scholarly journals Description of Food Comsumption Patterns in Pregnant Women in the Coastal Area of Kendari City

MEDULA ◽  
2019 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Juminten Saimin ◽  
Ade Rizky Amalia ◽  
Amalia Nur Azizah ◽  
Muhammad Faisal ◽  
Defa Agripratama Ali

ABSTRAKKebutuhan gizi ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya umur kehamilan. Pemenuhanasupan gizi dan  pola  makanan  yang  tepat berperan  penting  terhadap  kesehatan  ibu dan  janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan   pada ibu hamil didaerah pesisir Kota Kendari. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode cross-sectional.  Pengambilan sampel secara consecutive sampling yang dilakukan pada ibu hamil trimester ketiga di daerah pesisir Kota Kendari pada bulan September-Desember 2016. Data diambil menggunakan  food  frequency  questionaire  (FFQ)  pada  50  responden  ibu  hamil.  Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa makanan yang tersering dikonsumsi adalah nasi (100%) dan ikan segar (94%). Sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah bayam (52%). Makanan yang jarang dikonsumsi adalah ikan asin (34%). Sebagian besar responden tidak pernah mengkonsumsi kerang (98%). Sumber karbohidrat yang tersering dikonsumsi adalah nasi (100%) dengan skor 50, sumber protein tersering adalah ikan segar (94%) dengan skor 46,5 dan sayuran tersering adalah bayam (52%) dengan skor 31,8.Simpulan: Ibu hamil di daerah pesisir Kota  Kendari mempunyai pola  konsumsi makanan yang banyak dari sumber karbohidrat dan protein, serta sayuran. Perlu senantiasa dilakukan penyuluhanpemenuhan gizi seimbang dan variasi makanan dari bahan makanan lokal. Kata kunci: daerah pesisir, food frequency questionnaire, ibu hamil, pola konsumsi

2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 164-171
Author(s):  
Fransisca Natalia Bintang ◽  
Fillah Fithra Dieny ◽  
Binar Panunggal

Latar belakang: Remaja yang berprofesi sebagai model sering merasa takut jika mengalami kenaikan berat badan memiliki kecenderungan membatasi asupan makan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan makan dan anemia. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di Modelling School.Metode: Penelitian observasional dengan desain cross-sectional melibatkan 55 remaja putri berumur 12-19 tahun yang dipilih secara consecutive sampling dan dilakukan di Sekolah Model Semarang. Kadar hemoglobin (Hb) diukur dengan metode Cyanmethemoglobin, gangguan makan menggunakan kuesioner Eating Disorder Diagnostic Scale (EDDS), dan kualitas diet diukur dengan formulir food frequency questionnaire (FFQ), kemudian dihitung skor kualitas dietnya menggunakan panduan Diet Quality Index International (DQI-I). Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Subjek yang mengalami anemia sebanyak 25 orang (45,5%). Gangguan makan ditemukan pada 29 subjek (52,7%) dengan 11 orang mengalami bulimia nervosa. Persentase remaja putri (63,6%) yang memiliki kualitas diet rendah pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan remaja (36,4%) yang memiliki kualitas diet tinggi. Hasil menunjukkan subjek (41,4%) yang anemia juga mengalami gangguan makan (p=0,243), dan subjek (45,7%) yang anemia memiliki kualitas diet yang rendah (p=0,959). Kualitas diet rendah (65,5%) ditemukan lebih banyak pada kelompok yang mengalami gangguan makan (p=0,866). Simpulan: Tidak ada hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di modelling school (p > 0,05)


2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Bezaliel R. Narasiang ◽  
Nelly Mayulu ◽  
Shirley Kawengian

