scholarly journals HUBUNGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENYUSUI DI RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG

2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Ariani Fatmawati ◽  
Aam Aminah ◽  
Nina Gartika

Postpartum blues merupakan gangguan psikologis yang dialami ibu pasca melahirkan. Rumah sakit di Indonesia belum banyak melaporkan tentang kejadiannya. Rendahnya ketertarikan ibu terhadap bayinya merupakan dampak dari postpartum blues. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui di RS Al-Islam Bandung. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 122 ibu postpartum hari ke-3 sampai hari ke-14. Instrumen untuk postpartum blues menggunakan Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) dan motivasi menyusui dengan instrumen Breastfeeding motivation instrucsional measurement scale (BMIMS). Data dianalisis dengan korelasi Spearman rank. Hasil penelitian menunjukan bahwa 53,3% dari 122 responden mengalami postpartum blues, dan dari 65 responden yang mengalami postpartum blues 36 orang (55,4%) memiliki motivasi menyusui yang rendah. Hasil uji korelasi menunjukan terdapat hubungan negatif antara kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui, dengan p value 0,02 (r = -0,288). Dengan tingkat kekeliruan 5%. Simpulan dari penelitian ini yaitu semakin tinggi kejadian postpartum blues pada ibu postpartum maka semakin rendah motivasi ibu untuk menyusui. Diharapkan perawat dapat mendeteksi lebih awal kejadian postpartum blues dan dapat memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang gangguan psikologis ibu post partum.

Author(s):  
Adriani

Abstrak Perubahan peran seorang wanita menjadi seorang ibu tidaklah selalu berupa hal yang menyenangkan saja bagi pasangan suami istri, kadang kala terjadi terjadi konflik baik didalam diri wanita tersebut maupun konflik dengan suami. Jika perhatian terhadap keadaan psikologis ibu post partum kurang maka dapat menyebabkan ibu akan cenderung untuk mencoba mengatasi permasalahannya atau ketidaknyamanannya tersebut sendiri, keadaan ini jika dibiarkan saja dapat menyebabkan ibu post partum mengalami postpartum blues. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 50-70% ibu pasca melahirkan mengalami postpartum blues pada hari 4-10. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 160 orang. Data diambil menggunakan kuesioner yang ditampilkan dalam analisa univariat dan bivariat menggunakan sistem komputerisasi SPSS. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara pendidikan ibu (p 0,013), pekerjaan ibu (p 0,013), dukungan suami (p 0,021), pendapatan keluarga dengan kejadian post partum blues (p 0,000) dan tidak ada hubungan antara paritas ibu (p 0,199), umur ibu (p 0,391), dan riwayat PMS (p 0,087) dengan kejadian post partum blues. Diharapkan bagi peneliti untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel yang lebih bergam dan diharapkan bagi para tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam pemberian dukungan pada ibu masa post partum, sehingga mengurangi resiko ibu mengalami postpartum blues. Kata kunci : Postpartum blues, pendidikan, pekerjaan, dukungan suami, riwayat PMS


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 27-33
Author(s):  
Jehan Puspasari

Salah satu permasalahan yang dijumpai pada seorang wanita setelah melahirkan adalah depresi postparum. Masalah ini harus diatasi melalui intervensi keperawatan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi salah satunya melalui qigong exercise. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas qigong exercise dalam pencegahan gejala depresi postpartum pada ibu remaja. Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan teknik purposive sampling dengan 27 responden ibu remaja. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang sudah terstruktur yaitu kuesioner demografi dan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Variabel depresi postpartum, baik pre intervensi maupun post intervensi dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara intervensi qigong exercise dengan pencegahan gejala depresi postpartum pada ibu remaja dengan p value 0,000. Ibu remaja yang sehat baik secara fisik maupun mental akan sangat berpengaruh terhadap peran pengasuhan kepada bayinya.


