KEJAHATAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG ASLI PAPUA DI KABUPTEN MERAUKE DARI PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 167-190
Author(s):  
Mulyadi Alrianto Tajuddin ◽  
Agus Sunaryo
Keyword(s):  

Terkait kasus tindak kriminalitas yang dilakukan oleh orang asli papua atau yang disebut dengan AOP merupakan suatu kenyataan sosial dalam kehidupan masyarakat yang tidak berdiri sendiri, dikarenakan tindak kriminal yang dilakukan oleh AOP ada kaitannya dengan masalah sosial, ekonomi, politik serta budaya. Dengan demikian, fenomena terjadinya tindak kriminal akan mempengaruhi satu sama lainnya. Kriminologi adalah mempelajari tentang gejala – gejala terhadap manusia dalam melakukan kejahatan yang dilihat dari penyebabnya serta mempelajari cara memperbaiki dan mencegah terjadinya kejahatan dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan berbagai jenis ilmu yang ada. Permasalahan yang relevan untuk dikaji dalam skripsi ini adalah faktor apa saja  yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kejahatan yang dilakukan oleh orang asli papua di Kabupaten Merauke dan bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan oleh  kepolisian terkait kasus kejahatan yang dilakukan oleh orang asli Papua di Kabupaten Merauke. Penelitian ini merupakan jenis penelitian yuridis empiris dengan pendekatan kasus dan pendekatan perundang – undangan, dilengkapi juga dengan data – data yang terkumpul disingkronisasi secara sistematif dan dikaji berdasarkan bahan hukum primer dan sekunder sehingga ditemukan letak kebenaran ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) faktor – faktor yang sering terjadinya tindak kriminal yang dilakukan oleh orang asli papua (AOP) di kabupaten merauke timbulnya faktor internal dan faktor eksternal penyebab terjadinya perilaku kejahatan criminal seperti faktor kondisi psikologis, faktor kondisi ekonomi, faktor kondisi lingkungan dan faktor minuman keras, maka kejadinya yang dilakukan oleh orang asli papua sebagian besar dikarenakan adanya faktor - faktor ada. (2) Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh kepolisian terkait adanya kasus kejahatan yang dilakukan oleh orang asli papua (AOP) dengan cara upaya pre – emtif yaitu dengan cara menanamkan nilai norma – norma agar terinternalisasi dalam diri seseorang, upaya preventif juga dilakukan oleh kepolisian yakni memberikan himbauan dan arahan kepada masyarakat tentang pentingnya saling menjaga dan saling melindungi sesama umat manusia dalam lingkungan masyarakat, serta upaya yang terakhir yaitu upaya represif yakni melakukan upaya pembinaan maupun suatu rehabilitas terhadap pelaku agar kedepan enggan melakukan tindak pidana yang juga memberikan hukuman yang berat kepada pelaku yang telah melakukan tindak pidana. 

Sains Insani ◽  
2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 15-21
Author(s):  
Zulkefli Aini ◽  
Abdul Ghafar Don ◽  
Ahmad Irdha Mokhtar ◽  
Nur Uswah Ahmad Fauzi

