scholarly journals Hubungan Perilaku Sleep Hygiene dengan Kualitas Tidur Pada Kelompok Lansia di Panti Tresna Werdha Ambon

2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 46-51
Author(s):  
Fitriyanti Patarru' ◽  
Rosmina Situngkir ◽  
Iriani Bate ◽  
Jefvans Evita Akollo

Latar Belakang: Pada umumnya lansia memiliki waktu tidur berkisar 6-7 jam per hari. Kualitas tidur yang sangat kurang dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yaitu insomnia. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan yang meliputi, suasana yang ramai, penerangan yang berlebihan, serta kurangnya kebersihan lingkungan. Salah satu terapi sederhana yang dapat diterapkan yaitu dengan menerapkan perilaku sleep hygiene yang merupakan penerapan terapi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur. Tujuan: untuk mengetahui hubungan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada lansia di Panti Tresna Werdha Ina Kaka Kota Ambon. Metode: Jenis penelitian observasi analitik dengan desain cross sectional study. Sampel dipilih dengan cara non-probality dengan teknik total sampling dengan jumlah responden 35 lansia. Instrument penelitian untuk mengukur sleep hygiene menggunakan sleep hygiene index (SHI) dan untuk mengukur kualitas tidur menggunakan pittsburgh sleep quality index (PSQI). Hasil: Hasil pengamatan analisis menggunakan uji statistik Chi-square dengan tingkat kemaknaan ? = 0,05 (5%) diperoleh nilai p = 0,000 sehingga p < ? artinya ada hubungan perilaku sleep hygiene dengan kualitas tidur pada lansia. Perilaku sleep hygiene perlu dilakukan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan sleep hygiene dapat memperbaiki kualitas tidur lansia. Kesimpulan:  Perilaku sleep hygiene perlu dilakukan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan sleep hygiene dapat memperbaiki kualitas tidur lansia.

2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 110
Author(s):  
I Made Dhita Prianthara ◽  
I.A Pascha Paramurthi ◽  
I Putu Astrawan

Peningkatan jumlah populasi lansia menyebabkan semakin banyak masalah kesehatan yang akan dialami oleh lansia yang disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik seperti gangguan kualitas tidur dan penurunan fungsi kognitif. Seiring dengan pertambahan usia dan berkurangnya aktivitas fisik, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami gangguan kualitas tidur dan penurunan fungsi kognitif. Aktivitas fisik yang rutin dilakukan oleh lansia dapat mencegah terjadinya gangguan kualitas tidur dan mencegah penurunan fungsi kognitif. Semakin meningkat aktivitas fisik maka semakin meningkat kualitas tidur dan fungsi kognitif pada lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik terhadap kualitas tidur dan fungsi kognitif pada kelompok lansia Dharma Sentana, Batubulan. Penelitian ini adalah cross sectional study dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian dilakukan di kelompok lansia Dharma Sentana, Batubulan. Sampel penelitian ini berjumlah 50 orang lansia. Aktivitas fisik diukur dengan International Physical Activity Scale (IPAQ), kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan fungsi kognitif diukur dengan Mini-Mental State Examination (MMSE). Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan nilai p=0,007 yang artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur dan nilai p=0,000 yang artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif. Simpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap kualitas tidur dan fungsi kognitif pada kelompok lansia Dharma Sentana, Batubulan. Kata kunci: Lansia, Aktivitas Fisik, Kualitas Tidur, Fungsi Kognitif


Acta Medica ◽  
2021 ◽  
Vol 52 (2) ◽  
pp. 59-65
Author(s):  
Övsen Önay ◽  
Canset Aydın

