scholarly journals Vitamin Content and Storage Studies of Cookies Produced from Wheat, Almond and Carrot Flour Blends

2020 ◽  
pp. 31-41
Author(s):  
Ahure Dinnah ◽  
Mulak Desmond Guyih ◽  
Mike O. Eke

The purpose of this study was to produce cookies from wheat, almond and carrot flour blend, evaluate the vitamin content and storage parameters. Wheat, almond and carrot flour were blended in the ratio: 100:0:0, 90:10:0, 90:0:10, 80:15:5, 70:20:10 and were labeled A, B, C, D and E respectively to produce cookies. The control sample A was without almond and carrot flour. The cookies produced were analysed for vitamin content and were stored for 7weeks at relative humidity corresponding to wet and dry season condition (70% and 30% respectively). The cookies were then analysed for pH, moisture and fungi content in an interval of every 2 weeks using standard methods, at the end of the storage, the sensory attributes and vitamin content of the cookies were analysed. The vitamin content range: from 341.53 to 653.27 µg/100 g for vitamin A, 1.523 to 2.450 mg/g for vitamin B1, 0.65 to 0.92 mg/g for vitamin B2, 3.12 to 3.52 mg/g for vitamin B3 and 2.093 to 3.007 mg/g for vitamin C. All cookies samples were generally accepted by sensory panelist before storage and at the end of storage time. At the end of storage, pH value ranged from 5.5 to 7.8 for wet season condition cookies and from 5.5 to 5.7 for dry season condition cookies. The moisture content ranged from 4.5 to 6.17% for wet season condition cookies and 1.33 to 1.63% for dry season condition cookies. The vitamin A content after storage ranged from 341.53 to 653.23 IU/100 g for wet season condition cookies and 336.61 to 653.01 IU/100 g for dry season condition cookies, while vitamin C ranged from 2.093 to 3.007 mg/g and 2.11 to 3.01 mg/g for wet and dry season condition cookies respectively. 1CFU of fungi was identified for each sample of cookie. The study provides evidence that wheat, almond and carrot are suitable for cookies production and variation of storage conditions did not cause spoilage of cookies.

2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 133-146
Author(s):  
Albertus Siga Laki ◽  
Maria Aditia Wahyuningrum ◽  
Reni Nurjasmi

Tanaman kale merupakan tanaman suku Brassicaceae atau kubis-kubisan yang kaya vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin C. Kale juga mengandung senyawa isotiosianat yang memiliki aktivitas antikanker. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Respati Indonesia pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2021. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok  dengan satu faktor yaitu jenis pupuk organik terdiri dari empat perlakuan yaitu pupuk NPK, kulit bawang merah, kotoran kelinci, kotoran burung. Setiap perlakuan  diulang lima ulangan, sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Variabel penelitian meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat akar, panjang akar, diameter batang, dan berat basah tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat akar dan dan berat tanaman kale. Pupuk organik kotoran burung menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 25,50 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan kotoran kelinci. Berat akar dan berat basah tanaman kale tertinggi dihasilkan perlakuan kotoran kelinci masing-masing yaitu 2,28 gram dan 30,37 gram serta berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Kata Kunci:  Pupuk Organik, Kulit Bawang Merah, Kotoran Kelinci, Kotoran Burung, Tanaman Kale, Sistem Vertikultur


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18-25
Author(s):  
Diane Paparang ◽  
Nurpudji A. Taslim ◽  
Haerani Rasyid ◽  
A. Yasmin Syauki

Pendahuluan Proses penyembuhan luka post amputasi dan luka bakar dengan luas 25% dan kedalaman derajat III serta hipoalbuminemia sedang (albumin 2,6g/dL) dan status gizi kurang memerlukan terapi gizi spesifik tinggi protein. Laporan Kasus Tn.I, laki-laki, 28 tahun dikonsul oleh bagian bedah dengan luka post amputasi dan  luka bakar listrik derajat III luas 25%. Keluhan utama asupan makan kurang sejak 16 hari terakhir karena nafsu makan kurang akibat nyeri pada luka post amputasi dan luka bakar. Ada nyeri ulu hati dan demam menggigil. Asupan 24 jam 1000kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi kurang (LLA=80,7%), status metabolik anemia normositik normokrom (Hb 9.7 g/dl), deplesi sedang sistem imun (TLC 940/µL), hipoalbuminemia (albumin 2,6g/dL) dan status gastrointestinal fungsional. Terapi nutrisi dengan energi 2500 kkal, protein 2 gr/kgBBI/hari (23%), karbohidrat 57% dan lemak 20 %, melalui oral berupa makanan biasa 1250 kkal, ONS glutamine 2.5g/hari, suplementasi 6 butir putih telur (protein 31,5g/hari), vitamin C 1g/24jam, vitamin A 6.000IU/12jam, vitamin B1-100mg, vitamin B6-200mg, vitamin B12-200mg, Zinc 50mg/24jam, selenium 55µg, Curcuma 400mg/8jam dan ekstrak ikan gabus 2 kapsul/8 jam. Setelah perawatan 30 hari, terjadi perbaikan dalam penyembuhan luka, peningkatan LLA menjadi 23,5cm, peningkatan hemoglobin 9.3g/dl, peningkatan sistem imun (TLC 2064/µL), peningkatan albumin 3.9g/dL. Kesimpulan Terapi nutrisi spesifik dengan protein 2 gr/kgBBI dapat meningkatkan kadar albumin dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien luka bakar.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Margherita Suppini Sumardi ◽  
Nurpudji A. Taslim ◽  
A. Yasmin Syauki

Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling sering ditemukan pada usia produktif. Data unit luka bakar rumah sakit di Indonesia menunjukkan terjadinya peningkatan mortalitas. Pada luka bakar berat terjadi hipermetabolisme dan proteolisis yang tinggi sehingga diperlukan terapi nutrisi yang tepat dan dini. Dilaporkan kasus seorang laki-laki, 18 tahun dengan keluhan nafsu makan melalui oral menurun dengan diagnosis severe protein energy malnutrition, luka bakar listrik 48% grade II-III. Terapi nutrisi yang diberikan adalah diet energi 3350 kkal melalui oral dan parenteral dengan komposisi protein: karbohidrat: lemak = 14,3%: 50%: 35,7%. Diet dimulai dengan 40% lalu 80% dan 100% dari total energi (hari ke-III). Kebutuhan protein 2,0 g/kg/hari dengan suplementasi parenteral glutamin (13,46 g/hari). Suplementasi mikronutrien berupa zink 40 mg/24 jam, ekstrak ikan gabus 480 g/hari, vitamin B1 4 mg/8 jam, vitamin C 500 mg/12 jam, vitamin A 10.000 IU/24 jam. Perbaikan balans nitrogen dari -7,7 menjadi +5,36. Albumin dan protein total mengalami perbaikan dari 2, 4 g/dl menjadi 3,5 g/dl dan 6,8 g/dl menjadi 6,8 g/dl. Penyembuhan luka terjadi dengan baik (inflamasi-repair dan remodeling) selama tiga puluh tiga hari masa perawatan. Kesimpulan: suplementasi glutamin dengan asupan tinggi protein dapat mempercepat penyembuhan luka, dan mencegah mortalitas pada pasien luka bakar berat.


2022 ◽  
Author(s):  
Matawork Gobena Milkias ◽  
Wondimu Teka Woyamo ◽  
Dessalegn Genzabu Genzabu

Abstract This study was conducted in Kaffa, Bench Maji and Sheka zones with the objective of assessing livestock feed processing and storage mechanisms in South West Ethiopia. Purposive sampling technique was used to select study districts based on livestock population, accessibility and availability of feed resources. A total of 384 households having a minimum one hectare of land and livestock were randomly selected for interview. The mean total number of cattle in the study area was 8.48+6.79 per households. Majority of the respondents could not practice livestock feed processing and storage mechanisms in dry and wet season in the study area. The bases for feed provision for livestock in the study area were production level, work load and availability of feed ingredients. Different plants parts were used for livestock to increase milk yield, to improve growth rate and to treat diseases. Livestock production was lowest in dry season due to lack of feed shortage in the dry season. Due to this conclusion, government office should give training how to process and store feeds for dry season.


2021 ◽  
Vol 31 (1) ◽  
pp. 80-87
Author(s):  
Trịnh Thanh Xuân ◽  
Nguyễn Thị Thắm ◽  
Trần Thị Linh Lan ◽  
Trần Thị Bích Thùy ◽  
Nguyễn Quang Hùng
Keyword(s):  

