scholarly journals Gambaran pola konsumsi makanan pada ibu hamil di kota Manado

2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Bezaliel R. Narasiang ◽  
Nelly Mayulu ◽  
Shirley Kawengian

Abstract: Pregnancy is a critical time or a golden period of the brief human growth and development time, a part of the Window of Opportunity, which affects the maternal and fetal health. Throughout the first phase of pregnancy, pregnant women need more food intake, accurate eating pattern, and also a balanced macronutrient intake. An adequate intake of food is very important to support the physical health and development of fetal mental health also decrease the risk of pregnancy complications. This study was aimed to obtain the description of food consumption pattern in pregnant women in Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design using Food Frequency Questionnaire (FFQ) to obtain data of pregnant women in 5 public health centers in Manado from September to October 2016. Based on the FFQ data given by 181 respondents, the consumption of pregnant women in Manado was as follows: carbohydrate 159.97g/day, protein 79.15g/day, and fat 124.74g/ day. The most common foods consumed by the pregnant women were rice (carbohydrate), saltwater fish (protein), and coconut oil (fat). Meanwhile, chicken was rarely consumed (81.22%) and eel was never consumed (100%). Conclusion: Pregnant women in Manado had a food pattern that was lack in carbohydrate and high in fat according to pregnant women Recommended Dietary Allowances (RDA) in Indonesia.Keywords: pregnant women, food pattern, food frequency questionnaire Abstrak: Kehamilan merupakan masa kritis atau masa emas tumbuh kembang manusia yang singkat, bagian dari Window of Opportunity, yang memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Sepanjang tahap awal kehamilan, ibu hamil membutuhkan konsumsi makanan yang lebih dari semula, pola makanan yang tepat, juga asupan makronutrien yang seimbang. Pola asupan makanan yang adekuat sangat penting untuk menunjang kesehatan fisik, perkembangan mental janin, dan menurunkan komplikasi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum pola konsumsi makanan pada ibu hamil di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ) pada ibu hamil di 5 puskesmas di Kota Manado selama bulan September-Oktober 2016. Berdasarkan perolehan data FFQ dari 181 responden, didapatkan bahwa konsumsi karbohidrat ibu hamil di Kota Manado sebanyak 159,97gr/hari, protein sebanyak 79,15gr/hari, dan lemak sebanyak 124,74gr/hari. Makanan tersering dan terbanyak yang dikonsumsi ialah beras (karbohidrat), ikan air laut (protein), dan minyak kelapa (lemak). Ayam merupakan makanan yang jarang dikonsumsi (81,22%) dan belut merupakan makanan yang tidak pernah dikonsumsi ibu hamil (100%). Simpulan: Ibu hamil di Kota Manado memiliki pola makan yang rendah karbohidrat dan tinggi lemak berdasarkan AKG ibu hamil di Indonesia. Kata kunci: ibu hamil, pola makan, food frequency questionnaire

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 188-196
Author(s):  
Erni Hernawati ◽  
Mirna Arianti

Abstract – In 2015 the Maternal Mortality Rate in Indonesia was 305 / 100,000 live births and preeclampsia is still one of the factors causing maternal mortality in Indonesia, nutrition intake in pregnant women is one of the predisposing factors for the occurrence of preeclampsia. The aim of this research is aims to describe the incidence of preeclampsia based on diet and Adequacy Rate of Nutrition (AKG) in pregnant women at the Kindergarten II Dustira Hospital, Cimahi City in 2019. This study uses a descriptive method with a cross sectional approach. Samples were taken using simple random technique with a sample of 56 respondents. Data were collected using primary data through interviews with pregnant women using a semi-Food Frequency Questionnaire (FFQ) questionnaire and studied with the AKG, and then analyzed using univariate analysis. The results showed that pregnant women with a poor diet, almost half of them had preeclampsia as much as 46.7% and pregnant women who had a low RDA, most of them were preeclampsia as much as 54.2%. The conclusion of this study is that almost half of pregnant women experience preeclampsia and have a low AKG. Suggestion, prevention of preeclampsia is very important, one of which is by improving the diet of pregnant women in accordance with the Guidelines for Balanced Nutrition.   Abstrak – Pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu di Indonesia sebanyak 305/100.000 kelahiran hidup dan preeklampsia masih merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu di Indonesia, asupan nutrisi pada ibu hamil menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian preeklampsia berdasarkan pola makan dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada ibu hamil di Rumah Sakit TK II Dustira Kota Cimahi tahun 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil menggunakan teknik simple random dengan sampel sebanyak 56 responden. Penelitian ini menggunakan data primer melalui wawancara kepada ibu hamil dengan menggunakan kuesioner semi Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan dikaji dengan AKG, dan selanjutnya dianalisa menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pola makan kurang, hampir separuhnya mengalami preeklampsia sebanyak 46,7% dan ibu hamil yang mempunyai AKG yang kurang sebagian besar preeklampsia sebanyak 54.2%. Simpulan dari penelitian ini hampir separuhnya ibu hamil mengalami preeklampsia dan mempunyai AKG yang kurang. Saran, pencegahan preeklampsia sangat penting dilakukan salah satunya dengan memperbaiki pola makan ibu hamil yang sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang.


