scholarly journals PENGARUH KONSENTRASI ZPT ALAMI DAN SINTETIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

Agriculture ◽  
2020 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
Author(s):  
Susanti Kesumawati ◽  
Eva Oktavidiati

Di Provinsi Bengkulu peningkatan hasil produksi kedelai disebabkan karena adanya pertambahan luas lahan, akan tetapi hasil produksinya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan di provinsi itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi zpt alam dan sintetik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max) L.Merril). Penelitian ini dilakukan di Jl. Danau Raya No.59, Panorama, Singaran Pati, Kota Bengkulu pada ketinggian 24 ± mdpl menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama pemberian Auksin Alami (A): A1 25 ml, A2 50 ml, A3 75 ml. Faktor kedua adalah auksin sintetik (B): B0 (Kontrol) B1 (1 ml) B2 (1,5 mon l) dan B3 (2 ml), masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Analisis data menggunakan Analysis of Variance Analysis (ANOVA). Hasil yang berbeda diikuti oleh Duncan Multiple Range Test (DMRT) level 5%.               Hasil perlakuan auksin alami berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun 14 HST, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, bobot 100 biji kadar air kedelai 14% sedangkan pengaruh signifikan terjadi pada tinggi tanaman 56 HST, jumlah Jumlah cabang 28 HST, jumlah cabang 42 HST kedelai (Glycine max L. Merril). Sedangkan pemberian auksin sintetik berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 14 HST kedelai (Glycine max L. Merril). Dalam penelitian ini, tujuan interaksi antara auksin alam dan auksin sintetik terjadi pada panjang akar tanaman kedelai. Kata kunci: Kedelai, auksin alam, auksin sintetik.

Agriculture ◽  
2020 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
Author(s):  
Ningsih Riani Kurnia ◽  
Jon Yawahar ◽  
Dwi Fitriani ◽  
Suryadi Suryadi ◽  
Fiana Podesta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan energi jumlah panas dengan dosis pupuk fosfor terhadap hasil tanaman kedelai (Glycine max L. Merril). Penelitian ini telah laksanakan pada bulan Juli-Oktober 2019 di Jl. Danau Raya No.59, Panorama, Singaran Pati, Kota Bengkulu, Bengkulu dengan ketinggian + 24 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap disusun dengan factorial(RAL-F) dengan dua faktor, dimana faktor 1 adalah masukan energi jumlah panas (E) E1= 1030-1050 SP, E2 = 1130-1150 SP, E3= 1230-1250 SP, E3= 1330-1350 SP. Faktor 2 adalah dosis pupuk fosfor (P)   P1= 75 kg/ha, P2= 150 kg/ha, P3= 225 kg/ha masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Hasil data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dan apabila berbeda nyata dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 0,5%. Hasil perlakuan masukan energi jumlah panas menunjukan berbeda sangat nyata terhadap peubah berat basah tanaman, berat biji, dan menunjukan berbeda nyata terhadap peubah berat kering tanaman, berat polong. Sedangkan perlakuan masukan energi jumlah panas dan dosis pupuk fosfor terjadi interaksi pada peubah tinggi tanaman, jumlah daun dan berat biji. Kata kunci : Masukan Energi Jumlah Panas, Dosis Pupuk Fosfor.


Vegetalika ◽  
2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Mahmud Ismail

