scholarly journals MENGURANGI LOSS TIME UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUK EVACOND AREA BUSINESS UNIT AIR CONDITIONER PT. ABC

Technologic ◽  
2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Nensi Yuselin

PT. ABC merupakan perusahaan yang bergerak di bidang elektronik. Salah satu produk yang dihasilkan adalah AC (Air Conditioner) yang merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengatur atau mengkondisikan kualitas udara yang meliputi sirkulasi udara, mengatur kelembaban udara, mengatur kebersihan udara dan untuk memurnikan udara. Salah satu business unit yaitu Business Unit Air Conditioner memproduksi AC berupa indoor unit dan outdoor unit. Pada proses produksinya dibagi menjadi 5 area antara lain press shop (M1), evacond area (M2), assembly CU line, assembly CS line, dan assembly CB line. Evacond Area (M2) adalah area manufaktur untuk memproduksi evaporator dan kondensor, salah satu station kerja di evacond area adalah fin press. Pada mesin fin press belum tercapainya target produksi, dimana target produksi sebesar 243.375 unit sedangkan aktualnya hanya mencapai 193.855 unit. Hal tersebut disebabkan oleh loss time yang terjadi di mesin fin press sebesar 34.061 menit dengan loss time terbesarnya adalah breakdown loss sebesar 10.056 menit. Akar permasalahan breakdown loss yang besar adalah belum melaksanakan metode preventive maintenance sesuai jadwal, dikarenakan mesin harus selalu on untuk mengejar target produksi. Maka dari itu, penulis membuat jadwal khusus untuk menerapkan metode preventive maintenance untuk mesin fin press, dikarenakan permintaan produksi yang tinggi maka pelaksanaan preventive maintenance dilaksanakan pada hari libur sehingga tidak akan mengganggu produksi yang sedang mengejar target. Dengan pelaksanaan preventive maintenance sesuai jadwal dapat mengurangi waktu sebesar 31.228 menit dan diharapkan produksi mencapai 243.375 unit

2016 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Rizki Nurul Fathia ◽  
Sumiharni Batubara ◽  
Dian Mardi Safitri

<p>PT Panasonic Manufacturing Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang<br />manufaktur yang melakukan proses produksi dan perakitan produk. Sebagai perusahaan yang<br />melakukan proses produksi dan perakitan produk Air Conditioner, Air Conditioner Business Unit PT<br />Panasonic Manufacturing Indonesia seringkali terjadi permasalahan terkait pencapaian target harian<br />produksi untuk produk Air Conditioner Model CS-YN9RKJ. Identifikasi masalah dengan diagram<br />ishikawa menunjukkan bahwa waktu setup mesin yang lama dipengaruhi oleh lamanya waktu setup<br />mesin Fin Press FIX 18. Sedangkan, lamanya waktu pembuatan evaporator dan perakitan produk<br />dipengaruhi oleh metode gerakan operator yang tidak sesuai standar. Lamanya waktu pembuatan<br />evaporator juga disebabkan oleh tata letak (layout) yang tidak berdekatan antar stasiun kerja. SMED<br />(Single Minute Exchange of Dies) adalah salah satu metode improvement dari Lean Manufacturing<br />yang digunakan untuk mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setup pergantian dari<br />memproduksi satu jenis produk ke model produk lainnya. Metode ini digunakan untuk mengurangi<br />lamanya waktu setup mesin Fin Press FIX 18. Dari usulan perbaikan menggunakan metode SMED<br />diperoleh waktu setup mesin Fin Press Fix 18 selama 931.15 detik yaitu adanya pengurangan waktu<br />setup sebanyak 54.27%. Metode MOST (Maynard Operation Sequence Tecnique) adalah salah satu<br />teknik predetermined time system untuk pengukuran waktu yang disusun berdasarkan urutan sub-sub<br />aktivitas atau gerakan. Metode ini digunakan untuk mengurangi waktu proses pembuatan evaporator<br />dan perakitan Air Conditioner Model CS-YN9RKJ. Usulan perbaikan yaitu melakukan perubahan<br />gerakan dan postur tubuh operator. Selain itu, usulan perbaikan untuk proses pembuatan evaporator<br />adalah melakukan perubahan tata letak (layout) stasiun kerja, sedangkan untuk proses perakitan<br />adalah mengurangi elemen kerja operator. Dari usulan perbaikan menggunakan metode MOST<br />diperoleh waktu proses pembuatan evaporator selama 1082.42 detik yaitu adanya pengurangan waktu<br />sebanyak 19.47%. Sedangkan, waktu proses perakitan selama 393.27 detik yaitu adanya pengurangan<br />waktu sebanyak 29%. Hasil usulan perbaikan menggunakan metode SMED dan MOST adalah<br />pengurangan Manufacturing Lead Time selama 423415 detik atau adanya pengurangan<br />Manufacturing Lead Time sebanyak 23 %.</p>


Author(s):  
Paolo FESTA ◽  
Tommaso CORA ◽  
Lucilla FAZIO

Is it possible to transform stone into a technological and innovative device? The meeting with one of the main stone transformers in Europe produced the intention of a disruptive operation that could affect the strategy of the whole company. A contagious singularity. By intertwining LEAN methodologies and the human-centric approach of design thinking, we mapped the value creation in the company activating a dialogue with the workers and the management, listening to people, asking for ambitions, discovering problems and the potential of production. This qualitative and quantitative analysis conducted with a multidisciplinary approach by designers, architects and marketing strategists allowed us to define a new method. We used it to design a platform that could let all the players express their potential to the maximum. This is how the group's research laboratory was born, with the aim of promoting the relationship between humans and stone through product innovation. With this goal, we coordinated the new team, developing technologies that would allow creating a more direct relationship between man and surface, making the stone reactive. The result was the first responsive kitchen ever.


2018 ◽  
Vol 9 (06) ◽  
pp. 20792-20799
Author(s):  
I Ketut Sunada ◽  
I Ketut Sandi

Bumdes is a village business unit whose capital comes from village-owned funds . The goal is to float the village potential into an independent village. Thus it takes effort and strategic and appropriate tips to achieve that goal. The first tip is to establish a forum for the development of economic networks in this case is the establishment of BUMDES. Some of the things that can be done are: (i) development of human resources capability so as to provide added value in the management of village economic assets, (ii) integrating rural economic products so as to have good bargaining position in market network, (iii) (iv) strengthening village economic institutions, (v) developing supporting elements such as micro-credit, market information, technological and management support, economic infrastructure and communication networks as well as support for guidance and regulation.


Author(s):  
Syed Ahmed Alisha ◽  
◽  
N Vinod Kumar Reddy ◽  
Akhil Reddy ◽  
Sampath Kumar ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document