MEDULA ◽  
2019 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Juminten Saimin ◽  
Ade Rizky Amalia ◽  
Amalia Nur Azizah ◽  
Muhammad Faisal ◽  
Defa Agripratama Ali

ABSTRAKKebutuhan gizi ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya umur kehamilan. Pemenuhanasupan gizi dan  pola  makanan  yang  tepat berperan  penting  terhadap  kesehatan  ibu dan  janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan   pada ibu hamil didaerah pesisir Kota Kendari. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode cross-sectional.  Pengambilan sampel secara consecutive sampling yang dilakukan pada ibu hamil trimester ketiga di daerah pesisir Kota Kendari pada bulan September-Desember 2016. Data diambil menggunakan  food  frequency  questionaire  (FFQ)  pada  50  responden  ibu  hamil.  Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa makanan yang tersering dikonsumsi adalah nasi (100%) dan ikan segar (94%). Sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah bayam (52%). Makanan yang jarang dikonsumsi adalah ikan asin (34%). Sebagian besar responden tidak pernah mengkonsumsi kerang (98%). Sumber karbohidrat yang tersering dikonsumsi adalah nasi (100%) dengan skor 50, sumber protein tersering adalah ikan segar (94%) dengan skor 46,5 dan sayuran tersering adalah bayam (52%) dengan skor 31,8.Simpulan: Ibu hamil di daerah pesisir Kota  Kendari mempunyai pola  konsumsi makanan yang banyak dari sumber karbohidrat dan protein, serta sayuran. Perlu senantiasa dilakukan penyuluhanpemenuhan gizi seimbang dan variasi makanan dari bahan makanan lokal. Kata kunci: daerah pesisir, food frequency questionnaire, ibu hamil, pola konsumsi


2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Rostika Rostika ◽  
Elis Endang Nikmawati ◽  
Cica Yulia

Beberapa masalah yang berkaitan dengan pola konsumsi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 12-24 bulan yaitu memiliki nafsu makan rendah, suka memilih jenis makanan tertentu, dan tidak ingin makan dalam jumlah banyak sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi bayi. Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh gambaran pola konsumsi MP-ASI yang berkaitan dengan jenis MP-ASI, frekuensi konsumsi MP-ASI dan tingkat kecukupan gizi MP-ASI. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling dengan jumlah responden 60 orang. Instrumen berupa kuesioner penelitian, semiquantitative food frequency questionnaire dan recall 2x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (76,7%) bayi usia 12-24 bulan mengonsumsi jenis makanan sesuai dengan anjuran Kemenkes 2014 yaitu makanan padat berupa nasi dan lauk pauk seperti makanan keluarga. Frekuensi makan pada bayi usia 12-24 bulan di Kelurahan Isola lebih dari setengahnya (65%) bayi mengonsumsi makanan utama sebanyak 3-4 kali/hari dan 71,6% mengonsumsi makanan selingan sebanyak 1-2 kali/hari. Kontribusi zat gizi MP-ASI terhadap pemenuhan AKG diantaranya energi sebesar 58,9%, zat gizi protein sebesar 80,2%. zat gizi lemak sebanyak 43,5%, kontribusi karbohidrat sebesar 69,1%, kecukupan mineral kalsium sebanyak 23,4%, fosfor sebesar 35,7%, zat besi memenuhi 66,4%, vitamin A sebanyak 65,8% dan vitamin C sebesar 58,7%. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memberikan konsumsi MP-ASI kepada bayi usia 12-24 bulan dengan lebih baik lagi