One of the factors that can affect a person's behavior is a communication message. In the context of the da`wah, preachers who involved actively in da`wah communication with the Orang Asli should be able to ensure that the message conveyed can be understood by the target group. In addition, the selection of the correct messages of da`wah based on the foremost priority simplify the process of sharing information between the preachers and the Orang Asli. Accordingly, this article aims to identify specific topics of Islamic faith (akidah) submitted by the Orang Asli in the process of da`wah communication and to identify verbal feedback given by the preachers to the Orang Asli of the topics. This qualitative study using case study design and data was collected through semi-structured interviews. Interviews involving nine preachers were active in da`wah activity to the Orang Asli community in Selangor. Data were analyzed thematically according to the specified objectives. The study found that the topics frequently raised by the Orang Asli is concerned about belief in Allah, belief in Malaikat, and belief in Qada' and Qadar. The topics may be found within the framework of worldview in their beliefs and practice of ancient traditions. Therefore, the preachers gave verbal feedback on these topics is based on a clear and precise sample corresponding to the level of their thinking. The emphasis on these topics is very important to strengthen and purify the faith of the community.Keywords: Communication; Message; Preacher; Indigenous community Abstrak: Elemen mesej dalam komunikasi merupakan salah satu faktor yang dapat memberi kesan terhadap perubahan tingkah laku seseorang. Dalam konteks dakwah, pendakwah yang terlibat dalam proses komunikasi dakwah dengan Orang Asli seharusnya berkebolehan memastikan kandungan mesej yang disampaikan boleh difahami oleh sasaran dakwahnya. Di samping itu, pemilihan mesej dakwah yang betul mengikut keutamaan memudahkan proses perkongsian maklumat antara pendakwah dengan Orang Asli. Sehubungan dengan itu, artikel ini bertujuan untuk mengenalpasti topik-topik tertentu dalam mesej akidah yang dikemukakan oleh masyarakat Orang Asli kepada pendakwah dan mengenalpasti maklum balas lisan yang diberikan oleh pendakwah kepada Orang Asli terhadap topik tersebut. Kajian kualitatif ini menggunakan reka bentuk kajian kes dengan pengumpulan data melalui temu bual separa struktur. Temu bual melibatkan sembilan orang pendakwah yang aktif dalam aktiviti dakwah masyarakat Orang Asli di Selangor. Data kajian dianalisis secara tematik mengikut objektif yang ditentukan. Kajian ini mendapati bahawa topik-topik yang sering dikemukan oleh Orang Asli kepada pendakwah dalam penyampaian mesej akidah ialah berkenaan tentang keimanan kepada Allah SWT, keimanan kepada malaikat, dan keimanan kepada qada’ dan qadar. Topik-topik berkenaan didapati berada dalam kerangka worldview kepercayaan dan amalan tradisi mereka. Sehubungan dengan itu, pendakwah memberikan maklum balas lisan terhadap topik-topik tersebut adalah berdasarkan keterangan yang jelas dan contoh yang tepat bersesuaian dengan tahap pemikiran mereka. Penekanan terhadap topik-topik tersebut merupakan perkara yang penting dalam rangka mengukuhkan dan memurnikan akidah masyarakat Orang Asli.Kata kunci: Komunikasi; Mesej; Pendakwah; Komuniti Orang Asli


2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 1-20
Author(s):  
Paiz Hassan ◽  
Mohd Anuar Ramli

Majority of the indigenous people who are the original inhabitants in Malaysia inhibit the remote area of tropical forest which is rich in natural resources. Their lives are separated from the outside community due to several factors such as geography, low literacy, negative perceptions of the surrounding community, and the closed-door attitude of the indigenous people. Consistent preaching activities have changed the faith of the indigenous people from animism orientation towards believing in the Oneness of God. The practice of Islam as a way of life in the lives of indigenous peoples is found to be difficult to practice because the fiqh approach presented to them does not celebrate their local condition. In this regard, this study will examine the socio-cultural isolation of indigenous peoples and their impact on the interpretation of Islamic law. To achieve this objective, the researchers have applied the library research method by referring to the literatures related to the discussion of Islamic scholars in various disciplines of fiqh and usūl al-fiqh. The research found that there is rukhsah and taysir approach given to isolated people as well as with local background to facilitate the religious affairs of the indigenous people. Abstrak Majoriti masyarakat Orang Asli yang merupakan penduduk asal di semenanjung Malaysia mendiami kawasan pedalaman di hutan hujan tropika yang kaya dengan khazanah alam. Kehidupan mereka terasing daripada masyarakat luar disebabkan beberapa faktor seperti geografi, kadar literasi yang rendah, pandangan negatif masyarakat sekitar dan sikap tertutup masyarakat Orang Asli. Gerakan dakwah yang dijalankan secara konsisten telah membawa perubahan kepercayaan sebahagian masyarakat Orang Asli daripada berorientasikan animisme kepada mempercayai Tuhan yang Esa. Pengamalan Islam sebagai cara hidup dalam kehidupan masyarakat Orang Asli didapati agak sukar untuk dipraktikkan lantaran pendekatan fiqh yang disampaikan kepada mereka tidak meraikan suasana setempat mereka. Sehubungan itu, kajian ini akan meneliti keadaan isolasi sosio-budaya masyarakat Orang Asli dan kesannya terhadap pentafsiran hukum Islam. Bagi mencapai objektif tersebut, pengkaji menggunakan kajian kepustakaan sepenuhnya dengan menelusuri literatur berkaitan dengan perbincangan sarjana Islam dalam pelbagai disiplin ilmu fiqh dan usul fiqh. Hasil kajian mendapati terdapat rukhsah dan pendekatan taysir diberikan kepada mereka yang hidup terasing serta berlatar belakang budaya setempat bagi memudahkan urusan keagamaan masyarakat Orang Asli.