Salinitas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hampir semua pertumbuhan tanaman kedelai pada fase vegetatif dan generatif. Pengaruh salin pada berbagai varietas tanaman kedelai berbeda-beda tergantung pada tingkat kepekaan varietas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian empat kadar salin terhadap pertumbuhan dan hasil dua varietas kedelai. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor (CRD Faktorial) faktor pertama adalah varietas kedelai Grobogan dan varietas kedelai Malika. Faktor kedua adalah kadar salinitas: N0= kontrol, 1,17 dS/m, 2,34 dS/m, dan 3,51 dS/m. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis varian dilanjutkan dengan uji jarak Duncan Multiple Range Test(DMRT) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua varietas kedelai mampu bertahan pada kadar salin 1,17 dS/m pengukuran variabel: tinggi tanaman, luas perakaran, luas daun, klorofil a, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, panjang akar pada varietas Malika, bobot segar akar, bobot kering akar, laju pertumbuhan nisbi tajuk dan akar, laju asimilasi bersih, jumlah polong pertanaman dan jumlah biji pertanaman. Dua varietas kedelai menunjukkan penurunan hasil pada pemberian kadar salin 3,51 dS/m. Penurunan hasil pada varietas kedelai Malika adalah 23% jumlah polong pertanaman, 31% jumlah biji pertanaman, 39% berat kering biji , dan 20% berat 100 biji. Sedangkan pada varietas Grobogan adalah 18% jumlah polong pertanaman, 17% jumlah biji pertanaman, 26% berat kering biji , dan 11% berat 100 biji.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 183-189
Author(s):  
Siti Umi Shofiyatin ◽  
Sri Darmanti ◽  
Sri Widodo Agung Suedy

Gulma merupakan  tumbuhan yang tidak dikehendaki kehadirannya  karena berpotensi alelopati. Alelopati merupakan interaksi antar  tanaman dengan perantaraan senyawa alelokimia  yang dilepaskan ke lingkungan. Alelokimia dapat menghambat pertumbuhan  tanaman di sekitarnya.  Kirinyuh (Cromolaena odorata L.) adalah salah satu gulma  yang banyak dijumpai di berbagai lahan budidaya.  Kedelai [Glycine max (L.) Merr ] merupakan komoditas pertanian sumber pangan yang berprotein tinggi. Keberadaan gulma, termasuk diantaranya C. odorata  merupakan  salah  satu kendala  penting dalam meningkatkan  pertumbuhan dan produksi  kedelai. Penelitian ini bertujuan  mengkaji pengaruh alelokimia ekstrak daun C. odorata L. terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal berupa konsentrasi ekstrak daun C. Odorata  yaitu  0%, 20%, 40%, 60% dan 80%, tiap unit perlakuan dengan lima ulangan. Data kuantitatif dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (α=5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alelokimia pada  ekstrak daun gulma kirinyuh  (C. odorata L.) berpotensi menghambat pertumbuhan vegetataif  tanaman kedelai.  Penurunan kandungan klorofil total  dan pertumbuhan vegetatif secara efektif terjadi mulai  konsentrasi ekstrak 40% dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak, penurunan nilai parameter yang diukur semakin besar.  Kata Kunci:  alelopati,  alelokimia, gangguan gulma.


2019 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 378
Author(s):  
Dina Puti Kartika ◽  
I Dewa Gde Mayun Permana ◽  
Komang Ayu Nocianitri

This study aims to determine the effect of soursop juice on the characteristics of edamame yogurt and to determine the optimal concentration of soursop juice to produce edamame yogurt with the best characteristics. This study used a Randomized Block Design (RBD) with the treatment of soursop fruit juice concentration consisting of 5 levels, namely 0%, 5%, 10%, 15% and 20%. Each treatment was repeated 3 times, resulted in 15 experimental units. The data were analyzed by the Analysis of Variance (ANOVA) and if the treatment significantly affected the variables, the Duncan Multiple Range Test (DMRT) was performed. The results showed that the concentration of soursop juice significantly affected total LAB, total acid, pH, antioxidant activity, viscosity, sensory hedonic test on texture and sensory scoring test on texture and taste. The edamame yogurt with 15% soursop juice had the best characteristics with the following characteristics: total LAB 1.01 x 1011 CFU/ml, total acid 0.86%, viscosity 310 cP, antioxidant activity 35.47%, pH 3.72 and the sensory properties of neutral scents, neutral appearance, a rather thick texture, a rather like taste, a slightly sour taste and a rather like overall reception. Keywords: edamame yogurt, soursop juice, antioxidant activity


