Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

90
(FIVE YEARS 60)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Teologi Simpson

2548-7558, 2548-7868

Author(s):  
Lister Napitupulu

Health anthropology has experienced a tremendous new revolution, started from last year, 2020. A New-normal Health Protocol formulation was put in place to deal with the Covid-19 pandemic outbreak. Natural and social media communities complained about humanity and human rights degradation, raising calls for resistance due to imposed global restrictive regulations. God in Christian theology is a God who promises to His human creation that He will be with and help humans to have a happy and prosperous life. By doing literature research, this paper tries to explore whether the Covid-19 management guidelines are by the consistency of covenant God in restoring the essence of humanity. How is the relation between two paradigms of society, from God’s side and human’s side, through the Health Protocol intervention? The finding is that God, who created perfect human beings, keeps all the processes of his life to become the people of His eternal kingdom. Society and individuals should be able to respond to global regulations as support for faith and perspective to continue to live and fill the days ahead with the maximum quality of life as prime human beings.  ABSTRAK: Antropologi kesehatan mengalami suatu revolusi baru yang dahsyat, dimulai dari tahun lalu, 2020. Sebuah rumusan Protokol Kesehatan New-normal diberlakukan untuk menangani wabah pandemi Covid-19. Masyarakat nyata dan media sosial mengeluhkan perasaan degradasi kemanusiaan dan hak asasi manusia bahkan mencuatkan seruan perlawanan karena peraturan pembatasan global yang dipaksakan. Allah dalam teologi Kristen adalah Allah yang berjanji kepada manusia ciptaan-Nya bahwa Ia akan menyertai dan menolong manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan berbahagia. Dengan melakukan sebuah literature-research tulisan ini mencoba menelusuri apakah pedoman tatalaksana Covid-19 ini sesuai dengan konsistensi Allah yang berjanji dalam hal memulihkan esensi kemanusiaan. Bagaimanakah hubungan antara dua paradigma tentang kemanusiaan dari sisi Allah dan manusia melalui intervensi Protokol Kesehatan. Temuan bahwa Allah yang menciptakan manusia yang sempurna menjaga sepanjang proses kehidupannya agar menjadi umat kerajaan kekal-Nya. Seyogyanya masyarakat dan individu dapat menyikapi peraturan global sebagai penopang iman dan cara pandang sehingga tetap dapat menjalani dan mengisi hari-hari ke depan dengan kualitas hidup maksimal sebagai manusia prima.


Author(s):  
Simon Simon ◽  
Alfons Renaldo Tampenawas ◽  
Joko Santoso ◽  
Astrid Maryam Yvonny Nainupu ◽  
Semuel Ruddy Angkouw ◽  
...  