Parasitology ◽  
2019 ◽  
Vol 146 (12) ◽  
pp. 1602-1614 ◽  
Author(s):  
Hesham M. Al-Mekhlafi ◽  
Nabil A. Nasr ◽  
Yvonne A. L. Lim ◽  
Fatin Nur Elyana ◽  
Hany Sady ◽  
...  

AbstractThis cross-sectional study aimed to determine the prevalence and risk factors of S. stercoralis infection among 1142 Orang Asli primary schoolchildren in six different states of Peninsular Malaysia. Fecal samples were examined using direct smear, formalin-ether sedimentation (FES), agar plate culture (APC) and PCR techniques. Overall, 15.8% of the children were found to be infected with S. stercoralis. The prevalence was 0.2, 1.3, 15.2 and 13.7% by direct smear, FES, APC and PCR, respectively. Multivariate analysis showed that an age of >10 years, being male, belonging to a Proto-Malay tribe, belonging to the Senoi tribe, indiscriminate defecation, using an unimproved water source for drinking water and not wearing shoes when outside were the significant risk factors of infection among these children. In conclusion, we provide new evidence on the occurrence of S. stercoralis in Malaysia to show that there is a relatively high prevalence of infection among Orang Asli schoolchildren. Therefore, the use of specific methods for detecting S. stercoralis should be considered when screening these children for intestinal parasites. Moreover, prevention and control measures specific to S. stercoralis should be integrated into the intestinal parasitic infections control programme in Malaysia.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 101-120
Author(s):  
MOHD FAHMI BIN ISMAIL ◽  
MOHD FIRDAUS BIN CHE YAACOB