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 82-92
Author(s):  
Ardiyaningsih Puji Lestari ◽  
Sosiawan Nusifera ◽  
Akmal Akmal

Lahan pertanaman kedelai di Provinsi Jambi umumnya berupa tanah podsolik merah kuning yang kering dan rendah unsur hara sehingga kurang cocok untuk tanaman kedelai. Dilihat dari kondisi yang ada, maka perlu dilakukan intensifikasi lahan diantaranya melalui pemupukan. Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik fermentasi padat merupakan solusi yang ditawarkan. Alasan penggunaan pupuk organik fermentasi padat karena merupakan pemanfaatan limbah, ramah lingkungan dan dapat digunakan sebagai subtitutor pupuk anorganik. Pelaksanaan penelitian dilakukan di lokasi Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mendalo Indah Kabupaten Muaro Jambi. Benih kedelai yang dipakai adalah Varietas Anjasmoro, Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 1 faktor yaitu pupuk organik fermentasi padat dengan 5 taraf, yaitu : F0 = 0, F1 = 5 ton/ha, F2 = 10 ton/ha, F3 = 15 ton/ha dan F4 = 20 ton/ha. Ukuran petak percobaan 3 m x 2 m dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm. Peubah yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas tinggi tanaman, jumlah bintil, jumlah bintil efektif, , bobot kering akar, bobot kering tajuk, Jumlah cabang primer, jumlah polong, jumlah polong berisi, bobot 100 biji dan hasil. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, maka data dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam, dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan digunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf α = 5%. Data penunjang dari penelitian ini meliputi analisis N,P,K dan pH tanah sebelum penelitian serta data suhu, kelembaban dan curah hujan selama percobaan. Melalui penelitian ini didapat (1) Tanaman kedelai memberikan respon yang positif terhadap pemberian pupuk organik fermentasi padat, (2) dosis kompos yang efektif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.adalah 10 ton ha-1 dan (3). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengkayaan bahan ajar serta memberikan informasi bagi peningkatan program pengoptimalan pemanfaatan lahan kering marginal di Indonesia umumnya dan lahan kering marginal di Provinsi Jambi khususnya.


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 11
Author(s):  
Eko Wahono ◽  
Munifatul Izzati ◽  
Sarjana Parman

Produksi kedelai di Indonesia mengalami penurunan karena kondisi cuaca yang tidak menentu, maka perlu dilakukan penanaman kedelai yang toleran terhadap cekaman kekeringan untuk mengatasi permasalahan ini. Kedelai melakukan adaptasi cekaman kekeringan dengan cara mengakumulasi prolin untuk melindungi sel dari kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kandungan prolin pada tanaman kedelai varietas Wilis dan Grobogan. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Gombel Lama dan di Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FSM Undip. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, 2 faktor yaitu tingkat ketersediaan air dan varietas dengan 6 perlakuan dan 3 pengulangan. Analisis data menggunakan Analisis of Variance (Anova) dilanjutkan uji beda nyata Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikasi 95%. Parameter yang diamati adalah kandungan Prolin dan pertumbuhan (tinggi tanaman, berat basah dan kering tajuk, berat basah dan kering akar). Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketersediaan air berpengaruh terhadap kandungan prolin dan pertumbuhan. Ketersediaan air terendah menghasilkan kandungan prolin tertinggi, yaitu pada varietas Grobogan sebesar 2,15 µmol/gr dan Wilis 2,30 µmol/gr. Varietas tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan prolin dan pertumbuhan tanaman kedelai, tetapi berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun trifoliat. Varietas Grobogan lebih unggul terhadap cekaman kekeringan dibandingkan Wilis dilihat dari tinggi tanaman dan jumlah daun trifoliat.Kata kunci :  prolin, ketersediaan air, kedelai, Glycine max


Menara Ilmu ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
Author(s):  
A. Haitami ◽  
Elfi Indrawanis ◽  
Chairil Ezward ◽  
Wahyudi Wahyudi