Objective: To evaluate the lifestyle factors possibly related with premenstrual syndrome which were body mass index, coffee intake, smoking, regular physical exercise, and alcohol consumption, and investigate the impact of these lifestyle factors and premenstrual syndrome on sleep quality. Methods and Methods: This cross-sectional study included 265 participants, and all applied Pittsburgh Sleep Quality Index and Premenstrual Syndrome Scale questionnaires. Results: The prevalence of premenstrual syndrome among the participants was 57% (n:150). Participants with premenstrual syndrome had shorter total sleep time (p:0.001). Also, they needed longer time to fall asleep (p:0.001). The Pittsburgh Sleep Quality Index scores of the participants with premenstrual syndrome were higher than those without premenstrual syndorme (p<0.001), indicating poor sleep quality. It was observed that the participants with premenstrual syndrome had more coffee intake (p:0.040) and more regular physical activity (p:0.009), which were risk factors of premenstrual syndrome. premenstrual syndrome positivity was associated with increased poor sleep quality in both univariate and multivariate analyses (OR:5.93 95% CI: 3.46-10.15, p<0.001; OR:5.61 95% CI: 3.19-9.88, p<0.001, respectively). The remaining variables, which were risk factors of premenstrual syndrome, didn’t have any statistically significant association with sleep quality. Conclusion: The important relation between premenstrual syndrome and sleep quality is highlighted. Relief of premenstrual syndrome complaints may lead to better sleep quality and enhancement of quality of life for a woman.


2021 ◽  
Author(s):  
ahmad mousavi ◽  
Atieh Mirzababaei ◽  
Farideh Shiraseb ◽  
Khadijeh Mirzaei

Abstract ObjectivePrevious studies have shown the association between diet quality and sleep quality. the objective of this study was to observe the association between modified Nordic diet with sleep quality and circadian rhythm in overweight and obese woman.MethodsWe enrolled 399 overweight and obese women (body mass index (BMI): 25-40 kg/m2) aged 18-48 years in cross-sectional study. For each participant anthropometric measurements, biochemical test and food intake were evaluated. Sleep quality and circadian rhythm was measured by Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and Morning Evening Questionnaire (MEQ) questionnaire. Modified Nordic diet score was measured using a validated 147-item food frequency questionnaire (FFQ).ResultsAmong all participants, Overall, 51.7% of the subjects were good sleepers (the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) < 5) while 48.3% were poor sleepers (PSQI ≥ 5). Moreover, participants were divided into 5 groups of MEQ namely, completely morning 8(2.4%), rarely morning 82(24.8%), normal 196(59.2%), rarely evening 43(13%), completely evening 2(0.6%). After controlling for confounder there was a significant association between the poor sleep quality and modified Nordic diet (OR=0.80, %95 CI=0.66-0.98, P=0.01). Moreover, a significant positive association was observed between the completely morning and modified Nordic diet (OR=1.80, %95 CI=0.54-6.00, P=0.03) and also a significant reverse association was observed between completely evening type and modified Nordic diet (OR=0.16, %95 CI=0.002-5.41, P=0.02).ConclusionsThe present study indicate that higher adherence to a modified Nordic diet decreases poor sleep quality. Also, the completely morning type associated with higher adherence to a modified Nordic diet and completely evening type associated with lower adherence to a modified Nordic diet.Levels of EvidenceLevel IV, evidence obtained from with multiple time series analysis.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Akhmad Yanuar Fahmi ◽  
Dayu Agista ◽  
Soekardjo Soekardjo

Kehidupan di dalam Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan yang tertutup selalu menarik peneliti atau akademisi untuk membahas. banyaknya permasalahan hidup, cara untuk beradaptasi, dan bagaimana untuk bersosialisasi dengan kehidupan yang baru menimbulkan banyak masalah diantaranya adalah kualitas tidur dan kecemasan. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, lesu dan gelisah. Kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan menurunya aktivitas korteks prefrontal yang memerankan peran penting dalam mengatur emosi, salah satunya kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan tingkat kecemasan pada warga binaan wanita di lembaga pemasyarakatan. Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional dengan sampel sebanyak 59 responden dengan tekhnik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner Pittsbrugh Sleep Quality Index dan Hamilton Anxiety Rating Scale, dengan uji statistik Chi Square dengan menggunakan hitung manual dengan rumus yate’s correction. Hasil penelitian didapatkan 50 responden (85%) memiliki kualitas tidur buruk dan 36 responden (62%) kecemasan ringan. Tingkat kemaknaan atau α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,015 sehingga Pvalue  < Nilai α atau  0,015 < 0,05. Berarti ada hubungan antara level kualitas tidur dengan tingkat kecemasan pada warga binaan wanita di lembaga pemasyarakatani. Kualitas tidur yang baik maka membuat tingkat kecemasan rendah atau tidak mengalami kecemasan. Sebaliknya apabila kualitas tidur buruk maka tingkat kecemasan yang dialami warga binaan wanita menjadi sedang bahkan mengalami tingkat kecemasan berat


