EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

24
(FIVE YEARS 24)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By EDULEAD: Journal Of Christian Education And Leadership

2722-5658, 2722-645x

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 102-119
Author(s):  
Aby Gayel ◽  
Stimson Hutagalung ◽  
Rolyana Ferinia

The purpose of this study is to obtain a description concerning the application of the right discipline influences and the pastor’s role model towards the faithfulness of the pastor’s children to God. This study uses the descriptive method by giving a questionnaire to the pastor’s children whose parents serve as the pastor at the Jakarta Local Conference Seventh Day Adventist Church with 108 samples of pastor’s children aged from 15 years old randomly determined. The results show that most of the pastor’s children had a good perception of the application of the right discipline that must be started early and the role model of the pastors towards the faithfulness of pastor’s children to God. The expected implication is that the pastor and his whole family can be a good example for the church community in particular so as not to be a bad impact on the spiritual growth of the congregation.AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi tentang penerapan disiplin yang benar dan peran keteladanan pendeta terhadap kesetiaan anak-anak pendeta kepada Tuhan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan memberikan angket kepada anak-anak pendeta dimana orang tua mereka melayani di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Konfrens DKI Jakarta dengan sampel 108 orang anak-anak pendeta dengan usia 15 tahun keatas yang ditentukan secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak pendeta memiliki persepsi yang baik mengenai penerapan disiplin yang benar yang harus dimulai sejak dini, dan bahwa pendeta harus menunjukan keteladanan melalui pola hidup bukan hanya melalui pengajaran, sehingga melalui penerapan disiplin yang benar dan peran keteladanan seorang pendeta akan mempengaruhi peningkatan kesetiaan anak-anak pendeta kapada Tuhan. Implikasi yang diharapkan adalah agar pendeta dan seluruh keluarganya dapat menjadi teladan yang baik bagi masyarakat gereja secara khusus agar tidak menjadi dampak buruk bagi pertumbuhan kerohanian jemaat.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 36-52
Author(s):  
Ebenhaizer Imanuel Nuban Timo

Abstrak Penulis mendiskusikan sikap penolakan terhadap kehadiran anak-anak penerima baptisan dalam perayaan Perjamuan Kudus sebagaimana yang dipraktekkan kebanyakan jemaat dalam lingkungan Gereja Kristen Jawa (GKJ). Bertolak dari penelitian terhadap Pokok-Pokok Ajaran (PPA) GKJ, penulis menunjukkan adanya inkonsistensi dalam penerapan PPA-GKJ. Pada satu sisi GKJ memahami Perjamuan Kudus sebagai perlambang kehidupan keluarga Allah. Tetapi pada sisi lain, anak-anak penerima baptisan tidak terhisab dalam keluarga Allah sehingga ditolak kehadirannya dalam Perjamuan Kudus. Ada dua penyebab yang melandasi praktek ini. Pertama, penetapan persyaratan yang terlalu tinggi bagi keikut-sertaan dalam Perjamuan Kudus. Kedua, masih kuat pengaruh paham dalam budaya Jawa tradisional tentang anak-anak sebagai kaum yang tidak bisa disetarakan dengan orang dewasa. Perspektif rangkap dari Roberth Schreiter yakni membuka tradisi gereja dan membuka budaya dipakai penulis untuk memperlihatkan bahwa penolakan terhadap anak-anak dalam Perjamuan Kudus merupakan tindakan yang bertentangan dengan hakikat Perjamuan Kudus. Abstract The author discusses the prohibition of entry of baptized children in the celebration of Holy Communion as practiced by most congregations in Christian Church of Java (Gereja Kristen Jawa/GKJ, Bahasa Indonesia). Drawing from the research conducted on the Principle Teachings (Pokok-Pokok Ajaran/PPA, Bahasa Indonesia) of GKJ, the author explains that there are inconsistencies in the implementation of PPA-GKJ. On one hand, GKJ understands that the Holy Communion is a symbol of life in God’s family. On the other hand, baptized children are not included within God’s family, which is the reason why they are not allowed to attend Holy Communion. There are two main reasons why this happens. First, difficult requirement for the permission to attend Holy Communion. Second, strong traditional Javanese ideology to exclude children from adult activities. The author employs Double perspective from Roberth Schreiter to analyze church tradition and culture to show that excluding children from Holy Communion contrasts to the main essence of Holy Communion.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 71-88
Author(s):  
Santosa Santosa

