A Sound Level Meter featured with automatic estimation of the measurement uncertainty

Measurement ◽  
2021 ◽  
pp. 110409
Author(s):  
Marco Carratù ◽  
Consolatina Liguori ◽  
Vincenzo Paciello ◽  
Antonio Pietrosanto ◽  
Domenico Russo ◽  
...  
Author(s):  
Petru A. Pop ◽  
Patricia A. Ungur ◽  
Liviu Lazar ◽  
Mircea Gordan ◽  
Florin M. Marcu

One wildly used method to reduce and control the noise pollution in green city’s buildings is using sonic-absorbent panels. Their applications can be multiple, such as the insulation of buildings, acoustic barriers and fences along the highway or in front of supermarkets, hospitals and other public buildings. This paper presents a method for testing the behavior of sonic-absorbent panels in open-air environment. The work represents a carrying on of previous research about absorbent materials from gypsum family, tested in lab conditions. The experiment setup used a dynamic installation and as a sample a stand formed by six sonic-absorbent panels from special modeling alpha-gypsum plaster. This installation has been composed of two loudspeakers for emitting the sound at a well-defined frequency by the first laptop, the microphone for detecting and transmitting the signal to the second laptop for analyzing and processing the data. All operations were performed using MATLAB Programs, while a Data Logger Sound Level Meter type CENTER 332 was put on near the microphone to compare both results. The first experiment of acoustic stand has been realized by setting up the installation at a frequency from 50 Hz to 1250 Hz and altering the distance between loudspeakers and stand at 0.5m to 1m and 1.5m, respectively. The second experiment kept the same test’s conditions, while two and three layers of sonic-absorbent panels formed the stand, respectively, but at same distance from source of 0.5 m. In both tests, the results underlined the good sonic-absorbent properties of these panels, especially at medium and high frequency, which can recommend using the panels for multiple outside applications.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 68-76
Author(s):  
Aryo Sasmita ◽  
Muhammad Reza ◽  
Rodesia Mustika Rozi

Dalam kegiatan operasionalnya CV. X yang bergerak pada pengolahan kayu, berpotensi menimbulkan kebisingan yang berasal dari mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi pallet. Kebisingan di perusahaan ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kenyamanan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas kebisingan yang dihasilkan oleh mesin produksi, lama waktu pemaparan, pemetaan kebisingan dan upaya pengendalian kebisingan. Metode pengukuran kebisingan mengacu pada metode noise mapping dan alat yang digunakan adalah Sound Level Meter. Data yang diperoleh kemudian diolah menjadi peta kontur dengan variasi warna biru, hijau, kuning, ungu dan merah. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kebisingan tertinggi sebesar 99,4 dB dan tingkat kebisingan terendah sebesar 67,3 dB. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persamaan NIOSH dari 128 titik pengukuran metode noise mapping terdapat 38 titik dengan tingkat kebisingan >85 dB yang menunjukkan waktu pemaparan di atas standar yang sudah direkomendasikan NIOSH. Tingkat kebisingan tertinggi sebesar 99,4 dB dengan lama pemaparan selama 0,3 jam dan tingkat kebisingan terendah sebesar 67,3 dB dengan lama pemaparan selama 475 jam. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebisingan seperti pengendalian dari sumber, jalur transmisi, dan penerima.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Muh Azhari ◽  
Rudy Yoga Lesmana