Penelitian di lakukan untuk mengetahui tampilan agronomi pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) di tanah ultisol Kabupaten Kuantan Singingi. Penanaman kedelai pada tanah ultisol merupakan salah satu upaya peningkatan produksi tanaman kedelai pada lahan kering. Luas lahan ultisol di kabupaten Kuantan Singingi yang berpotensi dalam meningkatkan produksi kedelai dan penggunaan benih kedelai varietas unggul. Penelitian dilaksanakan di Kebun BBU Sentajo Kecamatan Sentajo Kabupaten Kuantan Singingi selama 4 bulan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan dan 3 kelompok, sehingga didapatkan 18 unit satuan percobaan. Enam Tampilan Varietas adalah Derap 1, Anjasmoro, Detap 1, Dering 1, Grobogan dan Dega 1. Hasil penelitian diuji secara statistik dengan menggunakan program SAS versi 9.0. Memberikan pengaruh nyata. Berdasarkan hasil uji lanjut dengan Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %, maka pada paremeter persentase tumbuh varietas kedelai, tinggi tanaman umur 14, 28 dan 42 HST, umur muncul bunga, berat 100 biji, dan jumlah polong berpengaruh nyata, sedangkan parameter berat polong dan berat biji tidak berpengaruh nyata.


2021 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 213-221
Author(s):  
Rosa Abidin ◽  
Rina Mariana ◽  
Teti Setiawati

The parts of the starfruit plant, namely the leaves and fruit of the starfruit, have the potential to be made into a functional drink. Efforts that have been developed to use the leaves and fruit of starfruit are herbal medicine. This study aims to determine the chemical properties (antioxidant capacity and tannin content), physical properties (color) and differences in the selling price of the herbal medicine for starfruit leaves with different leaf and fruit ratios. The research design used was a completely randomized design (CRD) with a factor of different ratios between leaves and fruit with two repetitions. Data were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance). If there are differences, then proceed with the Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the highest antioxidant capacity and tannin content of starfruit leaves were found in the ratio of 80 percent: 20 percent herbal medicine. The highest color brightness (L) is found in the herbal ratio 60 percent: 40 percent. The redness color (a -) is in the ratio 80 percent: 20 percent and the yellow color (b +) is the highest in the ratio of 60 percent: 40 percent herbal medicine. Bagian tanaman belimbing wuluh yaitu daun dan buah belimbing wuluh sangat berpotensi untuk dibuat minuman fungsional. Upaya yang dikembangkan untuk pemanfaatan daun dan buah belimbing wuluh adalah sebagai jamu. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sifat kimia (kapasitas antioksidan dan kadar tanin), sifat fisik (warna) dan perbedaan harga jual jamu daun belimbing wuluh dengan rasio daun dan buah yang berbeda. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor yaitu rasio yang berbeda antara daun dan buah dengan dua kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance). Jika terdapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan dan kadar tanin jamu daun belimbing wuluh tertinggi terdapat pada rasio jamu 80 persen: 20 persen. Kecerahan warna (L) tertinggi terdapat pada rasio jamu 60 persen: 40 persen. Warna kemerahan (a+) terdapat pada rasio 80 persen: 20 persen dan warna kuning (b+) tertinggi terdapat pada rasio jamu 60 persen: 40 persen.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 74
Author(s):  
Safitra Safitra ◽  
Asnani Asnani ◽  
Sri Rejeki