Participation of Religious Leaders in Helping the Success of the Government's COVID-19 Vaccination Program. The basic idea of this paper departs from observations in the virtual and real world, where certain people or groups are found who disagree with the need to be vaccinated. If the country's people reject the mandatory mass vaccination, which the government is discussing, it will take a long time to restore normal activities. This paper uses a descriptive qualitative method with a literature study approach. The description in this paper found some people's rejection of vaccines because their views or perceptions about COVID-19 influenced it. The government's hope to immediately carry out mass vaccinations for all Indonesian people must be balanced with maximum efforts to make it happen. This substantial effort can be made by providing massive education in the media, conducting public campaigns, and providing guarantees to vaccine recipients. On the other hand, the success of this vaccination program does not only depend on the government; all elements of society are expected to contribute in this regard, especially religious leaders. The manifestation of the involvement of religious leaders is by educating the congregation through the pulpit about vaccines. In addition, religious leaders must also set an example by participating in vaccinations and actively countering hoax news. The dominance of factual information about vaccines dominates mass lines on social media. ABSTRAKKeikutsertaan Pemuka Agama Dalam Membantu Mensukseskan Program Vaksinasi COVID-19 Pemerintah. Ide dasar tulisan ini berangkat dari pengamatan di dunia maya dan nyata, yang mana ditemukan orang-orang atau kelompok tertentu yang tidak menyetujui keharusan untuk divaksin. Apabila masyarakat tanah air kecenderungan menolak wajib vaksinasi masal yang diwacanakan oleh pemerintah, tentu akan lama memulihkan aktivitas normal kembali. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur. Uraian pada tulisan ini ditemukan, penolakan sebagian orang terhadap vaksin karena dipengaruhi oleh  pandangan atau persepsi mereka mengenai COVID-19. Harapan pemerintah untuk segera melakukan vaksinasi masal ke seluruh masyarakat tanah air, harus diimbangi upaya yang maksimal dalam mewujudkannya. Upaya konkret itu dapat dilakukan dengan pemberian edukasi secara masif di media, melakukan kampanye publik dan adanya jaminan kepada penerima vaksin. Disisi lain suksesnya program vaksinasi ini tidak hanya bergantung kepada pemerintah, semua elemen masyarakat diharapkan kontribusinya dalam hal ini terutama para pemuka agama. Wujud dari keterlibatan pemuka agama adalah dengan mengedukasi jemaat melalui mimbar tentang vaksin. Selain itu, pemuka agama juga harus memberi contoh dengan ikut divaksin, serta aktif mengcounter berita hoax agar dominasi berita faktual tentang vaksin menguasai lini massa  di media sosial.


Author(s):  
Brian Marpay ◽  
Nasokhili Giawa

Jealousy is one of the characteristics of God, which is essential in His divinity. It's just that some take it casually and even tend to see that jealousy like this is not too severe. This is why this article was written to ascertain the extent to which God's jealousy is essential to be studied by God's people and its application from the perspective of the responsibility of faith in Him. It should be understood that the Bible shows this nature of God, that He is a jealous God. However, this jealousy of God is certainly not as heavy as humans' jealousy in general. God was jealous of the acts of disloyalty made by humans against Him, namely deliberately rebelling against and worshiping other gods. God has the right to be jealous because of the disobedience of His chosen people, who have violated the content of His eternal covenant. Therefore, this article is written using a biblical-theological approach, namely trying to understand the purpose of God's jealousy as contained in Exodus 20: 3-5 by paying attention to the text and context and then analyzing it to find its value, relevance, and application in daily life. In the end, this article shows that the background behind God's jealousy is, firstly, there is a broken promise, second is the existence of a double attitude (because of a special relationship before), and the third is that there is an attitude of relationship dissatisfaction that causes jealousy, namely adultery with other gods. ABSTRAKSikap cemburu merupakan salah satu sifat khas Allah yang esensial dalam keilahian-Nya. Hanya saja, ada yang menanggapinya secara biasa saja bahkan cenderung melihat bahwa sifat cemburu seperti ini tidak terlalu serius. Inilah yang menyebabkan artikel ini ditulis untuk memastikan sejauh mana kecemburuan Tuhan penting dipelajari oleh umat Tuhan dan aplikasinya dari perspektif tanggung jawab iman kepada-Nya. Perlu dipahami bahwa Alkitab menunjukkan sifat Allah ini, bahwa Ia adalah Allah yang cemburu. Namun, kecemburuan Allah ini tentu tidak sama bobotnya dengan kecemburuan yang biasa dilakukan manusia pada umumnya. Sejujurnya Tuhan Allah sangat cemburu dengan tindakan ketidaksetiaan yang dibuat oleh manusia terhadap-Nya yaitu dengan sengaja memberontak dan menyembah allah lain. Allah berhak cemburu karena ketidak-taatan umat pilihan-Nya yang telah melanggar konten kovenan-Nya yang kekal. Karena itu, artikel ini ditulis menggunakan pendekatan teologi biblika yaitu berupaya memahami maksud kecemburuan Allah sebagaimana dimuat di dalam Kel. 20:3-5 dengan memperhatikan teks dan konteks lalu menganalisis untuk menemukan nilai, relevansi, dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya artikel ini memperlihatkan bahwa yang menjadi latar belakang di balik kecemburuan Allah ialah, pertama adanya janji yang diingkari, kedua ialah adanya sebuah sikap menduakan (karena adanya hubungan spesial sebelumnya), dan yang ketiga ialah adanya sikap ketidakpuasan relasi yang menimbulkan kecemburuan yaitu perzinahan dengan allah-allah lain.