Abstract: Pregnancy is a critical time or a golden period of the brief human growth and development time, a part of the Window of Opportunity, which affects the maternal and fetal health. Throughout the first phase of pregnancy, pregnant women need more food intake, accurate eating pattern, and also a balanced macronutrient intake. An adequate intake of food is very important to support the physical health and development of fetal mental health also decrease the risk of pregnancy complications. This study was aimed to obtain the description of food consumption pattern in pregnant women in Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design using Food Frequency Questionnaire (FFQ) to obtain data of pregnant women in 5 public health centers in Manado from September to October 2016. Based on the FFQ data given by 181 respondents, the consumption of pregnant women in Manado was as follows: carbohydrate 159.97g/day, protein 79.15g/day, and fat 124.74g/ day. The most common foods consumed by the pregnant women were rice (carbohydrate), saltwater fish (protein), and coconut oil (fat). Meanwhile, chicken was rarely consumed (81.22%) and eel was never consumed (100%). Conclusion: Pregnant women in Manado had a food pattern that was lack in carbohydrate and high in fat according to pregnant women Recommended Dietary Allowances (RDA) in Indonesia.Keywords: pregnant women, food pattern, food frequency questionnaire Abstrak: Kehamilan merupakan masa kritis atau masa emas tumbuh kembang manusia yang singkat, bagian dari Window of Opportunity, yang memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Sepanjang tahap awal kehamilan, ibu hamil membutuhkan konsumsi makanan yang lebih dari semula, pola makanan yang tepat, juga asupan makronutrien yang seimbang. Pola asupan makanan yang adekuat sangat penting untuk menunjang kesehatan fisik, perkembangan mental janin, dan menurunkan komplikasi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum pola konsumsi makanan pada ibu hamil di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ) pada ibu hamil di 5 puskesmas di Kota Manado selama bulan September-Oktober 2016. Berdasarkan perolehan data FFQ dari 181 responden, didapatkan bahwa konsumsi karbohidrat ibu hamil di Kota Manado sebanyak 159,97gr/hari, protein sebanyak 79,15gr/hari, dan lemak sebanyak 124,74gr/hari. Makanan tersering dan terbanyak yang dikonsumsi ialah beras (karbohidrat), ikan air laut (protein), dan minyak kelapa (lemak). Ayam merupakan makanan yang jarang dikonsumsi (81,22%) dan belut merupakan makanan yang tidak pernah dikonsumsi ibu hamil (100%). Simpulan: Ibu hamil di Kota Manado memiliki pola makan yang rendah karbohidrat dan tinggi lemak berdasarkan AKG ibu hamil di Indonesia. Kata kunci: ibu hamil, pola makan, food frequency questionnaire


2013 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 162-169
Author(s):  
Titis Rakhma Imtihani ◽  
Etika Ratna Noer

Latar Belakang : Salah satu penyebab peningkatan obesitas di kalangan remaja perkotaan adalah adanya peningkatan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Hal ini dikarenakan makanan cepat saji bersifat cepat, mudah, dan menarik untuk remaja serta faktor kenyamanan yang mendukung. Remaja yang mengkonsumsi makanan cepat saji akan mengkonsumsi energi, lemak, dan gula secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan, uang saku, dan peer group serta promosi dan motivasi dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada siswi di SMA Theresiana 1 Semarang. Metode : Studi cross sectional pada 95 siswi kelas X dan XI di SMA Theresiana 1  Semarang. Subjek diambil dengan metode consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Data frekuensi konsumsi makanan cepat saji, pengetahuan, uang saku, dan peer group diperoleh dari pengisian kuisoner, sedangkan data motivasi dan promosi diperoleh dengan FGD (focus group discussion). Data kebiasaan makan sehari-hari diperoleh melalui FFQ (food frequency questionnaire). Uji normalitas menggunakan Kolmogorof-Smirnov. Data berdistribusi tidak normal pengujian menggunakan korelasi Rank spearman. Hasil : Frekuensi konsumsi makanan cepat saji subjek sebagian besar termasuk jarang (1-2x seminggu) yaitu 83,2%. Terdapat korelasi positif antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan uang saku (r = 0,279; p = 0,006). Tidak ditemukan korelasi antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan pengetahuan (r = 0,066; p = 0,527), dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan peer group (r = -0,005; p = 0,958). Informasi mengenai makanan cepat saji sebagian besar subjek dapatkan melalui iklan televisi. Sebagian besar subjek mengkonsumsi makanan cepat saji karena faktor praktis dan ingin mencoba rasanya. Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan jumlah uang saku (p=0,006).