Technological disruption has an impact on fundamental changes in the order of human life. The disruption of technology has a positive and negative impact on human life. Facing the change and the impact of the technological disruption, the role of parents is very important in shaping leadership in children. This research was conducted by studying literature and text analysis of the Book of Deuteronomy 6:6-9. The results of this study aim to describe the urgency of the role of parents in building children's leadership according to Deuteronomy 6:6-9 in an era of technological disruption. The conclusion is the urgency of the role of parents in building children's leadership in an era of technological disruption according to Deuteronomy 6:6-9, among others: 1) To become spiritual educators of children. 2) Become a role model for spiritual discipline. 3) Discipline the spiritual growth of children. 4) Improve the relationship with children. 5) Give children responsibility for their spiritual growth. 6) Become a role model in healthy social media.AbstrakDisrupsi teknologi berdampak terhadap perubahan tatanan kehidupan manusia secara fundamental. Disrupsi teknologi memberi dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Menghadapi perubahan dan dampak akibat disrupsi teknologi, peran orang tua sangat penting dalam membentuk kepemimpinan dalam diri anak. Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur dan analisis teks Kitab Ulangan 6: 6-9. Hasil penelitian ini bertujuan mendiskripsikan urgensi peran orang tua membangun kepemimpinan anak menurut Kitab Ulangan 6: 6-9 di era disrupsi teknologi. Diperoleh kesimpulan urgensi peran orang tua membangun kepemimpinan anak di era disrupsi teknologi menurut Ulangan 6: 6-9 antara lain: 1) Menjadi pendidik rohani Anak. 2) Menjadi role model disiplin rohani. 3) Mendisiplin pertumbuhan rohani anak. 4) Meningkatkan relasional dengan anak. 5) Memberi tanggungjawab anak terhadap pertumbuhan rohaninya. 6) Menjadi role model bermedia sosial sehat.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-16
Author(s):  
Hery Susanto

Multicultural Christian education is in line with the diversity that exists in Indonesia. Theologically, Christian education contains elements of knowing God which is universal so that it is not only controlled by the Jews. In the Jewish tradition Christian education was intense, but Jesus extended that teaching beyond the boundaries of Jewish culture and tradition. The culture used is the culture of God's kingdom that puts forward the power of God's government in the world and heaven. In every human culture, there is always room for religiosity, and that is what must be taught. The Lord Jesus teaches anyone to be able to know God's Kingdom and His will in human culture. The method used is a literature qualitative research method by comparing various sources of writing related to multicultural Christian education and its implementation in Christian education in Indonesian culture.AbstrakPendidikan kristiani multikultural sangat sesuai dengan keberagaman yang ada di Indonesia. Secara teologis, pendidikan Kristiani mengandung unsur pengenalan akan Tuhan yang universal sehingga bukan hanya dikuasai oleh orang Yahudi saja. Dalam tradisi Yahudi pendidikan kristiani sangan intens, tetapi Yesus mengembangkan pengajaran itu melampaui batasan budaya dan tradisi Yahudi. Budaya yang digunakan adalah budaya kerajaan Allah yang lebih menekankan kuasa pemerintahan Allah di dalam dunia dan di surga. Setiap budaya manusia selalu memberi ruang bagi religiusitas, dan itulah yang harus diajarkan. Tuhan Yesus mengajarkan kepada siapapun untuk dapat mengenal Kerajaan Allah dan kehendak-Nya dalam budaya manusia. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif literature dengan membandingkan berbagai sumber tulisan yang terkait dengan pendidikan kristiani multikultur dan implementasinya dalam pendidikan kristiani dalam budaya masyarakat Indonesia.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 120-136
Author(s):  
Yornan Masinambow

