scholarly journals Factors influencing uptake of voluntary counselling and testing services for HIV/AIDS in the Lower Manya Krobo Municipality (LMKM) in the Eastern Region of Ghana: a cross-sectional household survey

Author(s):  
Paschal A. Apanga ◽  
Robert Akparibo ◽  
John K. Awoonor-Williams
2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Sujianti Sujianti

Propinsi Jawa Tengah secara nasional berada di peringkat ke 4 pada 2014 sebanyak 2.069 kasus HIV dan 428 kasus AIDS dengan rincian jenis kelamin laki-laki 61,48%, perempuan 38,52%, jenis pekerjaan IRT meningkat 18,4% dan berada di peringkat ke 2. Jumlah penduduk Cilacap sebanyak 2.207.731 jiwa. Dari tahun 2007- Agustus 2015 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 660 jiwa,yang terinfeksi virus HIV sebanyak 483 jiwa dan AIDS sebanyak 177 jiwa. Dan jumlah orang yang meninggal karena HIV/AIDS sebanyak 48 jiwa. Tujuan : mengetahui karakteristik ODHA perempuan meliputi usia, jenis pekerjaan dan status pernikahan di Klinik VCT RSUD Cilacap. Metode : penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan total sampling sejumlah 97 responden ODHA dari tahun 2014-2016. Instrument menggunakan ceklis berisi usia, jenis pekerjaan dan status pernikahan. Data diolah secara univariat dalam bentuk persentase.Hasil :  karakteristik perempuan dengan HIV/AIDS di Klinik VCT RSUD Cilacap tahun 2014-2016 terbanyak pada usia 21-30 tahun sejumlah 66 orang (46,15%), pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga sejumlah  36  orang   (25,35%) dan status perkawinan sudah menikah sejumlah 84 orang (86,6%). Kesimpulan : Perempuan dengan HIV/AIDS sebagian besar usia 21-30 tahun, pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga dan sudah menikah.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Ahmad Kusnaeni

Latar belakang penelitian ini adalah waria atau waria yang rentan terhadap HIV, hal ini disebabkan oleh banyak waria yang terkait dengan tindakan berisiko seperti penggunaan kondom yang tidak konsisten dan menggunakan obat-obatan atau alkohol. Tingginya jumlah IMS dan HIV terjadi pada transeksual. Deteksi dini, pencegahan HIV / AIDS dengan mengunjungi VCT terkait dengan perilaku transeksual dalam menggunakan layanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik predisposisi kunjungan layanan VCT berulang kali ke transeksual. Metode penelitian menggunakan survei analitik, waktu penelitian dengan cross sectional. Teknik analisis menggunakan chi square. Data diambil dengan memberikan kuesioner kepada 135 waria yang tergabung dalam IWACI dengan melakukan total sampling. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakteristik predisposisi yang berhubungan dengan kunjungan layanan VCT berulang kali ke transeksual di Cilacap adalah tentang riwayat infeksi (p = 0,036), persepsi terhadap layanan VCT (p = 0,000), persepsi terhadap perilaku seksual (p = 0 , 0005), dan dukungan kelompok (p = 0,008). Faktor usia (p = 0078). Pendidikan (p = 0,776), ekonomi sosial (p = 0,731), pengetahuan tentang VCT (p = 0,054) VCT sebagai gerbang penting untuk pencegahan dan pengobatan HIV, dapat meningkatkan berulang kali cakupan VCT ke transeksual dengan meningkatkan layanan yang lebih baik dan kemanusiaan, dan juga mengubah persepsi negatif transeksual ke layanan VCT dengan pendekatan pribadi.


Sexual Health ◽  
2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 119 ◽  
Author(s):  
Haixu Liang ◽  
Kun Tang ◽  
Wenzhen Cao ◽  
Yueping Guo ◽  
Yang Jiao ◽  
...  

This study shows that there is a huge gap between young females’ willingness and practice of accepting voluntary counselling and testing (VCT). Only 2.16% (894/41336) of the participants have had HIV/AIDS tests. The study identified age, education major, confidentiality, attitude, accuracy, self-assessment and expense as major factors associated with young female people’s acceptance of VCT in China. Therefore, in order to promote HIV VCT among young females, it is necessary for future programs to be sensitive to the targeted population’s needs.