Masyarakat Orang Asli Temiar merupakan komuniti orang yang telah lama wujud di negara kita.Kepelbagaian nilai budaya kehidupan masyarakat menjadi lambang jati diri dan kebanggaan masyarakatini. Oleh sebab itu, masyarakat Orang Asli Temiar ini sememangnya kaya dengan warisan ceritarakyat yang menjadi kebanggaan kepada masyarakat tersebut. Namun demikian, arus kepesatan,pembangunan dan kemajuan kemodenan menyebabkan khazanah cerita rakyat ini semakin dipinggirkanoleh masyarakat ini. Selain itu, mereka beranggapan bahawa medium lisan sebagai cerita mitos yangbercorak dongeng dan sekadar untuk berhibur semata-mata. Menerusi kajian ini, akan membincangkansatu objektif utama iaitu menganalisis nilai budaya dalam cerita rakyat masyarakat Orang Asli Temiar GuaMusang, Kelantan. Hal ini, dengan sendiri mewujudkan ruang ilmiah yang menuntut kepada pengkajianilmiah yang khusus. Sehubungan itu, pengkaji akan menggunakan kaedah kepustakaan dan kaedahkajian lapangan bagi memastikan kelancaran dalam menjalankan kajian tersebut. Selanjutnya, kajian iniakan menerapkan Teori Sastera Warisan yang dikemukakan oleh (A. Wahab Ali, 2005) sebagai gagasanuntuk memperkukuhkan dapatan kajian ini. Hasil dapatan kajian ini berhasil menemukan antara nilaibudaya yang selama ini menjadi landasan kepada ketamadunan masyarakat Orang Asli Temiar GuaMusang, Kelantan. Sementara itu, kemantapan elemen nilai budaya yang dihasilkan ini, dan diamalkandalam kehidupan seharian masyrakat ini, secara tidak lansung akan melahirkan kesan-kesan tersurat dantersirat kepada diri masyarakat komuniti ini. Kesimpulannya, cerita rakyat masyarakat Orang Asli Temiaradalah manifestasi kehidupan, adat kepercayaan dan lambang jati diri masyarakat ini.   Temiar indigenous people are a community are comunity of people living in the jugngle, marginalized andlangging in term of modernity country. There it can not be denied that this society is actually rich in diversecultures, fokstales and very high philosophy of thought. However, rapid development and modernity hasled to an increase in marginalized folklore Therefore open an empty space in scientifi c research whichrequired a specifi c research. This study aims to fi ll the empty space by examine the folktales of TemiarIndigenous community in Gua Musang, Kelantan. This study focused on three main objectives. First wasto show eff ect the folktales of Temiar Indigenous community in Gua Musang, Kelantan. Concomitantly, thisstudy used literature research and fi eld research. Furthermore, this study will apply the Sastera Warisantheory by Theory of Conceptual Keyword introduced by Mohamad Mokhtar Hassan in 2005 as the notionto strengthen this study. The realibility of cultural values hold by the Temiar Indigenous community and thepracticing of it in daily life infl uencing the Temiar Indigenous individually and collectively as community. Asconclusion, the folktales of Temiar Indigenous community can be said as manifestation of life, customsand beliefs, and sign of their identity.


2013 ◽  
Vol 9 (12) ◽  
Author(s):  
Ramle bin Abdullah ◽  
Wan Hasmah Wan Mamat ◽  
W. A. Amir Zal ◽  
Asmawi Mohamad bin Ibrahim

Author(s):  
Norwaliza Abdul Wahab ◽  
Goh Swee Choo ◽  
Mohammad Aziz Shah ◽  
Ridzwan Jaafar ◽  
Nor Hasnida Che Md Ghazali

2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Jamalunlaili Abdullah ◽  
Razmi Chik ◽  
Ahmad Shazrin Mohamed Azmi ◽  
Noraziah Abu Bakar

A hydroelectric project proposed by Tenaga Nasional Berhad in Telom, Pahang, Malaysia will inundate six Orang Asli villagers whose residents have relocated to a new resettlement. However, TNB still needs their agreements and provide fair and agreeable compensation. This paper analyzes the process associated with the exercise. It is a descriptive analysis of activities conducted in preparing the plans as well as principles and values considered in calculating the proposed compensation and resettlement. It is hoped that the more sensitive and inclusive approach can be emulated in future projects affecting Orang Asli and others affected by developments© 2016. The Authors. Published for AMER ABRA by e-International Publishing House, Ltd., UK. Peer–review under responsibility of AMER (Association of Malaysian Environment-Behaviour Researchers), ABRA (Association of Behavioural Researchers on Asians) and cE-Bs (Centre for Environment-Behaviour Studies, Faculty of Architecture, Planning & Surveying, Universiti Teknologi MARA, Malaysia.Keywords: Orang Asli; compensation plan; resettlement plan; Telom Hydroelectric Project


Author(s):  
Bemen Win Keong Wong ◽  
Kiky Kirina Abdillah
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document