scholarly journals Implementasi TVoIP Menggunakan Komunikasi WLAN Untuk Smartphone Android

Author(s):  
Indrasto Jati P ◽  
S.El Yumin

TV over IP merupakan salah satu aplikasi komunikasi multimedia yang memanfaatkan prosesstreaming dalam pengiriman paket-paket data videonya melalui jaringan Internet Protokol (IP). Karenaditerapkan pada jaringan yang berbasis IP, maka akan menggunakan transmisi secara real time yang dapatdibroadcast melalui wireless LAN. Smartphone android akan memberikan manfaat yang lebih karena sudahdilengkapi dengan perangkat wireless. Dalam makalah ini dibahas perancangan server TV over IP denganmenggunakan USB TV tuner untuk menangkap siaran televisi. Untuk membroadcast siaran televisi digunakanperangkat access point melalui jaringan wireless LAN. Pengguna smartphone android yang mempunyaiperangkat wirelss dapat mengakses siaran televisi yang dibroadcast oleh server. Dari implementasi yang telahdilakukan akan dianalisa kualitas layanan streaming atau Quality of Services (QoS) berupa throughput, delay,jitter, dan packet loss. Analisis perencanaan penambahan user dengan simulasi penambahan background trafficdan perencanaan jarak yang semakin jauh dari server akan menurunkan kualitas layanan. Nilai througput akanberbanding terbalik dengan packet loss, tetapi pada pengujian yang dilakukan nilai jitter tidak stabil karenaberpengaruh dari interval delay yang tidak teratur pada paket yang diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwasemakin banyak user yang mengakses streaming server maka nilai kualitas layanan akan semakin menurunkarena bandwidth akan semakin kecil yang disebabkan oleh padatnya traffic pada wireless LAN. Denganperancangan TV over IP ini dapat mempermudah bagi pengguna perangkat yang mempunyai wireless sepertismartphone android untuk meengakses siaran televisi lokal di dalam area jangkauan wireless. Dengan layananTV yang berbasis IP akan menghasilkan gambar yang lebih interaktif. Karena merupakan layanan streamingmaka TV over IP rentan dengan kebutuhan bandwidth dengan jumlah kenaikan user dan juga padaperancangan wireless terbatas pada jarak tertentu.

Author(s):  
Alexander Olave ◽  
Luis Felipe Valencia ◽  
Juan Carlos Cuéllar

Resumen Voz sobre IP, VoIP, es uno de los servicios con mayor desarrollo bajo plataformas inalámbricas; actualmente se ha iniciado su implementación como alternativa frente a la PSTN (red pública conmutada). El interés por VoIP radica en su relación costo-beneficio, ya que las organizaciones pueden utilizar la misma plataforma de su red de datos para transmitir voz. Por lo anterior, es importante que la organización tenga claro que, para garantizar el buen funcionamiento del servicio de VoIP, es decir para ofrecer QoS, se debe realizar la medición de parámetros que afectan la calidad del servicio como lo son: el retardo, la variación del retardo, el ancho de banda y la pérdida de paquetes. Este artículo analiza y valida los parámetros de QoS necesarios para garantizar el buen funcionamiento del servicio de VoIP sobre la red inalámbrica del campus de la Universidad Icesi. Se realizan pruebas en diferentes escenarios para mostrar que no solo factores como el retardo, y su variación, influyen en la calidad de servicio, sino que también la intensidad de la señal que recibe el cliente desde los puntos de acceso.Palabras Clave: Voz sobre IP, Calidad de servicio, Pérdida de paquetes, Retardo, Variación del Retardo, Intensidad de Señal. Abstract VoIP is one of the services that has been developing over under this type of wireless platforms and today has begun to implement as an alternative to the PSTN (Public Switched Telephone Network). The interest in VoIP is its cost-benefit ratio, and that organizations can use the same platform for their data network to transmit voice. Therefore it is important that the organization is clear that to ensure the smooth operation of the VoIP service, ie provide QoS, you must perform the measurement of parameters that affect the quality of service such as: delay, jitter, bandwidth, packet loss. In this paper we analyze and validate the QoS parameters needed to ensure the smooth operation of VoIP over wireless network on the Icesi University campus. We performed a series of tests in different scenarios to show that not only factors such as delay and jitter influencing the quality of service, but also the client signal strength received from of the AP (Access Point).Keywords: Voice over IP, Quality of service, Packet Loss, Delay, Delay variation, signal intensity.


