scholarly journals ANALISA HUBUNGAN KEBISINGAN KERETA API TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH KARYAWAN DI STASIUN BOJONG GEDE TAHUN 2018

PROMOTOR ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 191
Author(s):  
Indri Putri Pratiwi ◽  
Andi Asnifatima ◽  
Rubi Ginanjar

<p>Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (� 10 mmHg). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara paparan<br />kebisingan dengan peningkatan tekanan darah karyawan di Stasiun Bojong Gede. Penelitian menggunakan obsevasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 97<br />dengan menggunakan teknik pengambilan non probability sampling (sampel jenuh) dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di ruang terbuka dan ruang<br />tertutup di Stasiun Bojong Gede, dengan menggunakan sound level meter. Pengumpulan data karakteristik dan kebiasaan karyawan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran tekanan darah di lakukan pada saat sebelum dan sesudah bekerja menggunakan sphygmomanometer.<br />Tingkat bising di ruang terbuka melebihi Nilai Ambang Batas dan tingkat bising di ruang tertutup sesuai NAB. Dari hasil pengukuran 76% responden bekerja dengan kebisingan melebihi NAB dan 72% responden mengalami peningkatan tekanan darah. Karyawan laki-laki 91% perempuan 9%, usia<br />&lt;30 tahun 81%, masa kerja &lt;8 tahun 96%, ruang tertutup 83% dan ruang terbuka 17%, karyawan yang memiliki riwayat hipertensi 4%, yang mengonsumsi kafein 81%, merokok 53%, mengalami<br />gangguan fisiologis 86%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin (p-value=0,998), usia (p-value=0,147), masa kerja (pvalue=1,000), riwayat hipertensi<br />(p-value=1,000) dengan peningkatan tekanan darah). Dantidak ada hubungan antara kebiasaan individu (konsumsi kafein (p-value=0,385), kebiasaan merokok (pvalue= 0,094), pola istirahat (p-value=0,135), gangguan psikologis (p-value=0,798). Serta ada</p><p>hubungan antara lokasi kerja (p-value=0,002), kebisingan (p-value=0,007) dengan peningkatan<br />tekanan darah. Dikarenakan jarak sumber bising dengan karyawan hanya � 2 meter. Kesimpulannya<br />adalah ada hubungan antara kebisingan kereta api terhadap peningkatan tekanan darah karyawan di<br />Stasiun Bojonggede. Disarankan agar dilakukan sosialisasi berupa penyuluhan atau pamflet tentang<br />keselamatan dan kesehatan kerja di area Stasiun Bojong Gede.</p>

2021 ◽  
Author(s):  
NAHDHA SYARIFAH ◽  
Dwi Septiawati

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal dari tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus. Intensitas kebisingan dapat menjadi faktor risiko terjadinya kejadian hipertensi pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di pemukiman Kelurahan 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling sebanyak 105 responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mini InScience Pro SQ-100 Sound Level Meter dan Aneroid Sphygmomanometer. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dan model faktor risiko. Hasil bivariat menunjukan ada hubungan antara intensitas kebisingan (p-value 0,000), usia (p-value 0,032), aktivitas fisik (pvalue 0,038), jarak rumah (p-value 0,004), barrier (p-value 0,001), dan tidak ada hubungan antara riwayat keluarga (p-value 0,828), merokok (p-value 0,782), serta keberadaan tanaman hias (p-value 0,058) terhadap kejadian hipertensi, dan pada analisis multivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat (p-value = 0,013) setelah dikontrol dengan variabel usia, riwayat keluarga, jarak rumah, dan barrier. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan tinggi secara terus menerus dapat meningkatkan risiko untuk mengalami hipertensi. Saran yang dapat diberikan adalah diharapkan masyarakat rutin beraktivitas fisik setidaknya 10 menit setiap harinya, menambah barrier serta menanam tanaman hias.


Author(s):  
Tri Okta Ratnaningtyas ◽  
Nurwulan Adi Ismaya ◽  
Lela Kania Rahsa Puji ◽  
Nur Hasanah ◽  
Mirta Sepi Afriyani

Bising, salah satu masalah utama kesehatan di negara-negara industri dan merupakan sumber utama dari stres. Data WHO menyebutkan bising melebihi 90 dB di tempat kerja memapar tenaga kerja di negara industri dengan total hampir 14% dan bising lebih dari 85dB juga diperkirakan memapar 20 juta orang Amerika. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kebisingan dengan stres kerja pada pekerja di PT. X tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif serta desain studi cross sectional. Besar sampel penelitian berjumlah 82 pekerja. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dalam studi ini. Sound Level Meter dan kuesioner merupakan alat pengumpulan data dalam studi ini. Univariat dan bivariat (dengan uji chi square) adalah analisis data yang digunakan dalam studi ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja (p-value = 0,018 < α = 0,05).


