scholarly journals Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merrill.) Melalui Pemberian Pupuk Solid Limbah Kelapa Sawit

2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 118-129
Author(s):  
Berliana Palmasari ◽  
Nurbaiti Amir ◽  
Bobby Merlan Bangun

Kedelai merupakan tanaman potensial yang perlu dikembangkan, karena memiliki peluang pasar yang besar di Sumatera Selatan belum banyak dibudidayakan dan produksinya pun masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan varietas dan dosis pupuk solid yang berpengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Faktor yang Pertama (Petak Utama) Varietas Kedelai (V) yaitu V1 = Wilis; V2 = Tanggamus dan V3 = Anjasmoro sedangkan Faktor kedua (Anak Petak) Pupuk Solid (S) yaitu S1 = 15 ton ha-1; S2 = 30 ton ha-1 dan S3 = 45 ton ha-1. Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan petani di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa Banyuasin, pada bulan September sampai Desember 2020. Hasil analisis keragaman (Anova) bahwa perlakuan varietas dan pupuk solid maupun interaksinya berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap semua peubah yang diamati. Varietas Anjasmoro memberikan hasil terbaik pertumbuhan tanaman kedelai dengan tinggi tanaman tertinggi (64,32 cm), jumlah cabang produktif terbanyak (9,67 cabang), sedangkan varietas Wilis memberikan hasil terbaik produksi tanaman kedelai dengan berat biji per tanaman terbaik (84,11 g), berat biji per petak terbaik (683,67 g), pupuk solid dengan dosis 30 ton ha-1 memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Interaksi antara varietas Wilis dan pupuk solid dosis 30 ton ha-1 memberikan hasil terbaik terhadap produksi tanaman kedelai sebesar 783,00 g/petak atau setara dengan 2,08 ton ha-1.

2013 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 33-38 ◽  
Author(s):  
MM Rahman ◽  
MM Rahman ◽  
MM Hossain

An experiment was conducted at the Agronomy Field Laboratory of Bangladesh Agricultural University, Mymensingh during Kharif-II season 2005 to investigate the effect of row spacing and cultivars on the growth and yield of soybean. Three soybean cultivars: (1) Bangladesh Soybean -4 (G- 2), (2) BARI soybean -5 (BS-5) and (3) Shohag (PB-1) and four row spacings, (1) 20 cm, (2) 30 cm, (3) 40 cm and (4) 50 cm were used in the experiment in a split-plot design with row spacing in the main plot and cultivars in the sub-plot. Seeds were sown on 26 July 2005 at specified rows maintaining 5 cm plant to plant distance. The highest seed yield was obtained from 20 cm spacing and yield decreased with increased spacing irrespective of cultivars. Among cultivars the highest yield was given by cultivar BS-5 which was followed by PB-1. It was concluded that the soybean cultivars BS-5 and PB-1 could be selected for sowing in Kharif-II season and should be planted at 20 cm apart rows for achieving higher yield. DOI: http://dx.doi.org/10.3329/agric.v11i1.15239 The Agriculturists 2013; 11(1) 33-38


2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Sophia Fitriesa ◽  
Maryati Sari ◽  
M. R. Suhartanto
Keyword(s):  

<em>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemupukan N, P, dan K pada kandungan antosianin dan vigor benih pada dua varietas kedelai untuk mencari korelasi antara mereka. Penelitian ini dilaksanakan Kebun Percobaan Leuwikopo IPB dan Laboratorium Teknologi Benih AGH, IPB pada Februari sampai Juli 2011. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Split Plot. Faktor pertama adalah varietas kedelai (Anjasmoro dan Detam 1).</em> <em>Faktor kedua adalah pemupukan NPK (tanpa pupuk, NPK, NP, NK, dan PK).</em> <em>Pengamatan meliputi pengamatan vegetatif dan produksi benih, kandungan antosianin benih, viabilitas benih, vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya simpan benih.</em> <em>Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  varietas berpengaruh pada kandungan antosianin benih. Varietas Detam 1 menunjukkan kandungan antosianin lebih tinggi dari varietas Anjasmoro. Aplikasi pupuk berpengaruh pada vigor daya simpan dari biji kedelai melalui pengusangan terkontrol. Aplikasi NPK dan pupuk NK memberikan nilai tertinggi untuk vigor daya simpan dari biji (83,33% dan 80,00%) lebih tinggi dari vigor daya simpan terendah yang dihasilkan oleh perlakuan tanpa pemupukan (61,33%). Elektrokonduktivitas tidak terpengaruh oleh pemberian pupuk dan varietas tetapi dipengaruhi oleh interaksi dari keduanya. Korelasi tidak ditemukan antara kandungan antosianin dan vigor benih.</em>


