Re‐evaluation of the Edinburgh Postnatal Depression Scale as screening for post‐partum depression in Iwate Prefecture, Japan

2019 ◽  
Vol 45 (9) ◽  
pp. 1876-1883 ◽  
Author(s):  
Yuri Sasaki ◽  
Tsukasa Baba ◽  
Rie Oyama ◽  
Kentaro Fukumoto ◽  
Gen Haba ◽  
...  
2019 ◽  
Vol 7 (16) ◽  
pp. 2661-2663
Author(s):  
Belli Susandro Pinem ◽  
Elmeida Effendy

BACKGROUND: Postpartum depression is a commonly occurring psychiatric disorder. Prevalence of postpartum depression varies across cultures and countries. Many factors affect, trigger, or aggravate post-partum depression, including sociocultural factor. Bedapu is a unique tradition from Aceh Singkil on post-partum mothers. CASE REPORT: We reported a case of two women with postpartum depression who performed Bedapu tradition on themselves. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) was conducted for screening and DSM-5 as the determinant of diagnostic criteria. CONCLUSION: Postpartum depression has varying symptom spectrum, and Bedapu affected it by aggravating the symptoms of postpartum depression.


2011 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 95-100
Author(s):  
Soep Soep

AbstrakIbu menggambarkan depresi nifas sebagai mimpi buruk dengan kecemasan yang tidak terkontrol, rasa bersalah, dan pikiranobsesif. Kontemplasi wanita tersebut bukan hanya membahayakan dirinya sendiri tapi juga bayi mereka. Ibu merasa kesepiandan kualitas hidup menurun, yang berpengaruh terhadap kurangnya emosi positif. Hampir 50% kasus depresi nifas tidakterdeteksi. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah alat yang dirancang khusus untuk menyaring penyimpangansuasana hati. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi risiko depresi nifas pada primipara dan multipara menggunakanEPDS. Penelitian survei ini menggunakan pendekatan kuantitatif sebanyak 50 pasien terpilih dengan metode purposive sampling.Hasil penelitian independent t-test menunjukkan perbedaan risiko yang signifikan depresi nifas pada wanita primipara danmultipara (p= 0,000; α= 0,05). Disarankan untuk menerapkan skala Edinburgh sebagai alat deteksi depresi nifas pada ibuprimipara dan multipara mengingat bahwa depresi nifas kadang terjadi tanpa diketahui dulu sebelumnya.Kata kunci: depresi nifas, Edinburgh Post-partum Depression Scale (EPDS)AbstractMothers describe postpartum depression as a living nightmare filled with uncontrollable anxiety, consuming guilt, andobsessive thinking. These conditions do not only harm themselves but also their infants. Mothers are enveloped in lonelinessand the quality of their lives is further compromised by a lack of all positive emotions. Up to 50% of all cases of postpartumdepression go undetected. The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) has been the only instrument available thatwas specifically designed to screen for this mood disorder. The aim of this study is to evaluate risk of postpartum depressiondifferences of primiparous and multiparous mother by using EPDS. This study utilized survey with quantitative approach.Fourty patients were chosen with purposive sampling method. The result of the study especially the independent t-test showsthat there was significant differences of postpartum depression risk of primiparous and multiparous women (p= 0.000; α=0.05). It is recommended to apply the scale of Edinburgh as tools detection of postpartum depression in mothers primiparousand multiparous considering that postpartum depression often occurs without any known beforehand.Keywords: post partum depression, Edinburgh Post-partum Depression Scale (EPDS)