Author(s):  
Machfudz Eko Arianto ◽  
Julian Dwi Saptadi

ABSTRAKKebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di lingkungan kerja. PT. Adi Satria Abadi merupakan industri di bidang penyamakan kulit yang berlokasi di Yogyakarta memiliki tingkat kebisingan yaitu ruang Spray (89,2 dB), ruang Stacking (87,1 dB), mesin Setter (88,6 dB), mesin milling (90,8 dB), mesin Shaving (86,6 dB), risiko kebisingan yang melebihi NAB dapat berakibat menurunnya tingkat pendengaran. Tujuan dari penelitian ini mengetahui faktor yang berhubungan dengan Hearing Loss pada pekerja di bagian Produksi PT. Adi Satria Abadi Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jumlah sampel sebesar 70 orang. Sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan dasar pertimbangan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini lembar data responden, checklist observasi dan sound level meter untuk mengukur kebisingan. Teknik analisis data ini menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,000 dan rs = 0,531). Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,001 dan rs = 0,433). Ada hubungan yang signifikan antara pemakaian alat pelindung telinga dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,001 dan rs = 0,433). Ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value 0,021 dan rs = 0,221). Kesimpulan terdapat hubungan antara intensitas kebisingan, umur, pemakaian APD dan perilaku merokok dengan kejadian hearing loss pada pekerja di bagian produksi PT. Adi Satria Abadi, Yogyakarta.Kata-kata kunci: Instensitas kebisingan, Umur, APD, Perilaku merokok, Hearing LossABSTRACTNoise is one of the physical hazard factors that are often encountered in the work environment. PT. Adi Satria Abadi is an industry in the field of leather tanning located in Yogyakarta that has noise levels namely Spray room (89.2 dB), Stacking room (87.1 dB), Setter machine (88.6 dB), milling machine (90.8 dB), Shaving machines (86.6 dB), the risk of noise exceeding the NAB can result in decreased hearing levels. The purpose of this study is to find out the factors associated with Hearing Loss in workers in the Production of PT. Adi Satria Abadi City of Yogyakarta. This study uses a quantitative method with an analytic observational type using a cross sectional design to find the relationship between the independent variable and the dependent variable. The number of samples is 70 people. The sample is done by using a purposive sampling technique on the basis of consideration of fulfilling inclusion and exclusion criteria. The instruments used in this study were respondent data sheets, observation checklist and sound level meter to measure noise. This data analysis technique uses univariate analysis, and bivariate using the Spearman correlation test. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between noise intensity and hearing impairment (p = 0,000 and rs = 0,531). There was a significant relationship between age and hearing impairment (p = 0.001 and rs = 0.433). There is a significant relationship between the use of ear protectors with hearing impairment (p = 0.001 and rs = 0.433). There was a significant relationship between smoking behavior and hearing impairment (p = 0.021 and rs = 0.221). Conclusion there is a relationship between noise intensity, age, use of PPE and smoking behavior with the incidence of hearing loss in workers in the production of PT. Adi Satria Abadi, Yogyakarta.Keywords: noise intensity, age, PPE, smoking behavior, hearing loss


PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 329
Author(s):  
Jundan Sibti Umar ◽  
Rubi Ginanjar ◽  
Rahma Listyandini