Nghiên cứu nhằm mô tả tình trạng dinh dưỡng và đặc điểm khẩu phần của bệnh nhân ung thư đang điều trị tại bệnh viện Hữu Nghị Việt Tiệp Hải Phòng, năm 2020. Kết quả cho thấy, tỷ lệ suy dinh dưỡng theo chỉ số khối cơ thể (BMI) là 29,4%, bình thường là 54,1%, thừa cân-béo phì là 16,5%. Theo công cụ đánh giá của bệnh viện Bạch Mai Boston (BBT) có 23,9% bệnh nhân suy dinh dưỡng mức độ vừa và nhẹ, 10,1% bệnh nhân có nguy cơ suy dinh dưỡng mức độ nặng. Năng lượng khẩu phần trung bình của bệnh nhân là 1.393 ± 599,5 Kcal/ngày. Tỷ lệ các chất sinh nhiệt Protein: Lipid: Carbohydrat tương ứng là 21,4:13,9:64,6 chưa cân đối theo khuyến cáo của Bộ Y tế. Tỷ lệ bệnh nhân đạt được nhu cầu khuyến nghị về vitamin B1 cao nhất là 75,9%, các vitamin và chất khoáng: canxi, sắt, kẽm, vitamin A, vitamin C và các vitamin nhóm B khác đều thấp dưới 50%.


Sensors ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (8) ◽  
pp. 2653
Author(s):  
Krzysztof Kawecki ◽  
Jerzy Stangierski ◽  
Renata Cegielska-Radziejewska

The aim of the study was to evaluate the influence of refined fish oil additives in liquid and microencapsulated forms, packing method (VP—vacuum packing, MAP—modified atmosphere packing) and storage time (1, 7, 14, 21 days) on selected physicochemical, microbiological and sensory characteristics of minced poultry sausage. Principle component analysis (PCA) showed that the fish oil additive, packing method and storage time significantly influenced some of the physicochemical characteristics of the sausages. The pH value was negatively correlated with the type of sample and packing method. The water activity decreased along with the storage time. The sausages with microcapsules had distinguishable hardness, gumminess and chewiness than the other samples. This tendency increased in the subsequent storage periods. The packing method and storage time of the samples had a statistically significant influence on the growth of the total colony count and count of lactic acid bacteria (p < 0.05). The most aerobic bacteria were found in the control sample, and the least in the sample with microcapsules, regardless of the packing method. The use of MAP and the addition of microcapsules resulted in the lowest microbiological contamination of the sausages. The sensory analysis made by a trained panel did not show any significant differences between the samples. After 21-day storage of the sausages there was a slight decrease in some of the sensory parameters, e.g., color, smell, taste. The liquid oil and microencapsulated oil additives in the meat filling did not negatively affect the taste or any physicochemical characteristics of the meat products. From the microbiological perspective, there were better effects from the MAP method.


2018 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 45-52
Author(s):  
Ari Tri Astuti ◽  
Septriana Septriana

Latar belakang: Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialis memerlukan monitoring dan evaluasi asupan makan secara rutin. Rendahnya monitoring dan evaluasi pada asupan dapat berpengaruh pada status gizi dan kualitas hidup pasien. Tujuan: Mengetahui gambaran asupan energi, zat gizi makro, dan zat gizi mikro pada pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pemilihan subjek penelitian menggunakan purposive sampling (n=30). Data asupan diambil dengan food recall 24 jam selama 3 hari. Hasil : Rerata asupan pada responden adalah : energi 1149,34±401,09 kcal (23,15±7,39 kcal/kgBB/hari); karbohidrat 143,55±43,46 g, protein 39,38±16,53 g (0,79±0,32 g/kgBB/hari); dan lemak 49,01±26,82 g. Rerata asupan vitamin B1 adalah 0,38±0,14 mg; vitamin B2 0,49±0,24 mg; vitamin B6 0,64±0,25 mg; asam folat 0,68±0,94 mg; vitamin C 24,08±21,01 mg; dan vitamin A 397,31±536,14 μg. Rerata asupan natrium natrium 22,45±220,23 mg; kalium 1714,01±1153,91 mg ( 36,64±27,40 mg/kgBB/hari); kalsium 301,13±173,23 mg; dan fosfor 544,94±193,08 mg. Kesimpulan : Rerata asupan energi, zat gizi makro, dan vitamin pada pasien hemodialis di RSUD Panembahan Senopati Bantul masih kurang dari rekomendasi, sedangkan asupan natrium, kalsium, dan fosfor sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Nefrologi Indonesia.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Yarmaliza Yarmaliza ◽  
Veni Nella Syahputri
Keyword(s):  

