scholarly journals Perbedaan Laktat Serial Syok Terkompensasi dengan Syok Dekompensasi pada Sindrom Syok Dengue

Sari Pediatri ◽  
2018 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 90
Author(s):  
Ivan Haria Chandra ◽  
Rinang Mariko ◽  
Firman Arbi

Latar belakang. Tahapan syok sindrom syok dengue (SSD) menurut WHO terbagi dua, yaitu SSD terkompensasi dan dekompensasi. Pada SSD terjadi gangguan perfusi yang mengakibatkan hipoksia jaringan dan peningkatan produksi laktat. Kadar laktat darah dapat digunakan sebagai marker yang dapat membedakan severitas infeksi dengue.Tujuan. Untuk mengetahui perbedaan laktat serial syok terkompensasi dan syok dekompensasi pada pasien SSD. Metode. Penelitian ini merupakan studi cross sectional yang dilakukan pada Januari 2016-Januari 2017 di bangsal anak RSUP Dr. M Djamil. Sampel dikumpulkan secara consecutive sampling. Sampel dibagi atas dua kelompok, yaitu SSD terkompensasi dan dekompensasi. Setiap sampel dilakukan pemeriksaan laktat secara serial dengan alat Accutrend lactate meter, yaitu pada jam ke-0(L1), ke-6(L2), ke-12 (L3), dan ke-24 (L4). Kadar Laktat disebut hiperlaktatemia bila didapatkan nilai >2 mmol/L. Data dianalisis dengan t-test independen.Hasil. Sampel 40 orang, setiap kelompok 20 sampel. Kadar laktat tertinggi terdapat pada L1. Peningkatan kadar laktat darah pada kelompok SSD terkompensasi dan dekompensasi berturut turut mencapai 4,7+0,97 mmol/L dan 6+1,64 mmol/L. Perbandingan kedua kelompok didapatkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada rerata kadar laktat darah L1. Tidak didapatkan perbedaan bermakna kedua kelompok pada rerata kadar laktat darah L2, L3,L4 (p>0,05).Kesimpulan. Kadar laktat didapatkan hiperlaktemia pada setiap pemeriksaan laktat serial. Rerata kadar laktat pada kelompok SSD dekompensasi lebih tinggi dibandingkan terkompensasi dengan perbedaan yang bermakna dan didapatkan pada awal penerimaan di rumah sakit.

2013 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Wayan Erawan ◽  
H. Opod ◽  
Cicilia Pali

Abstrak: Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Angka kejadian dari kecemasan perioperative diketahui 11% - 80% diantara pasien dewasa. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan proporsi pasien laki-laki dan perempuan pre operasi laparatomi yang mengalami kecemasan, dan mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pasien laki-laki dan perempuan pre operasi laparatomi. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling yaitu consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner  Hamilton Anxiety Scale (HARS). Penelitian dilakukan pada 32 responden di RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado pada bulan november sampai desember 2012. Analisis data menggunakan uji statistik yaitu independent sampel T-Test. Hasil penelitian didapatkan responden laki-laki, tidak cemas (40%), cemas ringan (26,67%), cemas sedang (33,33%), sedangkan pada responden perempuan diperoleh hasil, tidak cemas (23,53%), cemas ringan (17,65%), cemas sedang (35,29%), cemas berat (23,53%). Berdasarkan uji statistik nilai P-value sebesar 0,024, berarti H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada perbedaan tingkat kecemasan antara pasien laki-laki dan perempuan pre operasi laparatomi. Kata kunci: Kecemasan, laparatomi, laki-laki, perempuan.     Abstract: Anxiety is a signal that disenchants; warns threatening dangers and gives someone the chance to take action in order to overcome the incoming threats. The incidence of perioperative anxiety has been reported with range 11% to 80% among adult patients. The study objective is to determine the difference in proportion between male and female pre-laparotomy surgery patients who experience anxiety, and know the difference in the level of anxiety of male and female pre-laparotomy surgery patients. This observation is an analytic study with cross sectional approach. The sampling technique is by using non probability sampling; which is consecutive sampling. The data colletion method is by using questionnaire, Hamilton Anxiety Scale (HARS). The observation was done toward 32 respondents in Prof.dr.R.D.Kandou General Hospital from November to December 2012. The data analysis is by using statistical test; independent sample T-test. The observation among male respondents  results in without anxiety (40,%), with mild anxiety (26,67%), with moderate anxiety (33.33%), while among female respondents results in without anxiety (23.53%), with mild anxiety (17.65%), with moderate anxiety (35.29%), and with severe anxiety (23.53%). According to the statistical test, resulting in P-value of 0.024, that H0 is rejected and Ha is accepted. In conclusion, there are differences in the level of anxiety between male and female pre-laparotomy surgery patient. Keyword: anxiety, laparotomy, male, female.