2020 ◽  
Vol 26 (3) ◽  
Author(s):  
Syela C Akasian ◽  
Flora Rumiati ◽  
William William

Musik merupakan suatu alunan nada yang bisa dinikmati, umumnya digunakan untuk menghilangkan rasa penat atau stres seseorang. Secara ilmiah musik juga dapat berpengaruh untuk meningkatkan kualitas tidur terutama pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh musik terhadap kualitas tidur pada usia dewasa muda khususnya mahasiswa fakultas kedokteran yang biasanya memiliki kualitas tidur buruk. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik simple random sampling. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida angkatan 2018 sebanyak 96 mahasiswa. Pembagian kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kuesioner tambahan untuk melihat kebiasaan mendengarkan musik pada mahasiswa dilakukan secara serentak saat proses perkuliahan.  Sebagian besar mahasiswa  memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu 88 (91,7%) mahasiswa. Tiga dari  48  mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebelum tidur  memiliki kualitas tidur baik. Lima dari delapan mahasiswa yang memiliki kualitas tidur baik  tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebelum tidur. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan mendengarkan musik dan kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida (p  0,714). 


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 27-32
Author(s):  
Piscolia Dynamurti Wintoro ◽  
Wiwin Rohmawati ◽  
Ana Sulistyowati

Latar Belakang: Seorang ibu hamil biasa mengalami kecemasan. Pada TM III kecemasan disebabkan oleh kekhawatiran menghadapi persalinan dan apakah bayinya lahir normal atau cacat. Kecemasan meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi Jatinom. Metode: Desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi Jatinom, sebanyak 40 responden dengan teknik total sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) untuk mengukur tingkat kecemasan dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur. Analisis data yang digunakan chi square. Hasil : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi dengan P value sebesar 0,021. Simpulan : Ibu hamil trimester III dapat memperbaiki kualitas tidur dengan mengurangi aktivitas dan istirahat yang cukup, perasaan cemas dengan cara relaksasi, senam ibu hamil, dan yoga.


Sleep Science ◽  
2018 ◽  
Vol 11 (4) ◽  
pp. 274-280 ◽  
Author(s):  
Mojtaba Rezaei ◽  
Moein Khormali ◽  
Samaneh Akbarpour ◽  
Khosro Sadeghniiat-Hagighi ◽  
Mansour Shamsipour

2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
Author(s):  
Mohamad Naim Bin Hasan ◽  
William William ◽  
Flora Rumiati

Kelebihan berat badan merupakan faktor independen yang berkontribusi terhadap kualitas tidur yang buruk. Sleep apnea merupakan timbulnya episode abnormal pada frekuensi napas yang berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas pada saat tidur. Sleep apnea dapat berupa henti napas (apnea) atau menurunnya ventilasi yang akan menyebabkan gangguan bernapas saat tidur. Semakin besar nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) atau bertambahnya berat badan, kemungkinan untuk mengalami Obstructive Sleep Apnea (OSA) semakin tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran angkatan 2016 FKIK Ukrida. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan studi komparatif, yaitu untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kualitas tidur pada mahasiswa golongan berat badan lebih dan berat badan normal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sebanyak  88 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, terdiri dari 44 mahasiswa yang mempunyai berat badan normal dan 44 mahasiswa yang mempunyai berat badan lebih. Responden mengisi kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).   Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 64 responden (72,7%) mempunyai kualitas tidur buruk, dan 24 responden (27,3%) memiliki kualitas tidur yang baik, serta durasi tidur terbanyak adalah < 6 jam.  Berdasarkan uji Chi-Square, disimpulkan adanya hubungan antara berat badan dengan kualitas tidur (p = 0,000, p < 0,05) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2016 FKIK Ukrida.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document