Permasalahan lingkungan dari usaha kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, papan dan transportasi harus dilakukan penanganan dengan baik. Misalnya seperti pengaruh kegiatan transportasi udara terhadap kondisi kualitas lingkungan setempat  seperti kegiatan di Bandara Cilik Riwut Kelurahan Pahandut, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode kualitatif dengan analisis data instrumen seperti Sound Level Meter Instrument, Anemometer, GPS, Flight Radar, Google Maps Application & WECPNL Instrument (Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level)  dan pengambilan data dilakukan selama tiga hari sesuai dengan kedatangan dan keberangkatan pesawat. Hasil penelitian dengan analisis WECPNL menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di hari ke 2 lebih besar dibandingkan hari ke 3 dan hari ke 3 lebih besar dari hari ke 1 (87,2  > 82,2 > 75,9) dengan nilai rata-rata WECPNL sebesar 81,7. Kebisingan di bandara Cilik Riwut di Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah termasuk kebisingan regional tingkat II dan III. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir Risiko kebisingan tersebut yaitu dengan melakukan kegiatan rekayasa keteknikan dan menanam vegetasi yang berfungsi mengurangi kebisingan Kata kunci: Bandara, Kebisingan, Lingkungan. The environmental problems of the efforts of human activities to meet the needs of life, such as clothing, food, housing and transportation must be handled properly. For example, such as the influence of air transportation activities on local environmental quality conditions such as activities at Cilik Riwut Airport, Pahandut Village, Pahandut District, Palangka Raya City, Central of Kalimantan. The research method used is a qualitative method with data analysis instruments such as Sound Level Meter Instrument, Anemometer, GPS, Flight Radar, Google Maps Application and WECPNL Instrument (Weighted Equivalent Continuous Percepived Noise) and data collection is carried out for three days in accordance with the arrival and departure of the aircraft. Results of research with  WECPNL analysis show that the noise level on the second day is greater than the third day and the third day is greater than the first day (87,2  > 82,2 > 75,9) with  score average value is 81,7. Noise at Cilik Riwut airport in Palangka Raya City, Central Kalimantan including regional level II and III noise. activities that can be carried out are carrying out engineering activities and planting vegetation which have the function of reducing noise. Keyword: Airport, Environmental, Noice.


2019 ◽  
Author(s):  
Hengky Herdianto ◽  
Mochamad Alfi Zahwanul Farich

Manusia memiliki batas kemampuan mendengar suara pada rentang hingga 140 dB, lebih daripada itu akan terjadi kerusakan pada organ-organ dalam gendang telinga. Ampas tebu PG Kremboeng mengandung 70,97% silikat murni yang berpotensi memberikan penguatan pada papan serat dan meningkatkan performa serap bunyi. Metode yang digunakan untuk sintesis nano silikat ampas tebu dilakukan dengan cara Pretreatment BBA, tukar kation silikat, dan pencucian gel kering. Komponen silikat dan produk lain dalam ampas tebu ditentukan menggunakan difraksi sinar-X (XRD). Morfologi xerogels nano silikat dan papan serat telah diteliti dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Daya serap ditentukan dari berat sebelum dan sesudah perendaman dalam air 24 jam. Pengujian keteguhan patah dan Modulus of Elasticity dilakukan dengan Universal Testing Machine. Uji Internal Bond direkatkan pada dua buah blok alumunium dengan perekat besi dan dibiarkan mengering. Koefisien serap diukur dengan sound level meter. Berdasarkan pola XRD, dapat diketahui bahwa terdeteksi medium silicate hydroxide. Berdasarkan mikrograf SEM dapat diketahui suatu struktur bongkahan yang memanjang halus terdiri atas kumpulan-kumpulan partikel nano silikat pada papan dengan template serat sabut kelapa. Sampel terbaik dalam penelitian ini adalah I (60%;17%;23%) dengan nilai DSA 82,38%, MOR 102,84 kg/cm2, MOE 11.228,52 kg/cm2, dan IB 0,83 kg/cm2. Interval nilai koofisien serap taraf intensitas bunyi antar sampel adalah 0,527 < x < 1,000 pada pagi hari, 0,544 < x < 1,000 pada siang hari, dan 0,538 < x < 1,000 pada malam hari. Sehingga secara keseluruhan interval pada segala kondisi waktu adalah 0,527 < x < 1,000.


2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 122 ◽  
Author(s):  
Rizka Silviana Hartanti ◽  
Budi Astuti

<p style="text-align: justify;">The purpose of this study was to analysis of angklung sound intensity. The research method is using angklung musician 2 octaves. Each consists of two tube tone that sounded from the tone of G to G ', length and diameter of the tube every tone becomes independent variable, while intensity of the sound produced becomes dependent variable. Sound intensity is measured using a Sound Level Meter is placed with a constant distance. The result showed that G tone was a low tone which had a frequency of 49.5 Hz, first tube had 21.6 cm length and 4.1 cm diameter, second tube had 10.1 cm length and 3.4 cm diameter produced the sound intensity of 90.7 dB. G’ tone was a high tone which had a frequency of 99 Hz, first tube had 10 cm length and 3 cm diameter, second tube had 5.5 cm length and 2.1 cm diameter produced the sound intensity of 99.1 dB. It can be concluded that the higher the frequency, the greater the intensity of the sound produced. The shorter tube length and the smaller tube diameter, the greater the intensity of the sound. ©2016 JNSMR UIN Walisongo. All rights reserved.</p>


