scholarly journals HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT), PERSEN LEMAK TUBUH, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEPADATAN TULANG PADA REMAJA PUTRI

2014 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 680-688
Author(s):  
Nafilah Nafilah ◽  
Deny Yudi Fitranti

Latar Belakang : Kepadatan tulang yang rendah saat remaja dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang diantaranya asupan zat gizi , IMT , persen lemak tubuh, dan aktivitas fisik. Akan tetapi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko osteoporosis.Tujuan :Mengetahui hubungan IMT, persen lemak tubuh, asupan zat gizi dan aktivitas fisik dengan kepadatan tulang pada remaja putri.Metode :Penelitian dilaksanakan di SMP PL Domenico Savio Semarang pada bulan Juni 2014.Desain penelitian cross-sectional dengan subyek 101 remaja putri usia 13-15 tahun dipilih dengan metode simple random sampling. Data yang diambil adalah berat badan, persen lemak tubuh, tinggi badan, asupan protein, kalsium, fosfor, vitamin D, tingkat aktivitas fisik, dan kepadatan tulang. Analisis bivariat dengan uji rank Spearman dan analisis multivariat menggunakan uji regresi linier ganda.Hasil :Sebagian besar subyek (70,3%) mengalami osteopenia dan 29,7% memilki kepadatan tulang kategori normal. Sebanyak 63,4% subyek memilki nilai z-score IMT kategori normal, 65,3% memilki persen lemak tubuh normal, 44,6% memiliki tingkat aktivitas sedang, dan 56,4% memilki asupan protein lebih dari AKG. Asupan kalsium, fosfor, dan vitamin D kurang dari AKG masing-masing 65,3%, 44,6%, dan 66,3%. Asupan protein, kalsium, fosfor, vitamin D dan aktivitas fisik tidak terbukti terdapat hubungan dengan kepadatan tulang (p>0,05). Akan tetapi, IMT (r=0,415) dan persen lemak tubuh (r=0,402) terbukti mempunyai hubungan bermakna dengan kepadatan tulang (p<0,05). Pada analisis regresi linier ganda, hanya persen lemak tubuh yang menjadi prediktor kepadatan tulang (B=0,032).Kesimpulan :Terbukti terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh dengan kepadatan tulang. Akan tetapi, variabel yang menjadi prediktor terhadap kepadatan tulang hanya persen lemak tubuh.

2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Estillyta Chairunnisa ◽  
Aryu Candra Kusumastuti ◽  
Binar Panunggal

 Latar Belakang : Stunting merupakan masalah gizi yang banyak ditemukan pada anak di negara berkembang seperti di Indonesia. Stunting yaitu gangguan pertumbuhan disebabkan kekurangan gizi kronis berdasarkan nilai z-score panjang badan menurut umur kurang dari -2 SD. Kecukupan asupan zat gizi mikro yang tidak adekuat menjadi salah satu faktor penyebab terjadi stunting pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan asupan vitamin D, kalsium dan fosfor pada anak  stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan. Metode : Penelitian ini menggunakan desain case-control. Subjek adalah anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan di Kelurahan Rowosari dan Meteseh, Semarang. Total subjek pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol sejumlah 40 orang. Pengambilan subjek menggunakan metode simple random sampling. Data asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Analisis zat gizi menggunakan software NutriSurvey. Analisis data secara statistik menggunakan uji Chi Square, Fisher’s exact dan regresi logistik ganda.Hasil : Rerata asupan kalsium dan fosfor pada kelompok kasus sebesar 303,3±2,8 mg dan 440,1±1,9 mg sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 606±3 mg dan 662±2,5 mg. Rerata asupan vitamin D pada kelompok kasus sebesar 2,2±3,3 mcg dan pada kelompok kontrol sebesar 4,8±4,1 mcg. Terdapat perbedaan antara asupan kalsium (p=0,003; OR=4,5) dan fosfor (p=0,001; OR=13,5) pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan. Tidak terdapat perbedaan asupan vitamin D antara anak stunting dan tidak stunting (p=0,615; OR=3,162).Simpulan: Terdapat perbedaan antara asupan kalsium dan fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan.