<div class="WordSection1"><p>Perkembangan teknologi pada indutri dapat mengakibatkan risiko kesehatan pada pekerja. Kebisingan yang dihasilkan dari mesin dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan <em>auditori </em>maupun <em>non-auditori </em>bagi tenaga kerja. Salah satu gangguan <em>non-auditori </em>dari paparan kebisingan yang dapat mengganggu kinerja tenaga kerja adalah stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan kebisingan terhadap stress kerja pada tenaga kerja pengolahaan kelapa sawit PTPN VIII PKS 2 Cikasungka Kabupaten Bogor Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain penelitian <em>cross sectional. </em>Jumlah populasi sebanyak 42 pekerja bagian pengolahan dengan jumlah sampel seluruh populasi. Teknik pengambilan sampling menggunakan <em>nonprobability sampling </em>dengan mengambil sampling jenuh. Pengambilan data kebisingan dilakukan dengan pengukuran langsung menggunakan alat <em>sound level meter </em>dan kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan aplikasi statistic dengan menggunakan uji <em>chi-square. </em>Hasil penelitian didapat, intensitas kebisingan di PTPN VIII PKS 2 Cikasungka di enam stasiun berkisar antara 84,6-97,5 dBA dan stress kerja menunjukan bahwa 31 tenaga kerja (73,8%) mengalami stress ringan dan 11 tenaga kerja (26,2%) mengalami stress berat. Hasil uji statistic <em>Chi-Square Test </em>menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebisingan dengan stress kerja dengan nilai <em>p-value </em>adalah 1,000 (p&gt;0,05) dan ada hubungan antara beban kerja dengan stress kerja dengan <em>p- value </em>adalah 0,043 (p&lt;0,05) Kesimpulan dari penelitian ini adalah kebisingan di PTPN VIII PKS 2 Cikasungka melebihi nilai ambang batas 85 dBA dengan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan stress kerja dan ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada tenaga kerja pengolahan kelapa sawit PTPN VIII PKS 2 Cikasungka Kabupaten Bogor Tahun 2020. Tingkat kebisingan yang tinggi dapat berpotensi menimbulkan stress kerja. Untuk itu disarankan untuk melakukan pengendalian kebisingan dengan cara mengecek, dan memberi pelumas pada mesin dan menyediakan alat pelindung telinga untuk tenaga kerja agar mengurangi tingkat kebisingan yang tinggi.</p></div>


Author(s):  
Faradiba Faradiba

<p class="AbstractEnglish"><strong>Abstract:</strong>. Noise is a sound that can cause discomfort. One of them is rail activity. Noise generated enough to bring negative impacts to the surrounding environment, especially in the school environment.. This research uses descriptive analysis method with cross sectional approach. The location of this research is the school that is right next to the railway crossing i.e. SMA Negeri 37 Jakarta. Noise level data retrieval is performed using a sound level meter applications android-based. The data measured by the instantaneous sound pressure level for 5 minutes, or Leq (5 minutes) for each measurement point. There are 5 point measurements. From the results of measurements at SMA Negeri 37 Jakarta gained an average noise level for 5 measurement point is 70.50 dB. The figure exceeds the threshold if refers to the Kep-48 MNLH/11/1996 to 55,00 dB maximum school environment. Necessary noise control efforts at that school to minimise the negative impact caused. Because of the higher the intensity of noise, the more negative impact, especially for students in the school.<strong></strong></p><p class="KeywordsEngish"> </p><p class="AbstrakIndonesia"><strong>Abstrak:</strong> Bising merpukan sebuah bunyi yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Salah satu yang mengakibatkan timbulnya suara bising yang cukup tinggi adalah aktivitas kereta api. Kebisingan yang dihasilkan cukup membawa dampak negatif bagi lingkungan disekitarnya, khususnya di lingkungan sekolah. penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan <em>cross sectional. </em>Lokasi penelitian ini adalah sekolah yang berada tepat di samping perlintasan rel kereta api yaitu SMA Negeri 37 Jakarta.<em> </em>Pengambilan data tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan aplikasi <em>sound level meter</em><em> </em>berbasis android. Data diukur dengan tingkat tekanan bunyi sesaat selama 5 menit, atau Leq (5 menit) untuk setiap titik pengukuran. Terdapat 5 titik pengukuran. Dari hasil pengukuran pada SMA Negeri 37 Jakarta diperoleh rata-rata tingkat kebisingan untuk 5 titik pengukuran adalah 70,50 dB. Angka tersebut melebihi ambang batas jika merujuk pada Kep-48 MNLH/11/1996 untuk lingkungan sekolah maksimum 55 dB. Diperlukan upaya-upaya pengendalian kebisingan pada sekolah tersebut untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Karena semakin tinggi instensitas kebisingan semakin memberikan dampak negatif khususnya bagi siswa di sekolah  tersebut.</p>


PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 338
Author(s):  
Nanda Fitriyani Ainiyyah ◽  
Anissatul Fathimah ◽  
Andi Asnifatima