Author(s):  
Adriani

Abstrak Perubahan peran seorang wanita menjadi seorang ibu tidaklah selalu berupa hal yang menyenangkan saja bagi pasangan suami istri, kadang kala terjadi terjadi konflik baik didalam diri wanita tersebut maupun konflik dengan suami. Jika perhatian terhadap keadaan psikologis ibu post partum kurang maka dapat menyebabkan ibu akan cenderung untuk mencoba mengatasi permasalahannya atau ketidaknyamanannya tersebut sendiri, keadaan ini jika dibiarkan saja dapat menyebabkan ibu post partum mengalami postpartum blues. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 50-70% ibu pasca melahirkan mengalami postpartum blues pada hari 4-10. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 160 orang. Data diambil menggunakan kuesioner yang ditampilkan dalam analisa univariat dan bivariat menggunakan sistem komputerisasi SPSS. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara pendidikan ibu (p 0,013), pekerjaan ibu (p 0,013), dukungan suami (p 0,021), pendapatan keluarga dengan kejadian post partum blues (p 0,000) dan tidak ada hubungan antara paritas ibu (p 0,199), umur ibu (p 0,391), dan riwayat PMS (p 0,087) dengan kejadian post partum blues. Diharapkan bagi peneliti untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel yang lebih bergam dan diharapkan bagi para tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam pemberian dukungan pada ibu masa post partum, sehingga mengurangi resiko ibu mengalami postpartum blues. Kata kunci : Postpartum blues, pendidikan, pekerjaan, dukungan suami, riwayat PMS


1993 ◽  
Vol 27 (3) ◽  
pp. 472-476 ◽  
Author(s):  
Philip Boyce ◽  
Joanne Stubbs ◽  
Angela Todd

One hundred and three post-partum women completed the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) and were interviewed using the Diagnostic Interview Schedule. A cut-off score of 12.5 on the Edinburgh Postnatal Depression Scale identified all nine women who reached criteria for major depression. At this threshold the sensitivity (the percentage of true “cases’ identified) of the EPDS was 100%, its specificity (the percentage of true “non-cases’ identified as such) 95.7% and its positive predictive value (the percentage of all those tested as positive who were correctly identified as such) 69.2%. Although this study supported the validity of the EPDS, a replication of this study on a larger sample is suggested.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 27-33
Author(s):  
Jehan Puspasari

Salah satu permasalahan yang dijumpai pada seorang wanita setelah melahirkan adalah depresi postparum. Masalah ini harus diatasi melalui intervensi keperawatan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi salah satunya melalui qigong exercise. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas qigong exercise dalam pencegahan gejala depresi postpartum pada ibu remaja. Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan teknik purposive sampling dengan 27 responden ibu remaja. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang sudah terstruktur yaitu kuesioner demografi dan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Variabel depresi postpartum, baik pre intervensi maupun post intervensi dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara intervensi qigong exercise dengan pencegahan gejala depresi postpartum pada ibu remaja dengan p value 0,000. Ibu remaja yang sehat baik secara fisik maupun mental akan sangat berpengaruh terhadap peran pengasuhan kepada bayinya.


2005 ◽  
Vol 39 (9) ◽  
pp. 833-839 ◽  
Author(s):  
Jeannette Milgrom ◽  
Jennifer Ericksen ◽  
Lisa Negri ◽  
Alan W. Gemmill

Objectives: First, to explore the utility of the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) in routine primary care through a large community screening program. Next, to compare administration of a second EPDS versus the Beck Depression Inventory (BDI) in identifying postnatal depression in the prescreened population. Method: Screening with the EPDS through Maternal and Child Health Centres at 4 months post-partum. Women scoring ≥12 were assessed against DSM-IV criteria and completed a BDI and a second EPDS. These data were subjected to receiver operating characteristic (ROC) analyses. Results: Of 4148 screened, 533 (12.8%) scored ≥12. Of these, 344 were assessed against DSM-IV criteria: 193 (56%) – major depressive disorder; 67 (20%) – other diagnoses that incorporated depression. Positive predictive value at screening was therefore 76%. Another 45 (13%) had non-depressive disorders and 39 (11%) were psychiatric non-cases. The BDI was the better diagnostic instrument in the prescreened population, having a significantly higher efficiency as quantified by ROC curve analysis, though the absolute difference in efficiency was small (approximately 6%). Conclusions: Screening with the EPDS integrated well into routine primary care. Twostep screening offers one way of achieving acceptable balances of operational simplicity and diagnostic accuracy.