2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Mia Sufia Adnin ◽  
Luluk Ria Rakhma

herapeutic Feeding Center (TFC) adalah tempat perawatan bagi balita yangmengalami kekurangan gizi. Perawatan dilakukan seminggu sekali dengankegiatan seperti pemberian edukasi gizi kepada ibu balita, dan pemberianPMT pada balita. Hasil dari Dinkes Sukoharjo (2015), balita yang menderitagizi kurang berdasarkan BB/U di Kabupaten Sukoharjo berjumlah 2209 balita(4,67%) sedangkan hasil Dinkes (2016), naik menjadi 2476 balita (4,98%).Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan perubahan status giziberasarkan BB/TB dan IMT/U pada balita yang mengikuti dengan yang tidakmengikuti program TFC. Jenis penelitian yang digunakan bersifat quasieksperimental dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden penelitianyang mengikuti TFC sebanyak 35 balita dan yang tidak mengikuti TFCsebanyak 30 balita. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah totalsampling dan simple random sampling. Data status gizi diperoleh denganpengukuran BB dan TB atau PB menggunakan alat dacin, baby scale, timbanganinjak,microtoice dan baby board. Uji kenormalan data menggunakanUji Kolmogorov Smirnov. Uji perbedaan menggunakan Uji T-test Independent.Hasil uji perbedaan status gizi BB/TB diperoleh nilai p=0.742, uji perbedaanstatus gizi IMT/U diperoleh nilai p=0.677 menunjukkan tidak ada perbedaanperubahan status gizi berdasarkan BB/TB dan IMT/U pada balita yangmengikuti dengan yang tidak mengikuti program TFC.  Kata Kunci : balita, antropometri, status gizi, TFC, z-score


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Crista Lorensa ◽  
Galih Indra Permana ◽  
Irka Gibriela Mia ◽  
Nindya Abelina Octoviani Leiden ◽  
Nurul Atdania Lestari ◽  
...  

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak di negara berkembang. Di Kota Palangka Raya tahun 2016, penyakit ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyakit. Puskesmas Pahandut memiliki kejadian ISPA tertinggi tiap tahunnya. Faktor yang berkaitan dengan tingginya angka insiden ISPA antara lain status gizi balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi (berat badan menurut umur) terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Pahandut, Kota Palangka Raya pada bulan Maret-Februari tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu balita berusia 1-5 tahun berjumlah 70 responden yang didapat dengan teknik simple random sampling. Status gizi dinilai berdasarkan data antropometri berupa berat badan/umur dan diinterpretasi dengan Z-score menurut standar WHO 2005. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan Uji Chi Square (x2). Hasil penelitian ini diperoleh balita yang terkena ISPA 31,4% dengan gizi kurang 18,6 % dan status gizi baik 12,9%. Analisis hubungan variabel diperoleh P value 0,000 (P<0,05) yaitu secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi terhadap kejadian ISPA pada balita. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan status gizi (berat badan menurut umur) terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Pahandut, Kota Palangka Raya pada bulan Maret-Februari tahun 2017.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Mona Yulianti

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang dipresentasikan dengan nilai z-score < -3,0. Faktor yang mempengaruhi stunting antara lain yaitu status ekonomi yang akan turut menentukan status gizi keluarga tersebut, termasuk ikut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu sikap juga menjadi faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Ibu yang memiliki sikap negatif kurang peduli terhadap asupan gizi anaknya. Desain cross sectional, dilakukan terhadap 87 ibu dan balita dengan stunting teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Pengumpulan data dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioner determinan perilaku ibu dan menggunakan microtoise untuk mengukur tinggi badan anak. Jenis data yang digunakan yaitu data primer. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chiquare. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli Tahun 2020 di Wilayah Kerja Puskesmas Cimalaka. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status ekonomi dan sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita dengan kejadian stunting. Saran dari penelitian ini dapat menjadi informasi petugas kesehatan dapat meingkatkan program-program terkait stunting di wilayah kerja puskesmas.


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 572
Author(s):  
Desrida Desrida ◽  
Afriwardi Afriwardi ◽  
Husnil Kadri

Kepadatan tulang yang rendah saat remaja dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang seperti asupan vitamin D, kalsium dan aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan aktivitas fisik, vitamin D dan kalsium terhadap kepadatan tulang pada remaja putri di SMA Negeri Tilatang Kamang. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan subyek 148 remaja putri dipilih dengan metode simple random sampling. Data yang diambil adalah tingkat aktivitas fisik, asupan vit D, kalsium dan densitas tulang. Pemeriksaan densitas tulang dengan menggunakan alat Quantum Analizer. Jumlah asupan vitamin D dan kalsium menggunakan modifikasi FFQ masakan minang yang dirancang oleh Lipoeto. Tingkat aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner Baecke. Analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi- Square dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Persentase responden yang memiliki tingkat densitas tulang abnormal 51,4%, tingkat aktivitas kurang aktif 50,7% dan asupan kalsium kurang 52,7%. Ada hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat densitas tulang remaja putri diperoleh nilai p < 0,05. Hasil uji statistik yang didapatkan ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin D dengan tingkat densitas tulang p <0,05. Ada hubungan bermakna antara asupan kalsium dengan tingkat densitas tulang remaja putri di peroleh nilai p < 0,05. Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan aktivitas fisik, asupan vit D dan kalsium terhadapa tingkat densitas tulang.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Afita Rokhimawaty ◽  
Sri Umijati Martono ◽  
Tri Utomo