Author(s):  
Hendrik Kusbandono ◽  
Eva Mirza Syafitri

Teknologi <em>Wireless</em> LAN difungsikan untuk memfasilitasi kemudahan untuk koneksi jaringan, tidak lain termasuk jaringan internet. Manajemen <em>bandwidth</em> merupakan mengalokasikan suatu <em>bandwidth</em> yang berfungsi untuk mendukung kebutuhan atau keperluan suatu jaringan internet agar memberikan jaminan kualitas layanan suatu jaringan QoS (<em>Quality of Services</em>). Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas layanan dan kinerja jaringan <em>Wireless</em> LAN (WLAN), serta mengoptimalkan pembagian <em>bandwidth</em> secara merata ke sejumlah <em>client</em> yang aktif. Metode penelitian ini adalah penerapan <em>Quality </em><em>of Service</em> (QoS) yang digunakan untuk mengukur kualitas <em>b</em><em>andwidth</em> internet yang berjalan pada Wireless LAN dengan parameter <em>download</em>, <em>upload</em>, <em>throughput</em>, <em>delay</em>, <em>jitter</em>, dan <em>packet loss</em><em> </em>dan manajemen <em>bandwidth</em> dengan PCQ (<em>Per Connection Queue</em>). Hasil penelitian ini adalah pada rentang waktu 08.00 s/d 16.00 WIB quota IP Address dinamis habis, sehingga tidak dapat mengkoneksikan ke hotspot PNM-MHS. Menunjukkan rata-rata nilai sebelum dilakukan manajemen <em>bandwidth </em>metode PCQ pada <em>throughput</em> adalah 374,98 Kbps, nilai <em>delay</em> adalah 40,16 ms dengan kategori latensi “Sangat Bagus”, nilai <em>jitter</em> adalah 99,43 ms dengan kategori degradasi “Sedang”, nilai <em>packet loss</em> adalah 23,94 % dengan kategori degredasi “Sedang”. Sedangkan setelah melakukan manajemen <em>bandwidth </em>nilai <em>throughput</em> adalah 362,56 Kbps, nilai <em>delay</em> adalah 29,84 ms dengan kategori latensi “Sangat Bagus”, nilai <em>jitter</em> adalah 55,53 ms dengan kategori degradasi “Bagus”, nilai <em>packet loss</em> adalah 14,29 % dengan kategori degredasi “Bagus”. Manajemen <em>bandwidth </em>metode PCQ bekerja dengan sebuah algoritma yang akan membagi <em>bandwidth</em> secara merata ke sejumlah client yang aktif. PCQ ideal diterapkan apabila dalam pengaturan <em>bandwidth</em> kesulitan dalam penentuan <em>bandwidth</em> per client.


2013 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Said Atamimi

Video streaming adalah aplikasi yang dapat melayani kebutuhan user akan data yang bersifat real time. Dengan adanya teknologi wireless LAN, user akan semakin dimudahkan dalam mengakses informasi seperti video streaming kapan saja dan di lokasi mana saja.Penelitian ini ditujukan agar dapat memperlihatkan hasil video streaming dari beberapa lokasi dalam lingkungan kantor Indosat. Dalam percobaan ini menggunakan beberapa perangkat antara lain satu buah server streaming, satu klien yang menggunakan laptop dan AP yang memang sudah ada dalam jaringan LAN Indosat serta skenario lokasi yang telah ditentukan sebagai tempat pengambilan data. Kemudian dilanjutkan pada tahap pengamatan sistem dengan melakukan peng-capture-an paket untuk mendapatkan data berupa throughput, delay, jitter, dan packet loss ratio dari tiap-tiap lokasi yang telah ditentukan.Hasil Penelitian ini, dengan adanya perbedaan lokasi mengakibatkan perbedaan dari kualitas video streaming berdasarkan parameter- parameter yang telah didapat pada percobaan.Kata Kunci : video streaming, wireless LAN, user, coverage


2018 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 51
Author(s):  
George Kokkonis ◽  
Kostas Psannis ◽  
Sotirios Kontogiannis ◽  
Petros Nicopolitidis ◽  
Manos Roumeliotis ◽  
...  

Real-time transferring of the haptic sense over the Internet is quite a challenging task. This paper outlines the proposed protocols for transferring haptic streams over the Internet. Moreover, it describes the Quality of Service requirements that a network has to fulfill in order to successfully use haptic interfaces with high update rates over the Internet. Extensive simulations and experiments for the performance evaluation of transport protocols for real-time transferring haptic data are carried out. Complements between simulation and real world experiments are discussed. The metrics that are measured for the performance evaluation are delay, jitter, throughput, efficiency, packet loss and one proposed by the authors, packet arrival deviation. The simulation tests reveal which protocols could be used for the transfer of real-time haptic data over the Internet.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Putu Dhiko Pradnyana ◽  
D.M. Wiharta ◽  
N.P. Sastra