Vegetalika ◽  
2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 373
Author(s):  
Suhesti Mustika Ningrum ◽  
Tohari Tohari ◽  
Dyah Weny Respatie
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat naungan kritis dan rekomendasi pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai Kultivar Dena-1 yang dibudidayakan di Lahan Pasir Pantai Samas, Bantul. Tujuan jangka panjang, informasi ini dapat digunakan sebagai tolok ukur petani dalam menentukan komposisi tanaman untuk sistem tumpangsari, pemilihan lokasi tanam, dan takaran pupuk kandang. Penelitian dilaksakan mulai bulan Maret-September 2016.Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split plot design). Faktor utama (main plot) adalah naungan dengan tingkat 0%, 25%, dan 50%. Faktor kedua (sub plot) adalah pupuk kandang kambing Etawa takaran 0 ton/ha, 10 ton/ha, dan 20 ton/ha. Data yang dikumpulkan meliputi parameter lingkungan, fisiologi, dan agronomi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata terhadap luas daun 42 hst, bobot kering tajuk, panjang akar, bobot kering tanaman 63 hst, bobot segar tanaman 42 dan 63 hst, bobot kering tanaman 63 hst, jumlah polong hampa dan berisi, umur mulai berbunga, umur mulai terbentuk polong, dan umur panen. Takaran pupuk kandang kambing Etawa berpengaruh nyata pada luas daun dan indeks luas daun 21 hst, jumlah daun, panjang akar, bobot segar dan kering tanaman 63 hst. Bobot segar akar 21 dan 42 hst, rasio akar/tajuk, jumlah polong hampa dan berisi, dan hasil kedelai. Terdapat interaksi antar perlakuan pada kadar klorofil a dan klorofil total 42 hst, koefisien a dan c tinggi tanaman 42 hst, panjang akar 63 hst. Tingkat naungan kritis terjadi pada naungan 59,25% pada takaran pupuk kandang kambing Etawa 20 ton/ha dan naungan 58,16% pada takaran pupuk 0 ton/ha. Kombinasi perlakuan yang paling baik adalah taraf naungan 25% dengan pupuk kandang kambing Etawa 10 ton/ha.


Vegetalika ◽  
2019 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 276
Author(s):  
Yudha Pratiwi ◽  
Dody Kastono ◽  
Didik Indradewa

Penelitian mengenai ”Perbandingan hasil pengukuran perakaran lima kultivar kedelai (Glycine max L.) dengan metode berbeda” dilakukan di rumah plastik di Kebun Tridharma Banguntapan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sedangkan analisis pertumbuhan tanaman dilakukan di Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman Sub Laboratorium Ilmu Tanaman dan Ekologi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian berlangsung dari bulan Maret-Agustus 2018. Penelitian dilakukan dengan tujuan mempelajari sifat perakaran pada kondisi berbeda (cukup air dan kekeringan) dan membandingkan hasil pengukuran parameter perakaran dengan metode berbeda (manual dan area meter). Rancangan lingkungan yang dipakai berupa split plot dengan dua faktor yang diuji coba yaitu perlakuan kekeringan sebagai faktor pertama dan kultivar sebagai faktor kedua. Perlakuan kekeringan terdiri dari 2 aras yaitu cukup air dengan disiram 1 hari sekali dan kekeringan dengan disiram 3 hari sekali. Kultivar yang digunakan terdiri dari 5 macam kultivar kedelai, yaitu kultivar Anjasmoro, Burangrang, Demas 1, Dering 1, dan Devon 1. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis varians (ANNOVA) dan apabila terdapat beda nyata, dilakukan uji lanjut Honest Significant Difference (Beda Nyata Jujur) Tukey 5 %. Pada metode penelitian ini sifat perakaran dalam kondisi kekeringan cenderung mengalami penurunan yang signifikan. Pengukuran perakaran kedelai dengan metode berbeda menunjukkan bahwa pengukuran secara manual memberikan nilai panjang akar total, volume akar, dan luas permukaan akar yang lebih besar.