2018 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 130-139
Author(s):  
Devi Endah Saraswati Saraswati

Childbirth is a happy moment, but there are some cases can be frightening, this is because women who give birth often experience feelings of sadness and fear that affects the emotional and sensitivity of the mother, known as postpartum blues. The purpose of this study is to know the factors - factors that affect the incidence of postpartum blues. The research design was cross sectional. The study was conducted at BPM “D” in Campurejo Village, Bojonegoro District and BPM “S” in Sukorejo Village, Bojonegoro District from January to February 2018 to 30 postpartum mothers. The study instrument used an EDPS (Edinburgh Postnatal Depression Scale) questionnaire. Data processing using Chi Square test. The results showed that the factors affecting the phenotype of postpartum blues include p value = 0,04, education with p value = 0,049, obstetric status with p value = 0,011. Factors affecting postpartum blues events include age, education, occupation, and obstetric status.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Samria Samria

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian post partum blues pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Allu dan ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Pekkabata. Metode penelitian  menggunakan desain penelitian deskriptif komparatif dan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel menggunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang telah baku. Hasil analisa hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji statistik chi-square didapat signifikansi dari hubungan kedua variabel tersebut adalah p=0,000 α (0,05). Kata kunci: post partum blues; pedesaan; perkotaan


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 179
Author(s):  
Misrawati Misrawati ◽  
Yulia Irvani Dewi ◽  
Yufitriana Amir

Perubahan kondisi psikologis setelah bersalin bukan hanya terjadi pada ibu yang mengalami persalinan, namun suami pun mengalami perubahan psikologis. Perubahan psikologis pada suami ini mulai dari yang ringan dalam bentuk cemas bahkan menjadi lebih berat yang disebut paternal postnatal depression (PPND). Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet merupakan salah satu langkah yang dapat mengatasi masalah ini, namun sejauh ini keefektifannya belum diteliti. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kondisi psikologis suami setelah istri bersalin. Desain penelitian adalah quasi eksperiment dengan rancangan penelitian nonequivalent kontrol group design. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya dan Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan memenuhi kriteria inklusi. Responden berjumlah sebanyak 34 orang yang dibagi menjadi 17 orang kelompok eksperimen dan 17 orang kelompok kontrol. Pada pertemuan pertama diberikan penilaian terhadap skoring kondisi psikologis menggunakan instrumen Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), kemudian Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan menggunakan Booklet, sedangkan kelompok kontrol sesuai kebiasaannya. Pada hari ke delapan diberikan kembali penilaian kondisi psikologis. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terjadi penurunan nilai skoring EPDS pada kelompok ekperimen sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan nilai skoring EPDS. Dari uji statistik menggunakan Uji T Independent didapat ada perbedaan signifikan nilai EPDS sesudah perlakuan pada kedua kelompok dengan P value (0,000). Dapat disimpulkan bahawa pendidikan kesehatan menggunakan media booklet efektif meningkatkan kondisi psikologis suami setelah istri bersalin. Perlu tindak lanjut dari tenaga kesehatan dalam melakukan pendidikan kesehatan bukan hanya pada ibu yang akan bersalin tetapi juga perlu diberikan kepada suami dalam mempersiapkan kondisi psikologisnya.


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 116-123
Author(s):  
Sri Yunita Suraida Salat ◽  
Arisda Candra Satriaawati ◽  
Dian Permatasari