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 44-53
Author(s):  
Prita Ady Rahmadani ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Deny Yudi Fitranti ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti

Latar Belakang: Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat kecemasan dan asupan zat gizi ibu. Salah satu asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu asupan vitamin A.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan asupan vitamin A dan tingkat kecemasan dengan kecukupan produksi ASI.Metode: Desain penelitian cross sectional, dengan jumlah subjek 62 ibu yang menyusui bayi usia 0-5 bulan di wilayah puskesmas Halmahera Kota Semarang menggunakan metode consecutive sampling. Data yang diteliti yaitu asupan vitamin A menggunakan formulir semi quantitative food frequency questionnaire (SQ FFQ), tingkat kecemasan menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), kecukupan produksi ASI menggunakan perubahan berat badan bayi dengan alat BabyScale dan data sekunder yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS). Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik.Hasil: Terdapat 51,6% subyek tidak mengalami kecemasan, 56,5% asupan vitamin A subyek cukup, dan 53,2% subyek memiliki kecukupan produksi ASI yang baik. Sebanyak 63% subyek dengan asupan vitamin A yang kurang memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang, dan sebanyak 66,7% subyek yang mengalami kecemasan memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang. Subyek yang memiliki asupan vitamin A yang kurang berpeluang 1,8 kali memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang, dan subyek yang mengalami kecemasan berpeluang 2,1 kali memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang.Kesimpulan: Asupan vitamin A dan tingkat kecemasan merupakan faktor risiko kecukupan produksi ASI.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 188-196
Author(s):  
Erni Hernawati ◽  
Mirna Arianti

Abstract – In 2015 the Maternal Mortality Rate in Indonesia was 305 / 100,000 live births and preeclampsia is still one of the factors causing maternal mortality in Indonesia, nutrition intake in pregnant women is one of the predisposing factors for the occurrence of preeclampsia. The aim of this research is aims to describe the incidence of preeclampsia based on diet and Adequacy Rate of Nutrition (AKG) in pregnant women at the Kindergarten II Dustira Hospital, Cimahi City in 2019. This study uses a descriptive method with a cross sectional approach. Samples were taken using simple random technique with a sample of 56 respondents. Data were collected using primary data through interviews with pregnant women using a semi-Food Frequency Questionnaire (FFQ) questionnaire and studied with the AKG, and then analyzed using univariate analysis. The results showed that pregnant women with a poor diet, almost half of them had preeclampsia as much as 46.7% and pregnant women who had a low RDA, most of them were preeclampsia as much as 54.2%. The conclusion of this study is that almost half of pregnant women experience preeclampsia and have a low AKG. Suggestion, prevention of preeclampsia is very important, one of which is by improving the diet of pregnant women in accordance with the Guidelines for Balanced Nutrition.   Abstrak – Pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu di Indonesia sebanyak 305/100.000 kelahiran hidup dan preeklampsia masih merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu di Indonesia, asupan nutrisi pada ibu hamil menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian preeklampsia berdasarkan pola makan dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada ibu hamil di Rumah Sakit TK II Dustira Kota Cimahi tahun 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil menggunakan teknik simple random dengan sampel sebanyak 56 responden. Penelitian ini menggunakan data primer melalui wawancara kepada ibu hamil dengan menggunakan kuesioner semi Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan dikaji dengan AKG, dan selanjutnya dianalisa menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pola makan kurang, hampir separuhnya mengalami preeklampsia sebanyak 46,7% dan ibu hamil yang mempunyai AKG yang kurang sebagian besar preeklampsia sebanyak 54.2%. Simpulan dari penelitian ini hampir separuhnya ibu hamil mengalami preeklampsia dan mempunyai AKG yang kurang. Saran, pencegahan preeklampsia sangat penting dilakukan salah satunya dengan memperbaiki pola makan ibu hamil yang sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang.