Tingginya kejadian stunting (balita pendek) di Indonesia (37,2%) merupakan permasalaha gizi yang berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten penyumbang kejadian stunting di provinsi Aceh yaitu 33,2%. Kaldu tempe merupakan hasil ekstrak dari bahan dasar tempe yang mengandung zat gizi protein, energi, lemak, zat besi, vitamin, fosfor, kalsium, vitamin A, Vitamin B1 serta vitamin C. Olahan tempe dapat dinikmati dengan berbagai bentuk, diantaranya yaitu menjadikan tempe sebagai kaldu dalam bentuk bubuk. Tujuan penelitian untuk mengkaji efektivitas produk rumahan kaldu tempe sebagai upaya intervensi spesifik dalam pencegahan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan eksperimental design dengan subjek penelitian 75 orang balita yanng berasal dari keluarga miskin. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian kaldu bubuk tempe produk rumahan dengan penambahan 5 gr bubuk kaldu tempe pada setiap balita makan (3 kali sehari). Intervensi ini menghasilkan peningkatan tinggi badan pada balita. Pemberian bubuk kaldu tempe dapat meningkatkan secara signifikan rerata tinggi badan balita sehingga dapat mencegah stunting pada balita dengan rerata peningkatan tinggi badan sebesar 0,5 ± 1 cm, 1 ± 1.5 cm, 1,6 ± 2 cm, dan diperoleh nilai uji statistik p-value=0.000, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tinggi badan pada pengukuran I atau pengukuran sebelum diberikan bubuk kaldu tempe produk rumahan dengan tinggi badan setelah diberikan bubuk kaldu tempe produk rumahan selama 3 bulan. Bubuk kaldu tempe merupakan olahan produk rumahan yang berasal dari kacang kedelai yang efektif dalam peningkatan tinggi badan pada balita, sehingga dapat mencegah stunting pada balita.


2018 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
Mauren G. Miranti ◽  
J.B. Helga

Food bar is food with a bar-like shape which contains adequate energy and nutrition. This study aims to determine the right proportion between red rice flour and yellow pumpkin flour as well as to analyze the influence of said proportion towards organoleptic properties of the food bar. The proportions between red rice flour and yellow pumpkin flour used in this study are 40% and 60%, 50% and 50%, and 60% and 40%. With those varying proportions, the food bars are organoleptically tested based on their color, smell, taste, blendability and favorite level. The study shows that the proportion of red rice flour and yellow pumpkin flour has an impact on the organoleptic properties of the food bar such as the taste, blendability, and favorite level. However, the proportion has no effect on the color and smell of the food bar. The best food bar product contains the proportion of 50% red rice flour and 50% yellow pumpkin flour. Nutrions found per 100g are 144.2 kcal energy, 26g carbohydrate, 15.38mg calcium, 4.56g fat, 2.18g protein, 34.32mg phosphor, 83.04 RE vitamin A, 0.04mg vitamin B1, 13.26mg vitamin C.


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Suparni Suparni ◽  
Fitriyani Fitriyani ◽  
Risqi Dewi Aisyah

Masalah gizi yang dialami ibu hamil di Indonesia adalah kekurangan energi kronis (KEK). Ibu hamil yang mengalami KEK akan dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, prematuritas, keguguran, persalinan sulit, perdarahan post partum dan cacat bawaan. Untuk menghindarinya maka diberikan tambahan gizi bagi ibu hamil berupa makanan tambahan. Makanan tambahan diberikan kepada ibu hamil untuk menambah kebutuhan gizi sehari-hari. Ibu  hamil trimester kedua membutuhkan tambahan kalori sebesar 300 kkal per hari, tambahan protein sebesar 17 g sedangkan tambahan zat besi sebesar 9 mg. Salah satu makanan yang mengandung sumber karbohidrat yang cukup penting dalam ketahanan pangan kita adalah ubi jalar. Ubi jalar mengandung zat-zat yang bergizi per 100 gramnya yaitu energi 123 kkal, protein 1,8 gr, lemak 0,7 gr, karbohidrat 27,9 gr, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg, besi 0,7 mg, vitamin A 7700  SI, vitamin C 22 mg, vitamin B1 0,90 mg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ubu jalar ungu (ipomoea batatas) pada ibu hamil dengan LILA ibu hamil kekurangan energi kronis. Ubi jalar ungu akan diberikan pada ibu hamil sebanyak 200 gram (224 kalori) per hari selama 14 hari. Jenis penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental dengan desain pretest-postest one group design.  Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil KEK di Puskesmas Kedungwuni 2. Sampel penelitian ini menggunakan random sampling dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data menggunakan pengukur LILA. Analisis data menggunakan  T-Test. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan LILA ibu hamil KEK sebelum (pre test) dan sesudah (post test) diberikan ubi jalar ungu dengan nilai p value 0,96 (>0,05). Saran bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk dapat menyampaikan pada ibu hamil khususnya ibu hamil KEK tentang manfaat ubi jalar ungu ini walaupun tidak berpengaruh terhadap perubahan LILA ibu hamil.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document