2016 ◽  
Vol 8 (02) ◽  
Author(s):  
Yuli Trisnawati ◽  
Sugi Purwanti ◽  
Misrina Retnowati

ABSTRAKSeribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak terjadinya konsepsi hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut periode emas (golden periode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen (window of opportunity). Ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok  sasaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan 1000 hari pertama manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan serta hubungan antara pengetahuan dan sikapnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 30 ibu hamil. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar pengetahuan responden tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan adalah baik,  dan sebagian besar sikap responden terhadap gizzi 1000 haari pertama kehidupan adalah mendukung. Namun setelah diuji korelasikan tidak terhadap hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap gizi 1000 hari pertama kehidupan, yaitu hasil nilai fisher exact adalah 0,589.Kata Kunci: ibu hamil, pengetahuan, sikap, gizi 1000 hari pertama kehidupan DESCRIPTIVE STUDY OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF PREGNANT WOMEN ON NUTRITION 1000 FIRST DAY OF LIFE IN HEALTH DISTRICT SOKARAJA BANYUMAS ABSTRACTThe first thousand days of life is a period of a thousand days from conception until a child since the age of 2 years. Consisting of one thousand days, 270 days and 730 days of pregnancy during the first life since birth. This period is called golden period (the golden period) or also called as a critical time, which if not used properly there will be permanent damage (window of opportunity). Pregnant women, nursing mothers, newborns and children under two years (baduta) a target group to improve the quality of life of mankind's first 1,000 days. The purpose of this study was to determine the knowledge and attitude of pregnant women about nutrition first 1,000 days of life and the relationship between knowledge and attitude. This study using cross sectional sample of 30 pregnant women. The results of this study are mostly of knowledge about nutrition first 1,000 days of life is good, and the majority of respondents attitude towards life gizzi 1000 haari first is support. But after being tested are not correlated to the relationship between knowledge and attitudes towards nutrition of pregnant women first 1,000 days of life, which results fisher exact value is 0.589.Keywords: pregnant women, Knowledge, attitude, nutrition first 1,000 days of life


Author(s):  
Vonny Persulessy ◽  
Abidillah Mursyid ◽  
Agus Wijanarka

<p>ABSTRACT</p><p><br />Background: Nutrition has an important role in human life cycle. Undernourishment in infants and underfives can cause growth and development disorder. Development of Papua community begins from village empowerment, such as nutrition improvement, health service, and people’s economy. There are<br />544 fisherman families at District of Jayapura Utara. Main stipend of Papua community consists of rice, sago, hipere, taro and banana. Sago is consumed by the majority of people residing at coastal areas. Nutrition Status Monitoring of Jayapura Municipal Health Office in 2008 indicated that 3.4% of underfives<br />were malnourished, 17.8% undernourished, 76% well nourished and 2.8% overnourished.</p><p><br />Objectives: To identify correlation between level of income and diet pattern with nutritional status of underfive in fi sherman area of Jayapura District Jayapura Municipality.</p><p><br />Methods: The study was observational with cross sectional design. The independent variables were level of income and eating pattern; the dependent variable was nutritional status. The study was undertaken in October-December 2010 at District of North Jayapura, Jayapura Municipality involving 162 underfives (of 12-59 moths), and mothers of underfives as respondents. Data were obtained through questionnaire of income, eating pattern using food frequency questionnaire, nutritional status measured from anthropometry<br />based on weight/age standard of WHO 2005. Data analysis used bivariate with chi square, multivariate with multiple logistic regression.</p><p><br />Results: There was signifi cant correlation between income level with nutritional status with (p=0.000) and between diet pattern with nutritional status (p=0.000).</p><p><br />Conclusions: Underfives having parents with sufficient income had better nutritional status than those having parent with insufficient income. Underfives with good diet pattern had better nutritional status than those with poor diet pattern.</p><p><br />KEYWORDS: income, diet pattern, nutrition status of underfives, fisherman area</p><p>ABSTRAK</p><p><br />Latar belakang: Secara nasional, prevalensi balita gizi buruk dan kurang menurun sebanyak 0,5% menjadi 17,9%. Prevalensi gizi buruk dan kurang Provinsi Papua menurut Riskesdas tahun 2010 sebanyak 16,3%. Data neraca bahan makanan (NBM) Provinsi Papua secara kuantitas menunjukkan rata-rata peningkatan produksi bahan makanan di antaranya beras, jagung, umbi-umbian. Secara kualitas, energi dan protein melebihi angka kecukupan gizi (AKG), tetapi status gizi buruk dan kurang di Kota Jayapura mencapai 21,2% yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat pendapatan, pola makan, pengetahuan ibu, jumlah anggota dalam keluarga.</p><p><br />Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dan pola makan dengan status gizi balita di daerah nelayan Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura.</p><p>Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 162 balita (usia 12-59 bulan) dan ibu balita sebagai responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tingkat pendapatan, pola makan anak dalam keluarga menggunakan food frequency questionnaire (FFQ), status gizi diukur menggunakan antropometri berdasarkan BB/U standar baku WHO 2005. Analisis data bivariat menggunakan chi-square, sedangkan analisis multivariat menggunakan multiple logistic regression.</p><p><br />Hasil: Tingkat pendapatan dengan status gizi menunjukkan hubungan yang bermakna dengan nilai (p=0,000). Pola makan dengan status gizi menunjukkan hubungan yang bemakna yaitu (p= 0,010). Variabel luar pengetahuan ibu dengan status gizi, jumlah anggota keluarga dengan status gizi tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, yaitu p&gt;0,05.<br />Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan dengan status gizi, pola makan dengan status gizi.Tetapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi, dan jumlah anggota keluarga dengan status gizi.</p><p>KATA KUNCI: tingkat pendapatan, pola makan, status gizi balita, daerah nelayan</p>