e-CliniC ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Patricia Kalangi ◽  
Engeline Angliadi ◽  
Joudy Gessal

Abstract: The purpose of this research is to know and compare the gait velocity between subacute and chronic mechanical low back pain patients using Timed Up and Go Test at Installation Medical Rehabilitation Hospital Prof. Dr R.D. Kandou Manado. This research used observational analytic design with cross-sectional study. The samples choosen using consecutive sampling technique. Data obtained from the gait velocity measurement using Timed Up and Go Test conducted by researcher. From this research obtained the average gait velocity in patient group of subacute mechanical LBP is 18.92 seconds and the average gait velocity in patient group of chronic mechanical LBP is 17.17 seconds. The results of independent t-test hypothesis testing showed that there is a significant difference between gait velocity in subacute and chronic mechanical LBP patients (p = 0.034). Conclusion, gait velocity in chronic mechanical LBP patients is better than subacute mechanical LBP patients.Keywords: Gait velocity, mechanical LBP, TUG testAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan kecepatan berjalan antara pasien nyeri punggung bawah (NPB) mekanik subakut dan kronik menggunakan Timed Up and Go (TUG) Test di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan pengamatan sewaktu (studi cross sectional). Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Data diperoleh dari hasil pengukuran kecepatan berjalan menggunakan Timed Up and Go Test yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Dari penelitian ini diperoleh kecepatan berjalan rata-rata pada kelompok pasien NPB mekanik subakut adalah 18,92 detik dan kecepatan berjalan rata-rata pada pasien NPB mekanik kronik adalah 17,17 detik. Hasil uji hipotesis independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kecepatan berjalan pada pasien NPB mekanik subakut dengan kecepatan berjalan pada pasien NPB mekanik kronik (p = 0,034). Kesimpulan, kecepatan berjalan pasien NPB mekanik kronik lebih baik dibandingkan kecepatan berjalan pada pasien NPB mekanik subakut.Kata kunci: Kecepatan berjalan, NPB mekanik, tes TUG


2012 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 273-279
Author(s):  
Chyntia Septi Nurifadah ◽  
Aryu Candra Kusumastuti

Latar Belakang: Garam merupakan salah satu komoditi yang difortifikasi dengan yodium dan menjadi salah satu sumber yodium yang sehari-hari dikonsumsi. Namun pembatasan asupan natrium berupa diet rendah garam pada penderita hipertensi dikhawatirkan dapat mengakibatkan defisiensi yodium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan perbedaan status yodium antara penderita hipertensi yang diet rendah garam dan tidak diet rendah garam. Metode: Penelitian dengan desain cross sectional pada 48 orang subjek yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok diet dan non-diet. Subjek dipilih secara consecutive sampling. Status yodium subjek diukur menggunakan sampel Ekskresi Yodium Urin (EYU) sewaktu. Analisis bivariat dengan uji independent t-test. Hasil: 3 orang subjek dari kelompok diet (12,5%) memiliki nilai EYU <100 µg/L sedangkan subjek dari kelompok non-diet tidak ada yang memiliki nilai EYU <100 µg/L. Rerata nilai EYU pada subjek kelompok diet (195,95±82,55 µg/L) lebih rendah daripada kelompok non-diet (268,33±58,49 µg/L). Terdapat perbedaan nilai EYU yang bermakna antara kelompok diet dan non-diet dengan tingkat kemaknaan p = 0,001. Simpulan: Terdapat perbedaan nilai EYU dan asupan yodium yang bermakna antara kelompok diet dan non-diet. Persentase subjek yang memiliki nilai EYU bawah nilai normal lebih besar pada kelompok diet daripada kelompok non-diet.


Author(s):  
Nur Lathifah Mardiyati ◽  
Yuriza Agustin

Banyak kejadian hipertensi yang tidak terdiagnosa dikarenakan tidak munculnya tanda dan gejala sehingga diperlukan cara penentuan peningkatan risiko hipertensi yang lebih mudah teramati, seperti dari peningkatan IMT, lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) yang juga sebagai langkah promosi kesehatan untuk mencegah peningkatan kasus hipertensi dari diri sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional yang dilaksanakan di Posyandu Lansia di Desa Bolon, Kecamatan Colomadu dengan jumlah subjek 30 untuk masing-masing kelompok yang dipilih secara consecutive sampling. Uji perbedaan dilakukan dengan Independent T-test. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh responden yang non-hipertensi memiliki IMT, LP dan RLPP yang normal (70%, 67% dan 77%) sedangkan untuk responden yang hipertensi sebagian besar memiliki status gizi lebih (63%, 73% dan 70%). Walaupun lebih dari separuh responden yang hipertensi memiliki IMT lebih, dari uji Independent T-test tidak menunjukkan perbedaaan yang signifikan (nilai p> 0,05). Namun, untuk LP dan RLPP menunjukkan perbedaan yang signifikan antara respoden dengan hipertensi dan tidak hipertensi (nilai p< 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada LP dan RLPP tetapi tidak dengan IMT pada lansia hipertensi dan yang tidak mengalami hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa penumpukan lemak di sekitar perut yang lebih mempengaruhi tekanan darah dibandingkan dengan IMT atau proporsi tubuh secara keseluruhan.Kata Kunci : Lansia, hipertensi, lingkar pinggang, lingkar panggul, IMT 