Author(s):  
Nita Anggerina Putri Hi Setiawan ◽  
Mateus Sakundarno Adi

The prevalence of HIV/AIDS had been increasing due to the lack of awareness of people to use or access VCT services, especially those with high risk. Many factors affect people and people at high risk of accessing VCT services. The study aims to describe barriers that arise in the implementation of the VCT program. The research method was a literature review from electronic database such as Google Scholar, PubMed, and Science Direct. Keyword search included barrier, Voluntary Counseling and Testing, and HIV VCT. Selected 9 articles published from 2018 to 2020. The results of the study of all articles founded that barriers in the implementation of VCT in the form of lack of knowledge, fear, and shame when taking an HIV test, difficulty in communicating because of hearing impairment so that the information received was not enough, stigma from the community and health workers, barriers to limited operational hours of VCT services, lack of staff as program implementers, limited competence due to lack of training, and limited health infrastructure/facilities. Keywords: barrier; VCT; HIV/AIDS ABSTRAK Prevalensi HIV/AIDS semakin meningkat karena kurangnya kesadaran orang-orang untuk memanfaatkan atau mengakses layanan VCT terutama mereka dengan risiko tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat maupun orang dengan risiko tinggi dalam mengakses layanan VCT. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menggambarkan tentang hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan program VCT. Metode penelitian adalah literature review dari database elektronik seperti Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Kata kunci pencarian antara lain menggunakan kata kunci barrier, Voluntary Counselling and Testing, dan VCT HIV. Terpilih 9 artikel yang dipublikasi tahun 2018 sampai 2020. Hasil penelitian dari semua artikel, diperoleh bahwa hambatan-hambatan dalam pelaksanaan VCT yaitu berupa kurangnya pengetahuan, rasa takut, dan malu jika melakukan tes HIV, kesulitan dalam berkomunikasi karena memiliki gangguan pendengaran sehingga informasi yang diterima pun kurang, stigma dari masyarakat serta petugas kesehatan, hambatan jam operasional layanan VCT yang terbatas, kurangnya jumlah staf sebagai pelaksana program, kompetensi yang terbatas karena kurang mengikuti pelatihan, serta infrastruktur/fasilitas kesehatan yang terbatas. Kata Kunci: hambatan; VCT; HIV/AIDS


2019 ◽  
Vol 14 (3) ◽  
pp. 262-266
Author(s):  
Rika Kurnia Kandacong ◽  
Samsualam Samsualam ◽  
Andi Surahman Batara

Salah satu upaya dalam strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2010-2014 adalah program pelayanan konseling dan testing HIV sukarela (Voluntary Counselling and Testing-VCT) (KPA, 2010). Jumlah orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) semakin meningkat sehinggah kebutuhan terhadap layanan kesehatan juga semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi, mengkaji dan menganalisis secara mendalam tentang perilaku pasien HIV/AIDS terhadap pemanfaatan pelayanan Voluntary Counseling and Testing ( VCT)  dan analisis strategi pemanfaatan pelayanan VCT (Voluntary Conseling And Testing) di Rumah Sakit Labuang Baji. Jenis Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah 2 orang konselor VCT, Kepala Ruangan VCT, dan 5 Pasien HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pasien HIV/AIDS terhadap pemanfaatan pelayanan VCT sudah baik, Motivasi pasien HIV/AIDS terhadap pemanfaatan pelayanan VCT adalah karena adanya risiko terkena HIV/AIDS. Dukungan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan VCT pada pasien HIV/AIDS sudah baik, Strategi dilakukan petugas kesehatan agar pasien HIV/AIDS mau memanfaatkan pelayanan VCT yang ada di Rumah Sakit adalah melakukan Screening pada semua pasien yang dirawat di Rumah sakit Labuang Baji dengan mengajak pasien yang berisiko untuk ikut konseling secara privasi dan rahasia, Sarana dan Prasarana tehadap pemanfaatan pelayanan VCT di Rumah Sakit Labuang Baji sudah cukup lengkap namun belum maksimal, jumlah konselor yang melayani masih kurang apalagi di lihat dari peningkatan pasien HIV/AIDS yang datang berobat.


2018 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Cahyo Nugroho ◽  
Tanjung Anitasari Indah Kusumaningrum

Latar Belakang: Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) merupakan kelompok risiko HIV tertinggi. Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi deteksi dini HIV dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku pemanfaatan Klinik VCT oleh LSL di Sukoharjo.   Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus terhadap lima LSL sebagai informan utama yang rutin dan tidak pernah tes HIV.  Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam kepada informan utama dan dua informan triangulasi terdiri dari satu orang Peer Educator dan satu orang Koordinator Lapangan.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh informan sudah pernah melakukan VCT walaupun dengan mandatory melalui perkumpulan LSL, namun hanya empat orang yang melakukannya secara rutin. Faktor-faktor yang menjadi penyebab informan rutin dalam melakukan VCT setiap 3 bulan adalah persepsi kerentanan yang besar, persepsi keseriusan yang tinggi, persepsi manfaat tes yang cukup besar, persepsi hambatan terhadap tes yang rendah, serta cukup banyaknya isyarat untuk bertindak yang terpapar kepada informan dan tingginya persepsi kemampuan diri untuk tes. Tetapi bila didalami lagi banyaknya isyarat bertindak yang dialami informan terutama adalah contoh yang diperlihatkan oleh teman sebaya. Sedangkan bagi informan yang tidak melakukan VCT secara rutin penyebabnya adalah rendahnya kemampuan diri untuk tes. Sehingga peneliti menyarankan kepada petugas perlu peer educator yang rajin untuk memotivasi kelompoknya untuk melakukan tes dan memberikan informasi yang lebih lengkap terhadap dampak penularan HIV kepada LSL dan pasangannya untuk mencegah penularan serta mengurangi stigma dan diskriminasi oleh petugas kesehatan dalam layanan kesehatan.Kata Kunci: HIV/AIDS, Lelaki Seks dengan Lelaki, tes HIV, persepsi, HBM