2019 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 19-29
Author(s):  
Elida Soviana ◽  
Dia Maenasari

Penatalaksanaan terapi pada diabetes melitus ditujukan untuk mengontrol kadar glukosa darah yang dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan tinggi serat dan beban glikemik rendah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara serat dan beban glikemik terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Klinik Jasmine 2 Surakarta. Penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional dan teknik pengambilan subjek secara consecutive sampling sebanyak 40 orang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data asupan serat dan karbohidrat diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan metode Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) satu bulan terakhir dan pengumpulan data kadar glukosa darah puasa menggunakan metode spektrofotometri. Beban glikemik makanan didapatkan dari hasil analisis jumlah gram karbohidrat pada setiap makanan dikalikan dengan indeks glikemik makanan tersebut kemudian dibagi 100. Analisis data menggunakan software SPSS for windows versi 20 dan analisis data dengan uji Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 100% subjek penelitian memiliki asupan serat yang rendah dengan rata-rata asupan serat sebesar 14,33±2,72 gram. Sebanyak 55% subjek penelitian memiliki beban glikemik yang tinggi dengan rata-rata sebesar 121,19±24,29 gram. Persentase subjek penelitian yang memiliki kadar glukosa darah puasa normal dan tinggi masing-masing sebanyak 50% dengan rata-rata kadar glukosa darah puasa sebesar 149,25±25 mg/dL. Hasil uji hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah puasa menunjukkan nilai p= 0,042, sedangkan beban glikemik dengan kadar glukosa darah puasa menunjukkan nilai p= 0,001. Terdapat hubungan antara asupan serat dan beban glikemik terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Klinik Jasmine 2 Surakarta.


2017 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 53-59
Author(s):  
Aurulia Banuar Anggarianti ◽  
Setyaningrum Rahmawaty ◽  
Elida Soviana

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki manfaat sangat berguna, diantaranya dapat menurunkan kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah serta memperkecil risiko serangan jantung pada lansia. Mengetahui hubungan pola konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) terhadap kadar kolesterol pada lansia di Posyandu Aisyiyah Cabang Solo Utara. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan melibatkan 42 lansia yang berusia 46-75 tahun, pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Aisyiyah Cabang Solo Utara Ranting Banyuanyar. Data pola konsumsi ikan yang terdiri dari jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi ikan didapatkan dengan menggunakan semi quantitative food frequency questionnaire dan kadar kolesterol darah lansia didapatkan dengan cara mengambil sampel darah kapiler menggunakan metode electrode-based biosensor. Duapuluh dua (64,7%) responden mengkonsumsi non oily fish, 23 (67,6%) responden memiliki jumlah konsumsi ikan kurang, 29 (85,3%) responden memiliki frekuensi konsumsi ikan baik dan 19 (55,9%) responden memiliki kadar kolesterol tinggi. Hasil uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan jenis konsumsi ikan dengan kadar kolesterol yang memiliki nilai p = 1,00; jumlah konsumsi ikan terhadap kadar kolesterol memiliki nilai p = 0,060 sedangkan untuk frekuensi konsumsi ikan memiliki nilai p =0,201. Konsumsi oily fish dapat menurunkan kadar kolesterol darah walaupun secara statistik tidak terdapat hubungan antara pola konsumsi ikan terhadap kadar kolesterol.


2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 358-363
Author(s):  
Teguh Wicaksono ◽  
Etika Ratna Noer

Latar Belakang : Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi yang sering dialami oleh lansia berkaitan dengan defisiensi asupan protein, folat, vitamin B12, besi, zinc, dan vitamin C. Kejadian anemia pada lansia berdampak terhadap penurunan fungsi kognisi, kinerja fisik, dan peningkatan risiko kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan asupan zat gizi pada lansia anemia dan non anemia.Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional. Subjek penelitian adalah lansia wanita berusia 60 – 70 tahun yang dipilih menggunakan tehnik consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode cyanmethemoglobin. Asupan zat gizi dihitung menggunakan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ).Hasil : Subjek penelitian berjumlah 61 orang. Kelompok anemia berjumlah 13 orang (21,32%) dan kelompok non anemia berjumlah 48 orang (78,68%). Rerata asupan protein, folat, vitamin B12, zinc, dan vitamin C kelompok anemia lebih rendah dibandingkan kelompok non anemia, sedangkan rerata asupan besi kedua kelompok tidak berbeda. Asupan folat dan zinc kedua kelompok tidak terpenuhi. Secara statisitik, asupan protein dan vitamin B12 kedua kelompok menunjukkan perbedaan signifikan (p < 0,05), sedangkan asupan besi, vitamin C, folat, dan zinc  tidak menunjukkan perbedaan signifikan (p > 0,05).Simpulan : Asupan folat dan zinc kedua kelompok tidak terpenuhi. Asupan protein dan vitamin B12 kedua kelompok menunjukkan perbedaan signifikan, sedangkan asupan besi, vitamin C, folat dan zinc tidak menunjukkan perbedaan signifikan.