Memiliki seorang bayi merupakan momen yang selalu dinanti dan diharapkan oleh setiap pasangan yang sudah menikah. Namun adakalanya momen kebahagiaan ini justru berubah menjadi kondisi stress tersendiri bagi ibu, yang dikenal dengan postpartum blues atau baby blues syndrome. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian postpartum blues di Desa Marengan Laok kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Penelitian ini merupakan jenis survey analitik  dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah responden sebanyak 13 ibu postpartum. Analisa data yang digunakan adalah uji statistik  sperman rank dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77% ibu postpartum mengalami postpartum blues, dan 38% diantaranya mengalami postpartum blues ringan. Dari 13 Ibu postpartum hampir separuhnya yaitu 46% mendapatkan dukungan keluarga yang kurang. Hasil analisis data dengan uji spearman rank menunjukkan ? value= 0,000 yang bermakna bahwa ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kejaidan Postpartum blues di Desa Marengan Laok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Correlation coefficient menunjukkan angka -0,875 yang berarti bahwa hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian postpartum blues adalah sangat kuat. Oleh sebab itu, dibutuhkan adanya dukungan keluarga yang sangat baik untuk ibu postpartum, karena dukungan yang baik dari keluarga akan memberikan kekuatan emosi tersendiri bagi ibu postpartum.


Author(s):  
Nontokozo Lilian Mbatha ◽  
Kebogile Elizabeth Mokwena ◽  
Sphiwe Madiba

Postnatal depression (PND) remains underdiagnosed and undertreated in different socio-economic backgrounds in South Africa. This study determined the prevalence of and clinical and obstetric risk factors for PND symptoms among HIV positive women in health facilities in a rural health district in South Africa. The Edinburgh Postnatal Depression Scale was used to measure PND from 386 women who had delivered a live infant. More than half (58.5%) tested HIV positive during the current pregnancy. The prevalence of PND symptoms was 42.5%. Logistic regression analysis yielded significant associations between clinical and obstetric variables of pre-term baby (p-value < 0.01), baby health status p-value < 0.01), baby hospitalization, (p-value < 0.01), and knowing the baby’s HIV status (p-value = 0.047). Maternal variables associated with PND were level of education (p-value < 0.01), monthly income (p-value < 0.01), and source of income (p-value = 0.05). At multivariate analysis, none of the clinical and obstetrical risk factors were independently associated with the PND. The high prevalence of PND symptoms underscore the need to integrate routine screening for PND in prevention of mother to child transmission of HIV programmes to enable early diagnosing and treatment of PND.


2020 ◽  
Author(s):  
Maria Carmina Lorenzana Santiago ◽  
Maria Antonia Esteban Habana

Abstract Background Postpartum depression (PPD) occurs in 10-15% of deliveries worldwide. Unfortunately there is a dearth of local studies on its exact prevalence. Method This cross-sectional study aimed to determine the prevalence of and risk factors for PPD among postpartum patients at a tertiary government hospital using the Edinburgh Postnatal Depression Scale-Filipino Translation (EPDS-F), a 10-point questionnaire translated into Filipino and previously validated. Four hundred patients within 8 weeks postpartum were recruited and their EPDS-F scores and sociodemographic, medical and personal history, and delivery and perinatal outcome data were obtained. Results The overall prevalence of PPD was 14.5%, which is within the known worldwide prevalence. Among those that had family incomes below PhP10,000, the proportion that had high EPDS-F scores was 68.8%, while those that had low EPDS-F scores was 48.8% (significant at p=0.001). Among those that finished below tertiary education, the proportion that had high EPDS-F scores was 81%, while those that had low EPDS-F scores was 59.9% (significant at p=0.002). Among those who delivered vaginally, 62.1% had high EPDS-F scores vs 44.2% low EPDS-F (p=0.03). Of those that had epidural anesthesia (106 or 26.5%), 44.8% had high EPDS scores and 26.0% had low EPDS-F scores (p=0.04). Regression analysis showed that having an abdominal delivery is correlated with a lower EPDS-F score by 0.87% by logistic regression and 0.46 % by probit regression. Having a higher educational attainment and monthly income are associated with a lower EPDS-F score by regression analysis. Conclusions The prevalence may be skewed because a tertiary government institution caters to delicate pregnancies and those in low socioeconomic brackets. It may be worthwhile to compare responses from a public versus a private institution, also urban versus rural areas. It would be interesting also to evaluate the mode of delivery variable and how exactly it correlates with the development of postpartum depression.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document