The main changes in the telecommunication during these present days come mainly from wired technology to wireless technology. The Wireless LAN (WLAN) configuration consists of an access point, connected to users using air medium. The postgraduate building of Universitas Udayana has been equipped with a wireless network, supporting the study activities within the building. This research explains regarding the signal level quality and the Quality of Service (QoS) by analyzing the Wi-Fi coverage. The measurements were divided into two models, with and without barriers. The highest result comes to -42 dBm, conversely, the lowest is -82 dBm. Thus, the results show that the throughput value is 3.97 Mbps. Within the maximum bandwidth of 10 Mbps, the average packet-loss is not more than 3%. The delay measurement provides a result of not more than 100 ms, and the jitter obtained is 0.04. According to the digital floor plan, the calculation results of the coverage area match the signal level measurement.


2015 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 84-96
Author(s):  
Junaedi Adi Prasetyo

In this article, the implementation of wirelessVoIP at State Polytechnic of Malang uses microtic management with the aim of knowing the QoS (Quality of Services) performance between systems without microtic management and systems using microtic management. In the implementation of this system, two tests were carried out, namely QoS testing when without proxy management and when using proxy management. From the two tests, the performance will be compared by doing data compilation using the VQ manager software. The QoS parameters to be taken are delay, jitter, packet loss and throughput. From the measurement it is known that when the VoIP server serves <= 3 calls simultaneously, the MOS value between the managed system (MOS = 3.7) and the system without management (MOS = 3.7) is almost the same because the value of delay and packet loss in the system without management and systems with management did not differ much, namely 107 ms and 83 ms, and the packet loss value was the same, namely 5%. And when serving> 3 simultaneous calls, there is a difference of 0.18 from the MOS value between the managed system (MOS = 3.48) and a system without management (MOS = 3.3) with a value of delay and packet loss for systems without management and systems with management, namely 527 ms and 340 ms, and the packet loss values ??were the same, namely 8% and 7.2%.


Author(s):  
Muhammad Helmi Sukoco ◽  
Gunawan Wibisono ◽  
Kukuh Nugroho

Kabel listrik berfungsi untuk menyalurkan energi listrik ke peralatan listrik yang sering digunakan di kehidupan sehari – hari. Namun dalam pemanfaatannya kurang maksimal karena hanya digunakan sebagai penghantar arus listrik saja, padahal dapat digunakan sebagai Komunikasi data antar perangkat seperti komputer, handphone dan perangkat mobile lainnya. Teknologi yang menerapkan sistem dimana memanfaatkan kabel listrik sebagai Komunikasi data yang biasa disebut dengan Power Line Communication (PLC). Dalam penelitian ini dilakukan Implementasi sistem PLC dalam membangun sebuah jaringan menggunakan media kabel listrik untuk menghubungkan beberapa perangkat jaringan tanpa memerlukan instalasi baru karena jalur yang digunakan sudah terdistribusi di setiap tempat menggunakan perangkat powerline, serta menggunakan perangkat jaringan yang terhubung secara wireless ke perangkat mobile pada Jaringan wireless LAN (WLAN). Sistem PLC diterapkan pada tiga kali Pengujian, diantaranya membandingkan sistem PLC dengan tanpa sistem PLC, diterapkan berdasarkan jarak serta berdasarkan beban listrik yang diterapkan. Tiga Pengujian yang dilakukan dilihat berdasarkan parameter Quality of Service (QoS) seperti throughput, delay, jitter dan packet loss. Pada pengujian antara sistem PLC menghasilkan kinerja QoS lebih baik dibandingkan tanpa PLC, kemudian untuk pengujian bedasarkan jarak menghasilkan QoS yang baik walaupun cenderung konstan serta pengujian berdasarkan beban listrik menghasilkan QoS yang baik meskipun cenderung konstan.


Sensors ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (17) ◽  
pp. 5763
Author(s):  
Mohammed Amin Lamri ◽  
Albert Abilov ◽  
Danil Vasiliev ◽  
Irina Kaisina ◽  
Anatoli Nistyuk

Because of the specific characteristics of Unmanned Aerial Vehicle (UAV) networks and real-time applications, the trade-off between delay and reliability imposes problems for streaming video. Buffer management and drop packets policies play a critical role in the final quality of the video received by the end station. In this paper, we present a reactive buffer management algorithm, called Multi-Source Application Layer Automatic Repeat Request (MS-AL-ARQ), for a real-time non-interactive video streaming system installed on a standalone UAV network. This algorithm implements a selective-repeat ARQ model for a multi-source download scenario using a shared buffer for packet reordering, packet recovery, and measurement of Quality of Service (QoS) metrics (packet loss rate, delay and, delay jitter). The proposed algorithm MS-AL-ARQ will be injected on the application layer to alleviate packet loss due to wireless interference and collision while the destination node (base station) receives video data in real-time from different transmitters at the same time. Moreover, it will identify and detect packet loss events for each data flow and send Negative-Acknowledgments (NACKs) if packets were lost. Additionally, the one-way packet delay, jitter, and packet loss ratio will be calculated for each data flow to investigate the performances of the algorithm for different numbers of nodes under different network conditions. We show that the presented algorithm improves the QoS of the video data received under the worst network connection conditions. Furthermore, some congestion issues during deep analyses of the algorithm’s performances have been identified and explained.