2017 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 42 ◽  
Author(s):  
Terthu K Ngodji ◽  
Jessica Rebert ◽  
Ehimario U Igumbor ◽  
Vistolina Nuuyoma

Background: There is compelling evidence that male circumcision (MC) is associated with reduced risk of contracting HIV. For this reason, MC is recommended for countries like Namibia where HIV prevalence is high and MC rates are low. Following this recommendation, a national MC campaign was considered to introduce MC as an additional HIV prevention strategy with the intention of rolling it out in communities where MC is not traditionally practised and where heterosexually transmitted HIV infection rates are high. Little is known about the acceptability of MC in traditionally non-circumcising communities in Northern Namibia.Objective: This study assessed the knowledge, attitudes and practices of MC among men presenting for voluntary counselling and testing (VCT) in a traditionally non-circumcising ethnic group in the northern Namibia.Methods: A cross-sectional descriptive study design was used. Semi-structured questionnaires were used to collect data from 331 Oshiwambo-speaking males aged 18 years and older, presenting for VCT services. Data was analysed using Epi-Info 2008, Version 3.5.1.Results: The self-reported prevalence of MC in the study sample was 15.4%, with 38% of those reporting being circumcised during their childhood (1-13 years) and 44% being circumcised for health-related reasons. Most respondents (n = 241, 74.4%) had heard that MC reduces the men’s risk of HIV infection. Up to 53.1% of the respondents had good knowledge regarding MC; moreover, the majority of the respondents (n = 194, 66.6%) reported that it is easier for uncircumcised men to acquire HIV infection. It was found that men aged 25 to 34 years were more willing to be circumcised than the other age groups.Conclusions: A high level of knowledge of MC was revealed. Accordingly, the idea of MC is likely to be accepted, especially if it is implemented to reduce the risk of HIV infection.


2019 ◽  
Vol 53 (5) ◽  
Author(s):  
Retno Palupi ◽  
Agung Sosiawan ◽  
Gilang Rasuna Sabdho Wening ◽  
Aulia Ramadhani

Background. Human immunodeficiency viruses (HIV) / Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) is one of the most significant public health challenges in Surabaya, Indonesia where the greatest number of people living with HIV/AIDS (PLWHA) among key populations is in areas served by Sememi Public Health Center. HIV-infected persons have a greater risk for developing dental caries, such as salivary gland enlargement, and decreased salivary glands function. Given the fact that PLWHA are at high risk of dental caries, utilization of dental health service among PLWHA are still low. Objective. This study aims to know the factors influencing dental caries in HIV/AIDS patients.Methods. This is a descriptive, cross-sectional study conducted on 16 HIV-seropositive individuals. They were asked to complete a WHO questionnaire concerning basic oral health and quality of life. Dental caries was assessed using the Decayed, Missing, and Filled Teeth (DMFT) index. Whole stimulated saliva samples were also collected.Results. Nine out of 16 respondents had low salivary flow rate (56.3%). One patient had low DMF-T score (6.3%) and eight had high DMFT score (50%). Among seven respondents who had normal salivary flow rate (43.8%), two of whom had low DMFT score (12.5%) and five of whom had high DMFT score (31.3%).Conclusion. People living with HIV/AIDS have high DMFT and low salivary flow rate.


2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 932-940
Author(s):  
Sitti Hasnah E. Abon ◽  
Rafael Paun ◽  
Maria M. Dwi Wahyuni ◽  
Soleman Landi

LGBT rentan dengan penularan IMS dan HIV. Kota Kupang tahun 2010 dengan tiga spot sebagai tempat kumpul dengan jumlah yang masih terbatas namun di tahun 2015 terjadi peningkatan tetapi tidak ditunjang dengan kunjungan kelompok LGBT ke layanan VCT. Tercatat  sepanjang tahun 2015 sebanyak 18 orang saja yang mau ke layanan VCT. Pemanfaatan layanan VCT sangat penting karena merupakan pintu masuk untuk pencegahan dan perawatan HIV dan AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor promosi kesehatan tentang hiv/aids, stigma internal diri, dan dukungan sosial dengan pemanfaatan layanan voluntary counselling dan testing (VCT) oleh kelompok LGBT Di Kota Kupang. Jenis penelitian adalah mix method yang memadukan metode kualitatif dan  kuantitatif, dengan desain Cross Sectional. Populasi penelitian adalah kelompok LGBT yang berjumlah  460 orang.  Sampel penelitian sebanyak 210 orang yang di pilih secara random sampling. Analisis yang digunakan univariat, bivariat menggunakan  uji chi square dan multivariate menggunakan uji Regresi Logistik Berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor promosi kesehatan (ᵖ = 0,336 > α 0,005) dan  stigma (ᵖ  0,546 > α 0,005) tidak berhubungan dengan pemanfaatan layanan VCT kelompok LGBT.  Sedangkan faktor dukungan sosial mempunyai hubungan (ᵖ = 0,037  < α 0,005) dengan pemanfaatan layanan VCT oleh kelompok LGBT.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document