2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Agatha Christia ◽  
Dad R.J. Sembodo ◽  
Kuswanta Futas Hidayat

Kedelai (Glycine max [L]. Merr.)merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebagai sumber protein nabati bagi kebutuhan pangan manusia. Setiap tahunnya produksi kedelai mengalami penurunan, salah satunya penyebabnya adalah gulma. Kehadiran gulma dapat menyebabkan kompetisi antara gulma dan tanaman kedelai untuk mendapatkan sarana tumbuh yang sama dan jumlahnya terbatas. Jenis dan kerapatan gulmamerupakan faktor penyebab terjadinya kompetisi antara gulma dan tanaman yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai, pengaruh kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai, serta pengaruh interaksi antara jenis dan kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design) dengan 3 kali ulangan secara faktorial.Faktor pertama adalah tiga jenis gulma yaitu Asystasia gangetica, Rottboellia exaltata, Cyperus rotundus. Faktor kedua adalah kerapatan gulma yaitu 0, 10, 20, 40, 80 tanaman/m 2 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma Rottboellia exaltata menurunkan jumlah daun 9 MST, bobot kering tajuk tanaman danjumlah polong kedelai, Cyperus rotundus menurunkan tinggi tanaman 9 MST dan bobot kering akar tanaman, dan Asystasia gangetica menurunkan terhadap tinggi tanaman 9 MST. Kerapatan 10 gulma/m 2 menekanbobot kering akar tanaman, dan kerapatan 80 gulma/m 2 menekan jumlah daun tanaman 9 MST. Antara jenis dan kerapatan gulma hanya terjadi interaksi dalam mempengaruhi tinggi tanaman kedelai 3 MST.


2020 ◽  
Vol 115 (1) ◽  
pp. 79
Author(s):  
Agbesi Kwadzo KETEKU ◽  
Abhijit Kishanrao KADAM ◽  
Suchada DANA ◽  
Precious Kwaku BLEGE

<p class="Default">An experiment was conducted to investigate the impact of flatbed (FB), ridges and furrows (RF) and broad bed furrows (BBF) combined with recommended fertilizer dose N30P60K30 kg ha−1 (F1), 75 % NPK (F2), 125 % NPK (F3), 75 % NPK + 25 % N through farm yard manure (FYM)-F4, 75 % NPK + 2 sprays of micro nutrient mixture (Fe, Zn, Cu, Mn, B and Mo) - 0.5 % at 35 and 60 days after sowing (DAS)-F5 and 75 % NPK + 2 sprays of KNO3 - 0.5 % at 35 and 1.0 % at 60 DAS (F6) on the productivity of soybean in a split plot design. BBF stored 14.15 % more soil water and produced 1058.97 kg ha−1 more yield than FB. A significant 3.76 kg ha−1-mm rain water use efficiency was notice in BBF compared to FB. The yield increment recorded under F6 was 15.6 % higher than F1. Grain nitrogen and oil contents were highest in F3. The residual soil fertility was much improve by F3 and F5. Our result demonstrated that the combination of BBF and F6 were the best technique to increase soybean yield in the Vertisol soil.</p>


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Yudi Yusdian

The objective of this research was to study the interaction effect  between the dosage Potassium fertilizer and soybean varieties on the  yield and also to get the optimum dosage Potassium fertilizer that give maximum yield of each  soybean variety.The experiment was conducted at Tanjungwangi village, Pacet subdistrict, Bandung regency, West Java province. The altitude is about 745  m above sea level. The average of rainfall was 1963,51 mm/year and the type of rainfall is C according to Schmidt and Fergusson (1951). The soil type is Inceptisol  with pH 7,2. The experiment was conducted from Oktober 2011 until January 2012. The experiment was arranged in experimental methode to split plot design with three replications. The main plot factor is a soybean varieties (V) consisted of three varieties : v1 = Kaba, v2 = Anjasmoro and v3 = Willis, while the sub plot factor is a fertilizer dosage of K2O (K) consisting of three standards : k1 = 30 kg ha-1,  k2 = 60 kg ha-1 and k3 = 90 kg ha-1. The result showed that there was interaction effect between the dosage potassium fertilizer and soybean varieties on the number of filled pod, number of seed and seed weight per plant. The optimum dosage potassium fertilizer that could give maximum yield for each varieties :  Kaba  61,80 kg ha-1 K2O, Anjasmoro 66,60 kg   ha-1 K2O and Wilis 72,60  kg ha-1 K2O.