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di lingkungan kerja, dimana kebisingan tersebut dapat menyebabkan gangguan psikologis serta stress kerja. Menurut NIOSH (2010), penyakit akibat kebisingan kerja ditemukan pada 17.00 kasus dari 59.100 kasus, yaitu sejumlah 1 dari 9 penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebisingan terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. ElangPerdana  tyre industry. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan <em>total sampling </em>dengan jumlah sampel 68 responden. Pengambilan data kebisingan dengan menggunakan alat <em>sound level meter </em>wawancara mendalam mengenai alat pelindung telinga serta penyebaran kuesioner. Analasis data penelitian menggunakan aplikasi statistik dengan menggunakan uji <em>Chi-Square. </em>Diketahui nilai <em>p-value </em>Beban kerja mental (<em>p-value=</em>0,022) artinya <em>p- value</em>&lt;0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja mental terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing</em>. Hasil uji statistik <em>Chi-Square Test </em>diperoleh nilai kebisingan (<em>p-value=</em>0,575), usia (<em>p-value=</em>1,000), tingkat pendidikan (<em>p-value=</em>1,000), masa kerja (<em>p-value=</em>0,680) dari ketiga variable tersebut tidak ada hubungan yang signifikan terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. Elangperdana Trye Industry, dan hasil penelitian ini menunjukan  51 pekerja (75,0%) tidak mengalami stress kerja dan 17 pekerja (25,0%) mengalami stress kerja. Pengukuran kebisingan pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. Elangperdana Tyre Industry terdapat 3 titik yang memiliki nilai ambang batas &gt;85 dBA yaitu Feeding CV MIX 2 (93,7 dBA), Mill 2 MIX 2 (89,1 dBA), Cement House (88,1 dBA). Kesimpulan dari penelitian yang memiliki hubungan antara kebisingan terhadap stress kerja yaitu beban kerja mental dan yang tidak memiliki hubungan yaitu, kebisingan, usia, tingkat Pendidikan, dan masa kerja. Saran Melakukan safety talk kepada pekerja sebagai bentuk sosialisasi tentang bahaya kebisingan di tempat kerja kepada pekerja, Tenaga kerja yang bekerja di area bising dapat saling mengawasi, mengingatkan dan menegaskan rekan kerja sehingga dapat membangun kedisiplinan dan konsisten dalam penggunaan Alat Pelindung Telinga.


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Dewi Arumsari

<p>Tingginya intensitas kebisingan di ruang produksi PT.Centralpertiwi Bahari Fish Feedmill akan memberikan dampak terhadap kesehatan pekerja, baik gangguan fisiologis maupun psikologis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor kebisingan dengan gangguan kesehatan, meliputi intensitas kebisingan, sumber kebisingan, pengendalian transmisi kebisingan, dan penggunaan APD.</p><p>Penelitian bersifat analitik dengan rancangan <em>cross sectional,</em> dilakukan pada bulan Juni 2017 di ruang produksi PT. Centralpertiwi Bahari Fish Feedmill. Variabel penelitian yaitu intensitas kebisingan, sumber kebisingan, pengendalian transmisi kebisingan, dan penggunaan APD dan gangguan kesehatan akibat kebisingan berupa gangguan fisologis dan psikologis. Pengukuran kebisingan dengan <em>Sound Level Meter</em> pada 10 titik pengukuran. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan karakteristik, serta keluhan fisologis dan psikologis pekerja.</p>Hasil penelitian mendapatkan bahwa tingkat kebisingan berkisar antara 79,87-92,86 dB. Sebanyak 32,5% pekerja mengalami gangguan fisiologis dan 47,5% gangguan psikologis, akibat paparan kebisingan. Namun, keseluruhan variabel tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan gangguan kesehatan pekerja.


2022 ◽  
pp. 1384-1394
Author(s):  
Vita Sari ◽  
Yuliati ◽  
Nurgahayu

Kebisingan menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Selain berdampak pada gangguan pendengaran. intensitas bising yang tinggi juga dapat mengakibatkan hilangnnya konsentrasi, hilangnya keseimbangan dan disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelakasaan tugas, gangguan faal tubuh, serta adanya efek visceral, seperti perubahaan frekuensi jantung atau peningkatan denyut nadi, perubahaan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran, gangguan psikologis dan gangguan komunikasi pada pekerja di PT. Maruki International Indonesia Makassar tahun 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional study, dengan sampel 32 pekerja secara sampling jenuh dari pekerja Factory 1 dan 2 di PT. Maruki International Indonesia Makassar. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, alat sound level meter untuk pengukuran intensitas kebisingan. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05). Hasil penelitian yang diperoleh adalah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran dengan nilai p = 0.022, ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan psikologis dengan nilai p = 0.017, dan tidak ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan komunikasi dengan nilai p = 0.474. Disarankan kepada pimpinan untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja dengan lebih meningkatkan upaya pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan dan menambah preventif lainnya seperti pelatihan mengenai penggunaan APT (Alat Pelindung Telinga) pada saat bekerja di lingkungan yang bising.