Author(s):  
Made Nopen Supriadi ◽  
Manase Gulo ◽  
Iman Kristina Halawa
Keyword(s):  

Author(s):  
Firman Panjaitan

Poverty in Indonesia is a crucial problem that must be considered by various parties, including the church. However, the church often neglects this because the church is often preoccupied with its theological model that sides with wealth so that the existence of the poor is ignored. This makes the church's mission neglected because it does not take the condition of the poor seriously. Using the phenomenological method, this article shows that poverty should be a severe concern in the missiological aspect of the church. In addition, the method of rhetorical criticism is used to show that the Bible also speaks of God's care for the poor. The study results recommend that the church should have the courage to carry out missiological duties to the poor by putting the poor first and placing the poor as equals, who also receive the same salvation from God. Through this missiological task, the church will contribute to alleviating poverty. ABSTRAKKemiskinan di Indonesia merupakan masalah krusial yang harus diperhatikan oleh berbagai pihak, termasuk gereja. Namun seringkali gereja mengabaikan hal ini, karena gereja seringkali asyik dengan model teologinya yang berpihak pada kekayaan, sehingga keberadaan orang miskin diabaikan. Hal ini menjadikan tugas misiologi gereja terbengkalai karena tidak memperhatikan dengan serius keadaan orang miskin. Dengan menggunakan metode fenomenologi artikel ini menunjukkan bahwa masalah kemiskinan harus menjadi perhatian yang serius dalam aspek misiologi gereja. Di samping itu digunakan juga metode kritik retorik untuk menunjukkan bahwa Alkitab pun berbicara tentang kepedulian Allah terhadap orang miskin. Hasil penelitian merekomendasikan bahwa gereja harus berani menjalankan tugas misiologi kepada orang-orang miskin, dengan cara mendahulukan dan menempatkan orang miskin sebagai sesama yang sejajar, yang juga mendapatkan keselamatan yang sama dari Allah. Melalui tugas misiologi tersebut, gereja akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan.


Author(s):  
Sutrisno Sutrisno ◽  
Peni Hestiningrum ◽  
Marthin Steven Lumingkewas ◽  
Bobby Kurnia Putrawan

The purpose of this study was to analyze the influence of Christian Religious Education on changes in the character of teenagers at GBI Bukit Sion Kelapa Gading. This study uses a quantitative survey research methodology by using a statistical regression analysis technique. The data collection technique used a Likert scale with four answer choices distributed to 40 teenagers in this study. The data processing results show a correlation between the variables of Christian Religious Education and Teenagers Character Building of 0.486 or 48.6%. This means that Christian Religious Education has a positive role in changing the character building of teenagers at GBI Bukit Sion Kelapa Gading. ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Pendidikan Agama Kristen terhadap perubahan karakter remaja di GBI Bukit Sion Kelapa Gading. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif survey dengan menggunakan teknik analisis statistika regresi. Teknik pengumpulan data menggunakan skala likert empat pilihan jawaban yang dibagikan kepada 40 remaja yang menjadi responden penelitian ini. Hasil pengolahan data menunjukkan ada korelasi antara variabel Pendidikan Agama Kristen terhadap Pembentukan Karakter Remaja sebesar 0,486 atau 48,6 %. Artinya bahwa Pendidikan Agama Kristen memiliki peran  yang positif dalam perubahan pembentukan karakter remaja di GBI Bukit Sion Kelapa Gading.