2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 51-58
Author(s):  
Paramita Wahyu Andhika Sari ◽  
Muflihah Isnawati

Latar Belakang : Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang berhubungan dengan gaya hidup. Penyandang DM yang mempunyai pengetahuan gizi yang cukup, dan mengubah pola makannya, dapat menjaga kadar glukosa darahnya tetap terkendali. Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) merupakan sebuah organisasi bagi penyandang DM. Pasien DM yang menjadi anggota Persadia diharapkan memiliki pengetahuan gizi, pola makan dan kontrol glukosa darah yang lebih baik.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan gizi, pola makan, dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Pantiwilasa Citarum. Besar subjek penelitian adalah 42 orang yang diambil secara consecutive sampling dan dibagi dalam 2 kelompok yaitu anggota Persadia dan non anggota. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan mengenai gizi seimbang bagi DM. Pola makan merupakan kebiasaan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Pengetahuan gizi dan pola makan dinilai melalui kuesioner. Kadar glukosa darah merupakan konsentrasi glukosa darah yang diukur melalui pemeriksaan HbA1c. Analisis statistik yang digunakan adalah Independent t-test dan Mann-Whitney.Hasil : Subjek pada anggota Persadia memiliki presentase pengetahuan gizi baik yang lebih tinggi (38,1%) daripada non anggota Persadia (14,3%) dan memilki pola makan baik yang lebih tinggi (38,1%) daripada non anggota Persadia (33,3%).  Anggota Persadia juga memilki kontrol glukosa yang lebih baik (61,7%) daripada non anggota Persadia (57,1%). Meskipun begitu tidak ada perbedaan  pengetahuan gizi, pola makan dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota ( p > 0,05) Simpulan : Tidak ada perbedaan pada pengetahuan gizi, pola makan, dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota Persadia


2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 12
Author(s):  
I Gusti Ayu Mitha Aristya Dewi ◽  
Ni Komang Ayu Juni Antari ◽  
Indira Vidiari Juhanna ◽  
I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti

Paparan asap rokok yang terjadi secara terus menerus pada perokok dapat mempercepat penurunan fungsi paru. Penurunan fungsi paru dapat diketahui melalui pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE). APE dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah posisi tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai APE antara posisi berdiri dan duduk pada perokok usia 18-22 tahun. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional analitik yang dilakukan pada bulan Maret-April 2019. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 58 orang remaja laki-laki yang merupakan perokok aktif dengan rentang usia 18-22 tahun. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Hasil uji hipotesis Paired Sample T Test menghasilkan nilai p sebesar 0,000 (P<0,05) dengan nilai rerata APE antara posisi berdiri dan duduk masing-masing 452,93±106,98 L/menit dan 428,62±144,19 L/menit. Simpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan nilai APE antara posisi berdiri dan duduk pada perokok usia 18-22 tahun di Desa Bebalang.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Siti Nurkomala ◽  
Nuryanto Nuryanto ◽  
Binar Panunggal

Latar Belakang: Praktik pemberian MPASI berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dan anak. Pemberian MPASI yang tidak tepat dapat menyebabkan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik pemberian MPASI pada anak stunting dan tidak stunting usia 6-24 bulan. Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di Kabupaten Cirebon. Subjek terdiri dari 42 subjek stunting dan 42 subjek tidak stunting yang diambil dengan metode consecutive sampling. Praktik pemberian MPASI meliputi waktu pemberian MPASI pertama, variasi bahan MPASI, frekuensi pemberian MPASI, dan asupan zat gizi, didapatkan dari kuesioner food recall 3x24 jam. Stunting ditentukan dengan perhitungan Z-Score PB/U <-2 SD, sedangkan tidak stunting ditentukan dengan PB/U -2 s/d +2 SD. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square, Independent T-Test, dan Mann Whitney.Hasil: Rerata kecukupan asupan energi pada kelompok stunting adalah 70.14±21.91% total kebutuhan, sedangkan pada kelompok tidak stunting adalah 106.4±35.26% total kebutuhan. Total subjek pada kelompok stunting yang memiliki asupan energi kurang sebanyak 88.1%, asupan energi cukup sebanyak 9.5%, dan asupan energi berlebih sebanyak 2.4%, sedangkan asupan energi yang rendah, cukup, dan berlebih pada kelompok tidak stunting masing-masing sebanyak 33.3%. Asupan energi, protein, besi dan seng menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok stunting dan tidak stunting (p<0.05). Terdapat perbedaan variasi bahan MPASI antara kelompok stunting dan tidak stunting (p=0.008), sedangkan waktu pemberian MPASI pertama dan frekuensi pemberian MPASI tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p>0.05).Simpulan: Terdapat perbedaan variasi bahan MPASI dan rerata asupan energi, protein, besi, dan seng pada praktik pemberian MPASI antara anak stunting dan tidak stunting usia 6-24 bulan.


