga yang jarang sehingga menimbulkan perasaan kesepian dan penurunan kualitas hidup pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi sosial terhadap tingkat kesepian dan kualitas hidup lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. Desain penelitian ini observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel menggunakan Simple Random Sampling sebanyak 77 lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah interaksi sosial yang diukur dengan instrumen kuesioner terstruktur. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kesepian yang diukur dengan instrumen kuesioner UCLA Loneliness Version 3 dan kualitas hidup yang diukur dengan instrumen kuesionerWHOQOL-BREF. Analisis data menggunakan uji Spearman rho ρ=0,05.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan interaksi sosial terhadap tingkat kesepian lansia dengan ρ = 0.001 (ρ≤0.05) dan terdapat hubungan interaksi sosial terhadap kualitas hidup lansia dengan ρ = 0.001 (ρ≤0.05). Implikasi dari penelitian ini yaitu interaksi sosial berperan penting dalam mengurangi tingkat kesepian dan meningkatkan kualitas hidup lansia, sehingga perlu adanya pendampingan dalam kegiatan kelompok kecil dan kunjungan keluarga yang rutin. Kata Kunci :Lansia, Interaksi Sosial. Kesepian, Kualitas Hidup   ABSTRACT The problem in the elderly is that there is a decrease in social interaction due to health factors and loss of spouses and rare family visits, giving rise to feelings of loneliness and decreased quality of life in the elderly. This study aims to determine the relationship of social interactions to the level of loneliness and quality of life of the elderly in the UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. The study design was observational analytic with a cross sectional approach. The sample used Simple Random Sampling as many as 77 elderly at the Griya Werdha UPTD Surabaya. The independent variable in this study is social interaction measured by a structured questionnaire instrument. The dependent variable in this study was the level of loneliness measured by the UCLA Loneliness Version 3 questionnaire instrument and quality of life as measured by the WHOQOL-BREF questionnaire. Data analysis using the Spearman rho test ρ = 0.05. The results of this study indicate that there is a relationship of social interaction to the loneliness level of the elderly with ρ = 0.001 (ρ≤0.05) and there is a relationship of social interaction with the quality of life of the elderly with ρ = 0.001 (ρ≤0.05). The implication of this study is that social interaction plays an important role in reducing the level of loneliness and improving the quality of life of the elderly, so that there is a need for assistance in small group activities and regular family visits. Keywords: Elderly, Social interactions. Loneliness, Quality of life


2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 200
Author(s):  
Anikha Widya Bestari

Handling CKD (Chronic Kidney Disease) final stage is mostly done in Indonesia is hemodialysis. Hemodialysis can prevent death, but not fully restore the quality of life of patients as before. Psychosocial problems such as lack of family support sometimes be a severe problem that must be faced by the patient. While diabetes mellitus which is etiology of PGK can increase the risk of morbidity and mortality for patients. This study aimed to analyze influence of family support and DM status with hemodialysis patient’s quality of life. This study is an observational analytic study with cross sectional design. Samples of this study are 72 patients on hemodialysis Installation RSU Haji Surabaya, which is calculated using a simple random sampling from hemodialysis schedule. Data is collected using interviews and secondary data on the patient diagnosis document. The questionnaire is WHOQOL-BREF which assess quality of life and family support questionnaire in accordance with the theory of family support from House. The results showed that there is a influence between family support (p = 0.005) and diabetes status (p = 0.003) on the status of the patient's quality of life. From these two variables  known that DM status is strongest variable that influence quality of life. Therefore, interventions focused on controlling patients with DM and supportive therapy in the family. Keywords : Hemodialysis, Quality of Life, Family Support, Diabetes Mellitus (DM)


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77-82
Author(s):  
Difran Nobel Bistara ◽  
Chilyatiz Zahroh ◽  
Erika Martining Wardani

P ABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronik yang memerlukan waktu perawatan lama, pembiayaan perawatan yang sangat mahal, selain itu prevalansi diabetes milletus juga meningkat. Keharusan penderita diabetes mellitus dalam mengubah pola hidupnya agar gula darah dalam tubuh tetap seimbang dapat mengakibatkan mereka rentan terhadap stress. Stress pada penderita diabetes mellitus dapat mengakibatkan gangguan pada pengontrolan kadar gula darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan tingkat stress dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan sampel berjumlah 45 responden penderita Diabetes Melitus di wilayah RW 7 Kelurahan Simokerto Kecamatan Simkerto Surabaya yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengukuran tingkat stress menggunakan kuesionar. Kadar gula darah diperoleh dari observasi menggunakan glucometer secara acak. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil uji korelasi spearman rank didapatkan nilai p=0,00 dan r=0,909. Hal ini semakin tinggi tingkat stress yang dialami akan semakin tinggi pula nilai kadar gula darah. Saran untuk peniliti selanjutnya adalah dapat meniliti factor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah, serta untuk melakukan observasi perilaku stress agar hasil lebih valid.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 089-094
Author(s):  
Siti Syarifah ◽  
Setiyo Adi Nugroho ◽  
Ahmad Kholid Fauzi ◽  
Zainal Munir ◽  
Abdul Hamid Wahid