PROMOTOR ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 191
Author(s):  
Indri Putri Pratiwi ◽  
Andi Asnifatima ◽  
Rubi Ginanjar

<p>Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (� 10 mmHg). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara paparan<br />kebisingan dengan peningkatan tekanan darah karyawan di Stasiun Bojong Gede. Penelitian menggunakan obsevasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 97<br />dengan menggunakan teknik pengambilan non probability sampling (sampel jenuh) dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di ruang terbuka dan ruang<br />tertutup di Stasiun Bojong Gede, dengan menggunakan sound level meter. Pengumpulan data karakteristik dan kebiasaan karyawan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran tekanan darah di lakukan pada saat sebelum dan sesudah bekerja menggunakan sphygmomanometer.<br />Tingkat bising di ruang terbuka melebihi Nilai Ambang Batas dan tingkat bising di ruang tertutup sesuai NAB. Dari hasil pengukuran 76% responden bekerja dengan kebisingan melebihi NAB dan 72% responden mengalami peningkatan tekanan darah. Karyawan laki-laki 91% perempuan 9%, usia<br />&lt;30 tahun 81%, masa kerja &lt;8 tahun 96%, ruang tertutup 83% dan ruang terbuka 17%, karyawan yang memiliki riwayat hipertensi 4%, yang mengonsumsi kafein 81%, merokok 53%, mengalami<br />gangguan fisiologis 86%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin (p-value=0,998), usia (p-value=0,147), masa kerja (pvalue=1,000), riwayat hipertensi<br />(p-value=1,000) dengan peningkatan tekanan darah). Dantidak ada hubungan antara kebiasaan individu (konsumsi kafein (p-value=0,385), kebiasaan merokok (pvalue= 0,094), pola istirahat (p-value=0,135), gangguan psikologis (p-value=0,798). Serta ada</p><p>hubungan antara lokasi kerja (p-value=0,002), kebisingan (p-value=0,007) dengan peningkatan<br />tekanan darah. Dikarenakan jarak sumber bising dengan karyawan hanya � 2 meter. Kesimpulannya<br />adalah ada hubungan antara kebisingan kereta api terhadap peningkatan tekanan darah karyawan di<br />Stasiun Bojonggede. Disarankan agar dilakukan sosialisasi berupa penyuluhan atau pamflet tentang<br />keselamatan dan kesehatan kerja di area Stasiun Bojong Gede.</p>


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Chintya Rahmahtillah Edwin ◽  
Mufti Arifin ◽  
Aprilia Sakti

 Bandara Halim Perdanakusuma sebagai tempat pertemuan segala aktivitas penerbangan merupakan salah satu sumber yang berpotensi mencemari udara terutama dalam hal kebisingan, dimana hal tersebut dapat mengganggu aktivitas warga sekitar. Banyak faktor yang mempengaruhi pada efek kebisingan terhadap gangguan masyarakat seperti, tingkat suara, durasi, waktu kejadian, jangka kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas kebisingan disetiap titik yang telah ditentukan didaerah pemukiman sekitar bandara Halim Perdana dan menentukan batas kawasan kebisingan pemukiman sekitar menurut Keputusan Menteri Perhubungan No.48 tahun 2002 menggunakan metode perhitungan WECPNL. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini hanya alat ukur kebisingan yang disebut sound level meter. Dalam hasil pengolahan data nilai indeks WECPNL dengan intensitas kebisingannya yaitu jarak 200 meter dengan indeks WECPNL sebesar 74,1 dB, jarak 1000 meter dari ujung landasan pacu 06 dengan indeks WECPNL sebesar 80,7 dB, jarak 1000 meter dari ujung landasan pacu 024 dengan indeks WECPNL sebesar 75,5 dB. Kebisingan pada Bandar Udara Halim Perdanakusuma masih sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2002 dimana dari hasil indeks WECPNL yang dimana terdapat pada kawasan kebisingan tingkat 3 yaitu pada Jl. AMD XII, kawasan kebisingan tingkat 2 yaitu pada Jl. Radar Utara, dan kawasan kebisingan tingkat 1 yaitu pada Jl.Kampung Baru 1.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document