2014 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 310-316
Author(s):  
Dea Indartanti ◽  
Apoina Kartini

Latar Belakang : Masalah gizi yang biasa dialami remaja salah satunya adalah anemia. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal, yang ditandai dengan lesu, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat, sehingga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi. Metode : Penelitian dilakukan di SMP Negeri 9 Semarang dengan desain penelitian cross-sectional. Subjek 90 remaja putri yang dipilih secara consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode Cyanmethemoglobin, pengukuran berat badan dengan  menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan menggunakan microtoise. Asupan protein, zat besi, vitamin C, vitamin B12 dan folat sebagai variabel perancu diperoleh dengan metode Semi Food Frequency Questionnaire (FFQ) kemudian dihitung dengan nutrisoft. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square kemudian dilanjutkan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.Hasil : Hasil penelitian diperoleh 1,1% subyek memiliki status gizi sangat kurus, 3,3% kurus, 73,3% normal, 15,6% overweight, 6,7% obesitas dan sebanyak 26,7% mengalami anemia. Rerata kadar hemoglobin 12,6 ± 1,29 SD dan rerata nilai z-score berdasarkan IMT/U adalah 0,97 ± 1,18 SD. Dilihat dari asupan diketahui bahwa sebanyak 63,3% siswi yang asupan zat besinya kurang dari kebutuhan, sedangkan asupan protein, vitamin C, vitamin B12 dan folat sebagian besar sudah dalam kategori cukup. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri (p=0,289). Ada hubungan asupan zat besi (p=0,000) dan asupan folat (p=0,006) dengan kejadian anemia. Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik menunjukkan variabel asupan zat besi yang berpengaruh terhadap anemia (p<0,05).Simpulan : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri.


2017 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Aurulia Banuar Anggarianti ◽  
Setyaningrum Rahmawaty ◽  
Elida Soviana

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki manfaat sangat berguna, diantaranya dapat menurunkan kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah serta memperkecil risiko serangan jantung pada lansia. Mengetahui hubungan pola konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) terhadap kadar kolesterol pada lansia di Posyandu Aisyiyah Cabang Solo Utara. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan melibatkan 42 lansia yang berusia 46-75 tahun, pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Aisyiyah Cabang Solo Utara Ranting Banyuanyar. Data pola konsumsi ikan yang terdiri dari jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi ikan didapatkan dengan menggunakan semi quantitative food frequency questionnaire dan kadar kolesterol darah lansia didapatkan dengan cara mengambil sampel darah kapiler menggunakan metode electrode-based biosensor. Duapuluh dua (64,7%) responden mengkonsumsi non oily fish, 23 (67,6%) responden memiliki jumlah konsumsi ikan kurang, 29 (85,3%) responden memiliki frekuensi konsumsi ikan baik dan 19 (55,9%) responden memiliki kadar kolesterol tinggi. Hasil uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan jenis konsumsi ikan dengan kadar kolesterol yang memiliki nilai p = 1,00; jumlah konsumsi ikan terhadap kadar kolesterol memiliki nilai p = 0,060 sedangkan untuk frekuensi konsumsi ikan memiliki nilai p =0,201. Konsumsi oily fish dapat menurunkan kadar kolesterol darah walaupun secara statistik tidak terdapat hubungan antara pola konsumsi ikan terhadap kadar kolesterol.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document