2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Napitupulu Asima

The aims of this research were to analyze morpo_physiology changing of soybean underthe oil palm area; determine the effect of shading and N fertilizer dosage on the growth and yieldof soybean under the oil palm area, and determine suitable soybean varieties that enablegrow and produce under oil palm. The experiment located in Ujung Labuan Village, DeliSerdang District. The experiment was arranged in Split-split Plot Design 3 x 4 x 3 with3 replication, with three factors observed: 1) shade level, consist of: under 4 years oldoil palm, under 6 years old oil palm, open area, 2) N dosage: 200 kg urea/ha, 150 kg/ha,100 kg urea/ha, 0 kg urea/ha, 3) soybean variety: Anjasmoro, Burangrang, andGrobogan. Plant height, leaf area, plant dry weight, and soybean production weredetermined. The result showed there were some significant effects of interaction factorsbetween oil-palm canopy shading, N dosage and soybean variety on growth and yield ofsoybean. The highest growth and production of soybean found in open areas. Between 4years old oil palm and 6-7 years old oil palm, soybean growth, and production areinsignificant different and lower than those on the opening area. N dosage makes somesignificant effects on growth and yield of soybean, which is usually nonsignificantbetween 150 kg Urea/ha or 200 kg Urea/ha. Meanwhile, soybean variety makes somesignificant effects. At the open area, burangrang make the highest growth and production byapplication of 200 kg urea/ha, but under oil palm, the highest production found atBurangrang under 4 years old oil palm and application of 200 kg urea/ha, followed byseveral treatments that are insignificantly different.


2020 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Arif Wicaksono Aji ◽  
Sartono Joko Santosa ◽  
Siswadi Siswadi

Penelitian ini berjudul Kajian Macam Jarak Tanam Terhadap Intesitas Penyakit Bercak Daun Pada Tiga Macam Varietas Kedelai (Glycine max L. Merrill) dengan tujuan untuk mengkaji macam jarak tanam terhadap intensitas penyakit bercak daun Cercospora Sojina pada tiga varietas kedelai (Glycine max L. Merrill) yang dilaksanakan mulai tanggal 14 April 2019 sampai 13 Juli 2019, di Dusun Ngalang-ngalangan, Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dengan  ketinggian tempat 200m (dpl). Penelitian ini menggunakan metode Perancangan Dasar Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial yang disusun secara Split plot yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dengan 9 kombinasi perlakuan yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Adapun kombinasi perlakuan sebagai berikut : V1J1, V1J2, V1J3, V2J1, V2J2, V2J3, V3J1, V3J2, V3J3, V menunjukan macam varietas kedelai dan J menjelaskan macam jarak tanam. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan uji BNT ( Beda Nyata Terkecil ) pada taraf 5 %, adapun hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Gejala serangan penyakit bercak daun tampak merata pada varietas Anjasmoro, gejala serangan penyakit mulai muncul pada umur 3 minggu setelah tanam pada varietas Grobogan. (2) Perlakuan tiga macam varietas dan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap intensitas penyakit bercak daun. (3) Perlakuan Jarak tanam 30 x 40 cm dengan varietas Grobogan (V1J3) memberikan hasil tertingi pada jumlah polong dengan rata – rata 88,00, berat polong dengan rata – rata berat 60,11 gram, jumlah biji dengan rata – rata 143,56, dan pada berat biji dengan rata – rata berat 16,95 gram.


2017 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 198-204
Author(s):  
Alisa Maulina Jauhari ◽  
Nurheni Wijayanto ◽  
Omo Rusdiana

A Survey in West Java shows that Mindi (Melia azederach Linn.) is frequently found on the community forest lands as part of a mixed cropping system. These community forest lands have a potential to support food security. Soybean is an important food crop as source of protein in Indonesian. This study aimed to observe the growth of Mindi and soybean in an agroforestry system. This study used a split plot design which consists of two factors. The main factors was Mindi which planted using shade and without shade and the second factors are soybean variety (Argomulyo, Anjasmoro, Grobogan, and Wilis) using four replication. The results showed that differences of Mindi cropping method did not significantly affect the Mindi growth (height and diameter) which has been observed for three months. Wilis had the highest survival rate than others varieties. Both factor shade and varieties giving a very significant effect on the kedelai height at the 3-7 MST age. In addition, it's also very significantly affected the number of leaves trifoleat at the age of 3, 4, and 5 MST. Soybean production in Mindi agroforestry system gaves the higher yield than monoculture system at three months age.Key words: Agroforestry, mindi, soybeans, shade, variety.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document