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 69-78
Author(s):  
Nurlaili Handayani ◽  
Muhammad Dawam Jamil ◽  
Ika Ratna Palupi

Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan belajar anak, termasuk pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada usia remaja dan disiapkan sebagai tenaga terampil sesuai bidang keahliannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor gizi yang meliputi asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan zink), kebiasaan sarapan, dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMK di Sleman, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional pada 100 siswa kejuruan dengan jurusan bidang teknik kendaraan ringan yang berasal dari SMKN 2 Depok, SMKN 1 Seyegan dan SMK Muhammadiyah Prambanan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik individu dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Status gizi ditentukan dengan indikator IMT/U dan prestasi belajar diukur dari nilai ujian praktik mata pelajaran kejuruan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan subjek memiliki asupan energi defisit (68%), protein defisit (40%), lemak defisit (57%), karbohidrat defisit (65%), vitamin C defisit (27%), zat besi defisit (59%), zink defisit (93%), status gizi normal (67%), dan kebiasaan sarapan jarang (35%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan zat gizi serta status gizi dengan prestasi belajar (p>0,05) tetapi ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan (p=0,010) serta pekerjaan ayah dan ibu (p=0,030 dan p=0,031) dengan prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMK.


2021 ◽  
Vol 10 ◽  
Author(s):  
Sabuktagin Rahman ◽  
Patricia Lee ◽  
Santhia Ireen ◽  
Moudud ur-Rahman Khan ◽  
Faruk Ahmed

Abstract A validation study of an interviewer-administered, seven-day semi-quantitative food frequency questionnaire (7-d SQFFQ) was conducted in Bangladeshi rural preschool age children. Using a cross-sectional study design, 105 children from 103 households were randomly selected. For the SQFFQ, a list of commonly consumed foods was adapted from the Bangladesh national micronutrient survey 2011–12. The data on the actual number of times and the amount of the children's consumption of the foods in the preceding 1 week were collected by interviewing the mothers. The intake was compared with two non-consecutive days 24-h dietary recalls conducted within 2 weeks after the SQFFQ. Validity was assessed by the standard statistical tests. After adjusting for the energy intake and de-attenuation for within-subject variation, the food groups (cereals, animal source foods, milk and the processed foods) had ‘good’ correlations between the methods (rho 0⋅65–0⋅93; P < 0⋅001). Similarly, the macronutrients (carbohydrate, protein and fats) had ‘good’ correlations (rho 0⋅50–0⋅75; P < 0⋅001) and the key micronutrients (iron, zinc, calcium, vitamin A, etc.) demonstrated ‘good’ correlations (rho 0⋅46–0⋅85; P < 0⋅001). The variation in classifying the two extreme quintiles by the SQFFQ and the 24-h recalls was <10 %. The results from Lin's concordance coefficients showed a ‘moderate’ to ‘excellent’ absolute agreement between the two methods for food groups, and nutrients (0⋅21–0⋅90; P < 0⋅001). This interviewer-administered, 7-d SQFFQ with an open-ended intake frequency demonstrated adequate validity to assess the dietary intake for most nutrients and suitable for dietary assessments of young children in Bangladesh.