2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 9-15
Author(s):  
Richard Alvianto ◽  
Samuel Hutagalung ◽  
Franciscus Ati Halim

Pada beberapa tahun terakhir, angka dari pengguna Voice Over Internet Protocol (VoIP) terus meningkat, dengan teknologi VoIP yang berkomunikasi melalui satu medium dalam jaringan. Hal ini tentu menimbulkan beberapa dampak terhadap VoIP seperti penggunaan bandwidth tidak terbagi dengan rata sesuai dengan kebutuhan masing-masing paket, dengan tuntutan VoIP yang membutuhkan delay, jitter, packet loss yang seminimal mungkin, untuk menjamin kualitas suara dan memberikan kenyamanan kepada pengguna VoIP. Pada penelitian ini dengan mekanisme Quality of Service (QoS) untuk memberikan prioritas terhadap protokol Real-time Transport Protocol (RTP) dan Session Initiation Protocol (SIP) dalam jaringan dirancang supaya kualitas VoIP tetap terjaga dan menghindari terjadi kemacetan terhadap paket RTP maupun SIP dalam proses antrian dalam jaringan. Analisis dalam penelitian ini dilakukan implementasikan pada emulator mininet dan diuji dengan beberapa parameter QoS, pada skenario mengujian jaringan tersebut dialiri paket dengan kecepatan 100 Mbps untuk menciptakan kondisi trafik yang padat dalam jaringan tersebut dan secara bersamaan dialiri juga trafik RTP, SIP dan data yang merupakan paket yang akan diukur nilai dari delay, jitter, packet loss. Hasil pengukuran dalam jaringan setelah diterapkan QoS menunjukan nilai dari delay, jitter, packet loss dapat berkurang dan juga memenuhi standar ITU-T G.1010 sehingga trafik VoIP dapat terjaga stabilitas dalam jaringan dan pengguna juga merasa nyaman, sedangkan pada kondisi jaringan tidak menerapkan QoS, trafik VoIP memperoleh nilai delay, jitter, packet loss yang cukup tinggi dan juga tidak memenuhi standar dari ITU-T G.1010 menyebabkan pengguna VoIP akan terganggu dengan keterlambatan dan terbuang paket VoIP yang membuat suara yang hilang dalam sebuah percakapan.


2016 ◽  
Vol 15 (01) ◽  
pp. 17-26
Author(s):  
Suryo Aji Tanoyo ◽  
Eva Yovita Dwi Utami ◽  
Eva Yovita Dwi Utami

Jaringan komputer yang diimplementasikan di dalam suatu perkantoran yang lebih banyak dimanfaatkan untuk layanan data dapat dioptimalkan dengan penambahan layanan voice berbasis IP. Voice over Internet Protocol (VoIP) menghemat resource jaringan dibandingkan dengan PSTN (Public Switched telephone Network). Namun demikian implementasi VoIP harus memperhatikan kualitas layanan atau Qualitiy of Service (QoS). Parameter kualitas layanan VoIP antara lain throughput, delay, jitter, dan packet loss. Teknologi VoIP telah dikembangkan dengan menciptakan berbagai macam protocol seperti SIP, H.323, MGCP dan codec seperti G.711, G.723.1, G.726, G.728, G.729 dengantujuan untuk memperbaiki kualitas layanan VoIP. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja QoS dengan membandingkan variasi codec G.711, G.723.1 dan G.726 pada sebuah rancangan jaringan VoIP berbasis SIP di gedung FEB-UKSW, dengan parameter QoS adalah Throughput, delay, packet loss, jitter. Komunikasi VoIP yang dilakukan terdiri atas komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal mencakup simulasi komunikasi hardphone ke PC. Komunikasi eksternal mencakup simulasi hardphone ke PC eksternal. Dari hasil penelitian, secara umum didapatkan bahwa codec G.711 memiliki kualitas paling baik untuk simulasi komunikasi internal ataupun eksternal dengan menghasilkan rata-rata delay, jitter, packet loss paling rendah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document