Author(s):  
Ardi Raharjo Sastrohartoyo ◽  
Rubin Adi Abraham ◽  
Jantje Haans ◽  
Tjahyadi Chandra

Author(s):  
Sonny Eli Zaluchu

Suffering, as a natural part of life, will be burdensome and burdensome when we respond in the wrong way. Therefore, it is necessary to have a theological construction so that humans can survive and pass through their sufferings victoriously. This paper aims to build a theological response to human suffering by proposing the presence of a theology of suffering. It can be concluded that through the theology of suffering, suffering humans can accept suffering as God's sovereignty. This theology also builds on the understanding that the way of suffering can identify God. The suffering experienced by humans does not come immediately because it has a unique purpose for everyone. It is also found that in the theology of suffering, God suffered through the death of His Son on the Cross for the benefit of humanity. This paper is written entirely with an analytic approach by relying on various theories and interpretations of Bible verses through in-depth literature studies ABSTRAK: Penderitaan sebagai bagian alami kehidupan, akan menjadi sesesuatu yang membebani dan menjerumuskan ketika ditanggapi dengan cara yang salah. Oleh sebab itu, diperlukan kehadiran sebuah konstuksi teologis agar manusia dapat bertahan dan melewati penderitaanya dengan kemenangan. Paper ini bertujuan untuk membangun tanggap teologis terhadap penderitaan manusia dengan mengusulkan kehadiran teologi penderitaan. Disimpulkan bahwa melalui teologi penderitaan, manusia yang menderita dapat menerima penderitaan sebagai sebuah kedaulatan Tuhan. Teologi ini juga membangun pengertian bahwa Allah dapat dikenali melalui jalan penderitaan. Penderitaan yang dialami manusia tidak hadir serta merta karena memiliki tujuan khas bagi setiap orang. Juga ditemukan bahwa di dalam sebuah teologi penderitaan, Allah ikut menderita melalui kematian anak-Nya di atas Salib untuk kepentingan manusia. Paper ini sepenuhnya ditulis dengan pendekatan analitik dengan mengandalkan berbagai teori dan tafsiran ayat-ayat Alkitab melalui pendalaman kajian pustaka.


Author(s):  
Sona Jhon ◽  
Gideon Gideon ◽  
Mikha Agus Widiyanto

This research aims to find the appropriate strategy in overcoming syncretism in the lives of the Dayak Punan Lisum tribe so that their faith grows in the proper knowledge according to the Gospel. This research was conducted on the community in Muara Belinau Village, Tabang Districts, Kutai Kartanegata District, East Kalimantan. This study uses a qualitative approach with ethnographic methods. Data collection was carried out using interviews. The results showed that the Dayak Punan Lisum Christians in Muara Belianu Village still believed in particular objects considered to have power from God. Even though they have become Christians for decades, they still hold on to their old beliefs. This research shows syncretism in the Dayak Punan Lisum community. However, teaching, preaching, pastoral counseling, discipleship, and involvement in prayer groups positively changed faith beliefs from old beliefs to Christian beliefs. In addition, faith-building in society reduced syncretism in the life of confidence in the Dayak Punan Lisum tribe.  ABSTRAKTujuan penelitian untuk menemukan strategi yang tepat dalam upaya penanggulangan sinkretisme dalam kehidupan Suku Dayak Punan Lisum agar iman percayanya bertumbuh dalam pengetahuan yang benar sesuai dengan Injil. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di Desa Muara Belinau, Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegata, Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, pengamatan dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Kristen Suku Dayak Punan Lisum di Desa Muara Belianu masih memercayai pada benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kuasa dari pada Tuhan. Meskipun telah menjadi Kristen sudah usia puluhan tahun, namun masih berpegang pada kepercayaan lama mereka. Penelitian ini menunjukkan adanya sinkretisme dalam masyarakat Suku Dayak Punan Lisum. Melalui pengajaran, kotbah, konseling pastoral dan pemuridan serta kelompok doa memberikan kontribusi yang positif dalam perubahan kepercayaan iman dari kepercayaan lama kepada kepercayaan iman Kristen. Pembinaan iman di tengah-tengah masyarakat mampu mengurangi sinkretisme dalam kehidupan iman percaya Suku Dayak Punan Lisum.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document