Author(s):  
Benjamin Miller ◽  
Paul Branscum

The purpose of this study was to evaluate the association between non-nutritive sweetener (NNS) consumption and stress and anxiety, among a sample of college students. Two-hundred and twenty-seven students from a large mid-western university participated in this cross-sectional study. Students completed an online survey that evaluated NNS using a validated food frequency questionnaire. Stress and anxiety were evaluated using previously validated instruments. Most students reported very low/low/average concern for stress (63.9%), and had low/moderate anxiety (82.3%). Participants experiencing high and very high levels of stress had significantly higher NNS consumption compared to those with a very low and low risk, and concern for stress ( p < .046; d = 0.28). There was no difference however for NNS intake and anxiety. Reduction of artificial sweetener intake may be associated with stress levels among college students. However, more research is needed to examine any causal relationship between artificial sweetener intake and stress.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Septi Lidya Sari ◽  
Diah Mulyawati Utari ◽  
Trini Sudiarti

Latar Belakang: Minuman berpemanis kemasan merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggi gula, namun rendah nilai gizi. Konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes melitus tipe II, dan penyakit kardiovaskular. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan dan mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan karakteristik individu dan penggunaan label informasi nilai gizi (ING) pada kalangan remaja. Metode: Desain studi yang digunakan, yaitu cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 167 siswa kelas X dan XI pada salah satu SMA swasta (SMAS) di Jakarta Timur. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) secara mandiri. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan pada sebagian besar responden (55,1%) tergolong tinggi (≥3 kali per hari). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan jenis kelamin (p=0,03) dan kemampuan membaca label ING (p=0,011). Kesimpulan: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan cenderung lebih tinggi pada responden laki-laki dan juga pada responden dengan kemampuan membaca label ING rendah.


2003 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 147-157 ◽  
Author(s):  
Keiko Ogawa ◽  
Yoshitaka Tsubono ◽  
Yoshikazu Nishino ◽  
Yoko Watanabe ◽  
Takayoshi Ohkubo ◽  
...  

AbstractObjectives:To examine the validity and reproducibility of a self-administered food-frequency questionnaire (FFQ) used for two cohort studies in Japan.Design:Cross-sectional study.Setting:Two rural towns in the Miyagi Prefecture, in north-eastern Japan.Subjects:Fifty-five men and 58 women.Results:A 40-item FFQ was administered twice, 1 year apart. In the mean time, four 3-day diet records (DRs) were collected in four seasons within the year. We calculated daily consumption of total energy and 15 nutrients, 40 food items and nine food groups from the FFQs and the DRs. We computed Spearman correlation coefficients between the FFQs and the DRs. With adjustment for age, total energy and deattenuation for measurement error with the DRs, the correlation coefficients for nutrient intakes ranged from 0.25 to 0.58 in men and from 0.30 to 0.69 in women, with median of 0.43 and 0.43, respectively. Median (range) of the correlation coefficients was 0.35 (−0.30 to 0.72) in men and 0.34 (−0.06 to 0.75) in women for food items and 0.60 (−0.10 to 0.76) and 0.51 (0.28–0.70) for food groups, respectively. Median (range) of the correlation coefficients for the two FFQs administered 1 year apart was 0.49 (0.31–0.71) in men and 0.50 (0.40–0.64) in women for nutrients, 0.43 (0.14–0.76) and 0.45 (0.06–0.74) respectively for food items, and 0.50 (0.30–0.70) and 0.57 (0.39–0.66) respectively for food groups. Relatively higher agreement percentages for intakes of nutrients and food groups with high validity were obtained together with lower complete disagreement percentages.Conclusions:The FFQ has a high reproducibility and a reasonably good validity, and is useful in assessing the usual intakes of nutrients, foods and food groups among a rural Japanese population.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document