2019 ◽  
Vol 9 (03) ◽  
pp. 609-615
Author(s):  
Heri Saputro ◽  
Feri Megawati

Abstrak Pendahuluan: Reflek hisap yang masih lemah menyebabkan bayi mempunyai reflek menelan yang lemah pula. Bayi dengan reflek hisap yang lemah menyebabkan bayi tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara maksimal, sehingga berat badan bayi menjadi rendah. Untuk mengatasi hal ini maka diupayakan untuk memberi stimulasi oral terhadap reflek hisap. Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas pemberian stimulasi oral setelah terhadap reflek hisap lemah pada bayi Metode: Desain penelitian ini adalah one group pretest posttest dengan pendekatan cross sectional sejumlah 30 bayi. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling Hasil: refleks hisap bayi BBLR sebelum dilakukan stimulasi oral di IRNA Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung dari 30 responden, semua bayi BBLR mengalami refleks hisap lemah (100%), sedangkan dilakukan stimulasi oral memberikan efektifitas pada bayi BBLR dengan reflek hisap kuat sebesar 23 bayi (76,7%). Uji statistik menggunakan Paired Sample T-Test diperoleh nilai p value = 0,000 < 0,05 α sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan: Stimulasi oral sangat bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan refleks hisap bayi, karena stimulasi oral dapat merangsang nervus X (nervus vagus), sehingga mengaktifkan refleks pada nervus X dan merangsang timbulnya rasa lapar pada bayi  


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 66-75
Author(s):  
Zulfiyah Surdam

Latar belakang : Obesitas terutama obesitas abdominal adalah faktor resiko untuk penyakit kardiovaskular. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa obesitas merupakan faktor resiko terjadinya peningkatan tekanan darah dan kadar trigliserida. Berdasarkan data Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009, kelompok obesitas meningkatkan resiko hipertensi sebesar 2,79 kali. Selanjutnya dijelaskan bahwa resiko hipertensi meningkat sebesar 1,40 kali pada orang dengan obesitas abdominal. Salah satu cara menilai obesitas abdominal adalah dengan rasio lingkar pinggang panggul. Berdasarkan hal diatas perlu diteliti mengenai hubungan rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Tekanan Darah Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah subjek pria usia dewasa 25-45 tahun di kelurahan Tamalanrea Indah, Makassar. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling, sampel diambil dari semua yang memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah subjek terpenuhi. Subjek diukur tekanan darah dan rasio lingkar pinggang panggul. Data yang terkumpul diuji secara statistik dengan uji Independent sample T-Test. Hasil : Dari hasil analisis data didapatkan hubungan yang signifikan antara rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah sistol (p≤0,05). Sedangkan antara rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah diastole tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah sistol dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah diastol


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Kartika Mega Rahman ◽  
Darwin Amir ◽  
Mustafa Noer

Pencabutan gigi merupakan tindakan mengeluarkan gigi dari soket tulang alveolar. Tindakan pencabutan yang menimbulkan perlukaan, maka dapat timbul efek seperti perdarahan. Faktor resiko yang sering kali menjadi  komplikasi terjadinya perdarahan adalah tingginya tekanan darah pada pasien yang dilakukan pencabutan gigi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan efek pencabutan gigi terhadap peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian dilakukan dari 15 September hingga 6 Oktober 2014 dengan hasil penelitian didapatkan 15 responden hipertensi dan 15 responden normotensi. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional comparative dengan sampel yang direkrut menggunakan metode consecutive sampling. Data didapatkan dari pengukuran tekanan darah sebelum dan setelah tindakan pencabutan gigi yang kemudian dianalisis menggunakan t–test dengan tingkat kepercayaan 99%. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai tekanan darah awal antara kelompok hipertensi dengan normotensi sebelum pencabutan gigi (p<0,01). Setelah tindakan pencabutan gigi pada 15 subjek hipertensi (100%) dan 15 subjek normotensi (100%) juga terdapat perbedaan nilai tekanan darah akhir (p<0,01). Peningkatan tekanan darah hanya terjadi pada 15 subjek hipertensi (100%) dimana peningkatan terdapat pada tekanan darah darah sistolik yaitu sebesar 12 ± 3,7 mmHg (p<0,01). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat peningkatan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi yang dilakukan tindakan pencabutan gigi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document