1992 ◽  
Vol 160 (6) ◽  
pp. 777-780 ◽  
Author(s):  
Patricia Hannah ◽  
Diana Adams ◽  
Angela Lee ◽  
Vivette Glover ◽  
M. Sandler

The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) was used to rate 217 patients at five days and six weeks post-partum. There was a highly significant positive correlation between the two scores, together with similar symptom profiles. Of the 25 women who suffered postnatal depression (6–week EPDS score ≥13), 17 had similar symptoms in the first week postpartum (5–day EPDS score ≥10). Low birth weight of the baby, delivery by Caesarean section, a delivery much more difficult than expected, and bottle feeding were all significantly associated with a high EPDS score in the first week post-partum. Bottle feeding and delivery by Caesarean section were the only factors associated with depression at the sixth week. A recollection of low mood after a previous birth was also associated with post-natal depression after the current birth. This, together with an EPDS score of 13 or more at five days post-partum, increased the risk of post-natal depression at six weeks 85–fold.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Ariani Fatmawati ◽  
Aam Aminah ◽  
Nina Gartika

Postpartum blues merupakan gangguan psikologis yang dialami ibu pasca melahirkan. Rumah sakit di Indonesia belum banyak melaporkan tentang kejadiannya. Rendahnya ketertarikan ibu terhadap bayinya merupakan dampak dari postpartum blues. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui di RS Al-Islam Bandung. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 122 ibu postpartum hari ke-3 sampai hari ke-14. Instrumen untuk postpartum blues menggunakan Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) dan motivasi menyusui dengan instrumen Breastfeeding motivation instrucsional measurement scale (BMIMS). Data dianalisis dengan korelasi Spearman rank. Hasil penelitian menunjukan bahwa 53,3% dari 122 responden mengalami postpartum blues, dan dari 65 responden yang mengalami postpartum blues 36 orang (55,4%) memiliki motivasi menyusui yang rendah. Hasil uji korelasi menunjukan terdapat hubungan negatif antara kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui, dengan p value 0,02 (r = -0,288). Dengan tingkat kekeliruan 5%. Simpulan dari penelitian ini yaitu semakin tinggi kejadian postpartum blues pada ibu postpartum maka semakin rendah motivasi ibu untuk menyusui. Diharapkan perawat dapat mendeteksi lebih awal kejadian postpartum blues dan dapat memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang gangguan psikologis ibu post partum.


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 104
Author(s):  
Fitri Nuriya Santi ◽  
Siti Noviana Wahid

Kelahiran seorang bayi  menegaskan suatu status baru bagi seorang perempuan, yaitu menjadi seorang ibu. Adanya status baru ini menuntut ibu untuk melakukan berbagai penyesuaian yang dapat mengakibatkan stress baik secara fisik maupun psikologis. Baby blues merupakan masalah psikologis yang sering muncul pada ibu postpartum. Gejala dari baby blues ini mengakibatkan perasaan yang tidak nyaman bagi ibu dan dapat berlanjut menjadi gangguan psikologis yang lebih berat. Oleh karna itu perlu penanganan yang baik untuk menurunkan gejala baby blues pada ibu postpartum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisa efektifitas terapi musik klasik mozartuntuk mengurangi gejala baby blues pada ibu Post partum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan studi kasus, yaitu memberikan gambaran terhadap suatu masalah. Instrument untuk menilai gejala baby blues pada penelitian ini menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah diberikan penerapan terapi musik klasik mozart pada kedua responden terjadi penurunan terhadap gejala baby blues. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan terapi musik klasik mozart pada kedua responden efektif untuk menurunkan gejala baby blues. Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan profesi keperawatan dalam menerapkan intervensi terapi musik klasik mozart untuk menurunkan gejala baby blues pada ibu postpartum.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document