Chemical characteristics of Silage Flour from Tuna Fish Waste (Thunnus sp.) with cornflour additionABSTRACT         The purpose of this study was to determine the chemical characteristics and the effect of the addition of cornflour to tuna waste silage flour.  This study used a Completely Randomized Design (CRD) consisting of four treatments, namely TS1 (5% addition to corn flour), TS2 (10% adding corn flour), TS3 (15% adding corn flour), TS4 (20% adding cornflour)  ) and repeat three times.  Data from observations were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at a level of 95%, if there is a real difference (P> 0.05) then a further test was performed with a DMRT (Duncan Multiple Range Test) tests at a 95% level.  The results showed that the effect of adding cornflour to fish waste silage flour had a significant effect on the chemical content test value.  The results of the chemical test of the silage flour show water content between 10.4% -8.4%, ash content of 24.2% -7.9%, protein content of 47.5% -43.3%, and fat content of 4.6  % -2.1%. Keywords: Silage flour, tuna waste (Thunnus sp.), Cornflour and proximate composition.ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kimia  dan pengaruh penambahan tepung jagung pada tepung silase limbah ikan tuna. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan yaitu perlakuan TS1 (5% penambahan tepung Jagung), TS2 (10% penambahan tepung jagung), TS3   (15% penambahan tepung jagung), TS4 (20% penambahan tepung jagung) dan ulangan sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf  95%, apabila terdapat beda nyata (P>0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 95%. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh penambahan tepung jagung pada tepung silase limbah ikan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai uji kandungan kimia. Hasil uji kandungan kimia tepung silase menunjukkan kadar air antara 10,4%-8,4%, kadar abu 24,2%-7,9%, kadar protein 47,5%-43,3%, dan kadar lemak 4,6%-2,1%.Kata kunci: Tepung silase, limbah ikan tuna (Thunnus sp.), tepung jagung serta komposisi proksimat


2016 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 69
Author(s):  
Aprilian Adi Nugroho ◽  
Sri Sumarsih ◽  
Bambang Sulistiyanto

ABSTRAK. Penelitian efek penambahan bentonit dalam proses pelleting terhadap total bakteri dan total fungi dari produk pellet limbah penetasan sebagai bahan pakan alternatif, telah dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Penambahan bentonit pada proses pelleting diharapkan mengurangi total bakteri dan total fungi pada pellet olahan limbah penetasan, sehingga aman digunakan sebagai bahan pakan alternatif. Pada penelitian ini limbah penetasan yang berupa cangkang telur, telur infertile, telur gagal menetas, serta DOC afkir dan mati dihancurkan, dicampur dengan bentonit dan dibuat pellet, untuk kemudian dianalisis kandungan total bakteri dan total fungi pada produk pellet. Perlakuan bentonit dilakukan dengan aras 0, 2, 4 dan 6% (B/B). Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 5 ulangan. Data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa pemberian bentonit dari berbagai level berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Pemberian bentonit pada tingkat tertinggi (6%) mampu menekan total bakteri dan total fungi pada kisaran 105 cfu/g. Disimpulkan bahwa bentonit mampu menekan kandungan total bakteri dan total fungi pada produk pellet limbah penetasan. (Numbers of total bacteria and total fungi of hatchery waste pellets that made by adding bentonite) ABSTRACT. A Research about the effect of bentonite addition in the pelletizing process on total bacteria and total fungi of pellet product of hatchery waste as an alternative feedstuff, was done at Feed Technology Laboratory, Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University. The addition of bentonite was expected to reduce the number of bacteria and fungi in the pellet product of hatchery waste, therefore, it could be used safely as an alternative feedstuff. In this experiment, the hatchery waste in the forms of eggshell, infertile eggs, un-hatched eggs, dead and culled DOC were blended, mixed with bentonite and pelleted,and then the number of total bacteria and total fungi of pellet was analyzed. The treatment was carried out with the level of bentonite i.e. 0, 2, 4 and 6% (w/w). Completely randomized design (CRD)was applied by 4 treatments and 5 replications of each. Data analyzed by analysis of variance (ANOVA), and followed by Duncan multiple range test (DMRT) to determine differences among the treatments. The results showed that administration of bentonite at various levels significantly affect the number of bacteria and fungi in the hatchery waste pellets (P <0.01). Administration of bentonite at the level of 6% shows the highest value on suppressing the content of total bacteria as well as fungi up to the range of total content 105cfu/g. In conclusion, the bentonite was able to suppress the total amount of bacteria and total fungi in the hatchery waste pellets.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document