e-CliniC ◽  
2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Marlisha C. B. Liono ◽  
Olivia C. P. Pelealu ◽  
Steward K. Mengko

Abstract: Noise is all unwanted sounds that can cause discomfort feeling or hearing disturb-ance if be exposed for long enough. Moreover, it can disturb the surrounding environment due to the generated noise. In Manado, many public transportation have audio system to play high volume music, therefore, causing noise. This study was aimed to determine the level of noise in public transportation of Teling to Manado downtown track. This was a descriptive and observational study with a cross sectional design. Samples were 100 vehicles of Teling to Manado downtown track. Noise measurement was performed by using a sound level meter. Data were analyzed by using Microsoft Office Excel. The results obtained 56 vehicles with audio systems and 44 vehicles without audio systems. Among 56 vehicles with audio systems, there were 47 vehicles that had noise levels above the noise threshold value which was 86.05-114.15 dB with exposure time about 8-16 hours. Meanwhile, among 44 vehicles without audio system, there were only 2 vehicles that had noise levels above threshold value which was 88.05-91.8 dB with exposure time about 10-12 hours. In conclusion, there were 49% of public vehicles had noise level above the threshold value.Keywords: noise; public transportation Abstrak: Kebisingan adalah semua bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau gangguan pendengaran jika terpapar lama. Selain itu kebisingan dapat juga mengganggu lingkungan sekitar. Di Kota Manado, banyak angkutan umum yang menggunakan sistem audio untuk memutar musik dengan volume yang tinggi sehingga menimbulkan kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan pada angkutan umum jalur Teling-Pusat Kota Manado. Jenis penelitian ialah observasional deskrip-tif dengan desain potong lintang. Sampel berjumlah 100 kendaraan pada jalur Teling-Pusat Kota Manado. Pengukuran kebisingan dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter. Data diolah dengan Microsoft Office Excel. Hasil penelitian mendapatkan 56 kendaraan yang menggunakan sistem audio dan 44 kendaraan tidak menggunakan sistem audio. Pada 56 kendaraan yang menggunakan sistem audio terdapat 47 kendaraan dengan tingkat kebisingan di atas nilai ambang batas kebisingan yaitu 86,05-114,15 dB dengan waktu terpapar selama 8-16 jam sedangkan pada 44 kendaraan yang tidak menggunakan sistem audio terdapat 2 kendaraan yang memiliki tingkat kebisingan di atas nilai ambang batas kebisingan yaitu 88,05-91,8 dB dengan waktu terpapar selama 10-12 jam. Simpulan penelitian ini ialah terdapat 49% kendaraan umum memiliki kebisingan di atas nilai ambang batas.Kata kunci: kebisingan, angkutan umum


Author(s):  
Hidayat Hidayat ◽  
Khiki Purnawaty Kasim ◽  
Alyza Syafitrah Dahliyani

ABSTRAKKeberadaan industri selain memberikan konstribusi besar juga memungkinkan timbulnya masalah, seperti gangguan pendengaran akbiat bising ditempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko gangguan pendengaran pada pekerja di bagian produksi PT. Semen Tonasa Kab. Pangkep. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain cross sectional study, jumlah sampel sebanyak 50 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sound level meter dan audiometer. Data yang diperoleh akan diuji statistik dengan menggunakan uji chi-square yang diolah dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan dari 50 responden ada 8 responden yang mengalami gangguan pendengar dan 42 yang tidak mengalami gangguan pendengara. Serta adanya hubungan antara gangguan pendengaran dengan Lama Kerja (p = 0,02), Masa Kerja (p = 0,006) dan penggunaan APD (p = 0,03) yang dapat dikategorikan sebagai faktor risiko ganguan pendengaran. Hasil pengukuran kebisingan pada Rawmill 4 yaitu 93,92 dB dan Finishmill 4 yaitu 92,32 dB. Namun pengukuran intensitas kebisingan tidak dapat diuji karena semua titik pengukuran melebihi ambang batas. Kesimpulan dari penelitian ini tingkat kebisingan melebihi nilai ambang batas dan adanya hungan antara lama keja, masa kerja, penggunaan APD dengan gangguan pendengaran. Sebaiknya agar perusahaan membuat hasil pengukuran kebisingan secara berkala agar dikaitkan dengan lama kerja, memperhatikan rotasi pekerja dengan melihat masa kerja dan pemberian sanksi kepada pekerja yang tidak taat menggunakan APD dilingkungan kerja.Kata Kunci : Gangguan Pendengaran, Kebisingan, Masa Kerja, Lama Kerja, Penggunaan APD


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document