Pendidikan merupakan bagian penting dalam setiap kehidupan dalam hal ini memajukan suatu peradaban manusia. Begitupun di Indonesia dengan kemajemukannya, pendidikan menjadi hal yang penting bagi kemajuan bangsa. Namun, pendidikan di Indonesia masih berpatokan pada corak pendidikan barat. Hal tersebut juga merambah pada Pendidikan agama dalam hal ini Pendidikan Kristen yang secara historis kekristenan berkembang pada waktu zaman penjajahan. Pendidikan Kristen yang hadir berwawasan barat serta bercorak esklusif dalam masyarakat Indonesia yang plural. Oleh karena itu, Pendidikan Kristen perlu untuk mengalami transformasi agar sesuai dengan konteks kebangsaan Indonesia yang majemuk. Artikel ini menggunakan penelitian studi kepustakaan, melalui pengkajian serta perumusan konsep pendidikan kristen yang ditransformasi dalam konteks kebangsaan Indonesia. Melalui paparan dalam pembahasan dapat dikatakan bahwa transformasi Pendidikan Kristen konteks kebangsaan Indonesia bersifat inklusif, dialogis, serta menghargai, menghormati berbagai macam latar belakang budaya lokal, agama di Indonesia. Melalui transformasi, identitas pendidikan kristen menjadi orisinil Indonesia yang menghargai kemajemukan serta tidak lagi terkukung oleh corak doktrinal esklusif barat. Transformasi pendidikan kristen dalam konteks Indonesia juga menekankan nilai Pancasila sebagai identitas bersama dan juga kerukunan sebagai dasar pembelajaran, serta secara teologis menghadirkan cinta kasih bagi sesama dalam pemberitaan Injil.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 89-101
Author(s):  
Paulus Purwoto

The role of believers and the church in actualizing the mission has a wrong mindset towards the basic concepts of missiology which results in not maximizing the preaching of the good news to others. Some people claim to be Christian but are reluctant to carry out the Great Commission and Paradigm that wrongly denounces the role of believers in evangelizing. For this reason, the church in Christian education is expected to be able to provide understanding to church members to be able to make Christian education the basis and means of evangelism. Using a qualitative descriptive approach, this research can be started by describing the mission and nature of the mission that Christian education must begin with an understanding related to the nature of missiology as the basis and driving force for the mission. Furthermore, the mission in Christian Education must also be a curriculum that is continuously taught to regenerate the Lord's congregation to continue to actualize the mandate of the Great Commission. so that the Church and Mission as a source of actualization can be realized and become the lifestyle of believers as part of the church.AbstrakPeran orang percaya dan gereja dalam mengaktualisasi misi memiliki mindset yang salah terhadap konsep dasar misiologi yang mengakibatkan tidak maksimalnya pemberitaan kabar baik bagi orang lain. Adanya orang yang mengaku Kristen, tetapi enggan untuk melakukan Amanat Agung dan Paradigma yang salah mengakibatkan tidak maksimalnya peran orang percaya dalam menginjil. Untuk itu gereja dalam pendidikan Kristen diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada anggota gereja untuk dapat menjadikan pendidikan Kristen sebagai dasar dan sarana penginjilan. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif penelitian ini dimulai dengan mendeskripsikan misi dan hakikat misi, selanjutnya pendidikan Kristen yang dimulai dengan pengertian yang berkaitan terhadap konsep dasar Misiologi sebagai motivasi atau penggerak dalam melakukan misi. Dan  misi dalam Pendidikan Kristen juga harus menggunakan kurikulum misi yang terus diajarkan untuk meregenerasi jemaat Tuhan untuk terus mengaktualisasi mandat Amanat Agung. sehingga gereja dan misi sebagai sumber Aktualisasi dapat terwujud dan menjadi gaya hidup orang percaya sebagai bagian dari gereja.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document