Spiritual merupakan salah satu faktor penting Untuk meningkatkan pemantauan diri bagi pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Tingkat spiritualitas yang tinggi dapat mempengaruhi kognisi manusia untuk berpikir positif. Pasien dengan diabetes dua kali lebih beresiko mengalami status kecemasan, depresi dan masalah psikologis yang serius. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan Spiritual Coping dengan Self Monitoring pada Klien DM tipe 2. Desain dalam penelitian adalah cross sectional, yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan dan selanjutnya menjelaskan suatu keadaan tersebut melalui pengumpulan data pengukuran variabel korelasi yang terjadi pada objek penelitian secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan, dengan jumlah sampel 110 responden, Variabel bebas dalam penelitian ini Spiritual Coping dan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Self Monitoring. dengan, Tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara Probability Sampling, yaitu dengan cara simple random sampling yang mana jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan (P=0,002<0,05 )  antara hubungan Spiritual Coping dengan Self Monitoring. Kesimpulannya: tedapat hubungan Spiritual Coping Dengan Self Monitoring Pada Klien Diabetes Mellitus tipe 2 di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo. Spiritual is one of the important factors to increase self-monitoring for Type 2 Diabetes Mellitus patients. High spiritual level can influence human cognition to think positively. Patients with diabetes are twice as likely to experience anxiety, depression, and serious psychological problems. Objective: this study is to determine the relationship between Spiritual Coping and Self Monitoring on DM type 2 clients. The design in this study is cross sectional, namely research that aims to describe or describe a situation and then explain a situation through collecting data that measures the correlation variable that occurs on the research object simultaneously or simultaneously, with a sample of 110 respondents. The independent variable in this study is Spiritual Coping and the dependent variable in this study is Self Monitoring. with, the sampling technique is done by Probability Sampling, namely by means of simple random sampling which is the simplest type of probability. To achieve this sampling, each element is chosen randomly. The results showed a significant relationship (P = 0.002 <0.05) between the relationship of Spiritual Coping with Self Monitoring. In conclusion: there is a relationship between Spiritual Coping and Self Monitoring on Type 2 Diabetes Mellitus Clients in the Internal Medicine Clinic at Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo Hospital.


2018 ◽  
Vol 10 (24) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Iga Dila Widuri Astuti ◽  
Sugeng Maryanto ◽  
Galeh Septiar Pontang

Latar Belakang : Peningkatan kadar gula darah dikaitkan dengan kejadian diabetes mellitus. Prevalensi DM meningkat dari tahun 2007 sebesar 1,1% menjadi 2,1% di tahun 2013. Faktor penyebab DM yaitu faktor  tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan faktor dapat diubah yaitu konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik.    Tujuan : Mengetahui hubungan asupan konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus pada dewasa usia 30-50 tahun.   Metode : Penelitian korelatif pendekatan cross  sectional. Populasi 272 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan sampel 81orang. Pengambilan data dengan Recall 24 hours, kuosioner GPAQ dan glucometer. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Kolmogorov-Smirnov.   Hasil : Responden dengan konsumsi minuman berpemanis kategori rendah 42,0% (n=32), sedang 51,9% (n=42), kategori tinggi 6,2% (n=5). Responden dengan aktivitas fisik kategori kategori ringan 19,8% (n=16), sedang 60,5% (n=49), kategori berat 19,8% (n=16). Ada hubungan antara konsumsin minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,034 < 0,05) dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,958 >0,05).   Simpulan : Ada hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus dan tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus pada dewasa usia 30-50 tahun di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.  


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 70
Author(s):  
Erna Suwanti ◽  
Sulistyo Andarmoyo ◽  
Lina Ema Purwanti

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi dan perawatan jangka panjang bahkan menyertai seumur hidup penderita. Berbagai komplikasi dapat terjadi bila kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik. Dari komplikasi yang terjadi akan berdampak pada kualitas hidup penderita. Dukungan keluarga sangat diperlukan  bagi kelangsungan hidup penderita Diabetes Melitus, sehingga dengan dukungan keluarga yang baik diharapkan penderita Diabetes Melitus mempunyai kualitas hidup yang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli rawat jalan Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan  purposive sampling.  Sampel yang digunakan sejumlah 86 responden yang merupakan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. Instrumen penelitian menggunakan 3 kuisioner, yakni kuisioner demografi responden, kuisioner dukungsn keluarga dan kuisioner DQOL (Diabetes Quality Of Life). Analisis hipotesis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun dengan p value = 0.000 (<0,05) dan nilai keeratan hubungan cukup kuat (0,463). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dukungan keluarga dalam bentuk dukungan penghargaan, emosional, instrumental, dan informasi sangat penting dalam membantu meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document