AbstrakLatar Belakang: Pada tahun 2012, persentase BBLR di Jawa Tengah sebesar 3,75%, naik menjadi sebesar 5,10% pada tahun 2015, dan kemudian turun menjadi 4,40% pada tahun 2016. Hal serupa juga terjadi di Kota Pekalongan. Namun angka kejadian gizi buruk di Kota Pekalongan mengalami kenaikan. Pada tahun 2015, di Kota Pekalongan ditemukan 29 kasus gizi buruk pada balita, dan menjadi 37 kasus pada tahun 2016. BBLR merupakan growth channels pada pertumbuhan anak. Pertumbuhan ini akan mempengaruhi status gizi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan hubungan berat badan lahir dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan berdasarkan indeks BB/U. Metode: Penelitian cross sectional ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Buaran, Kota Pekalongan. Variabel bebasnya adalah berat badan lahir dan variabel terikatnya adalah status gizi bayi umur 1-6 bulan berdasarkan indeks BB/U. Sampel penelitian ini adalah bayi umur 1-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Buaran yang terpilih dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil selama Maret-April 2019 dengan menggunakan teknik simple random sampling. Penilaian yang dilakukan menggunakan berat badan dan umur untuk menghitung nilai Z-score dari indeks BB/U berdasarkan standar WHO 2005. Penentuan hubungan kedua variabel dengan menggunakan Uji Pearson pada tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil: Sebesar 93,4% bayi memiliki berat badan lahir cukup. Prevalensi status gizi baik pada bayi umur 1-6 bulan berdasarkan BB/U adalah sebesar 92,1%. Berat badan lahir berhubungan dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan berdasarkan indeks BB/U (p=0,004). Kesimpulan: Berat badan lahir berhubungan dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan berdasarkan indeks BB/U. Abstract Background: In 2012, the percentage of LBW in Central Java was 3.75%, up to 5.10% in 2015, and then rose to 4.40% in 2016. The same thing happened in Pekalongan City. However, the number of malnutrition in Pekalongan City is increasing. In 2015, in Pekalongan City there were 29 cases of underweight in children under five, and 37 cases in 2016. LBW was a channel of growth in the growth of children. This change will improve nutritional status. The purpose of this study was to determine the relationship between birth weight and nutritional status of infants aged 1-6 months. Method: This cross-sectional study was conducted in the working area of the Buaran Community Health Center, Pekalongan City. The independent variable is birth weight and the independent variable is the nutritional status of infants aged 1-6 months. The samples of this study were infants aged 1-6 months in the work area of the selected Buaran Health Center and fulfilling the inclusion and exclusion criteria. Samples were taken during March-April 2019 using a simple random sampling technique. The assessment was carried out using body weight and age to calculate the Z-score from the WAZ index based on the 2005 WHO standard. Determination of the relationship between the two variables using the Pearson Test at the significance level α = 0.05. Results: 93.4% of babies have adequate birth weight. The prevalence of good nutritional status in infants aged 1-6 months based on WAZ is 92.1%. Birth weight is related to the nutritional status of infants aged 1-6 months based on the WAZ index (p = 0.004). Conclusion: Birth weight related to the nutritional status of infants aged 1-6 months based on index WAZ. 


2019 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 310
Author(s):  
Nurul Maulid Dya ◽  
Sri Adiningsih

Background: Puberty is a period that occurs in adolescence. Puberty in young women is characterized by the occurrence of menarche. Adolescent is an age group that is prone to menstrual disorders, one of which is an abnormal menstrual cycle. Abnormal menstrual cycles can be predictors of reproductive health problems. One of the factors that causes an abnormal menstrual cycle is nutritional status.Objective: This study aimed to analyze the relationship between nutritional status and menstrual cycles in female students of Islamic Senior High School Lamongan.Method: This cross-sectional designed study was conducted on the 10th and 11th-grade students of Islamic Senior High School 1, Lamongan. The determination of the sample was done by simple random sampling to choose 83 students. Data related to the menstrual cycle was obtained by interview using a questionnaire. Nutrition status data was obtained by measuring height, weight. Nutritional status was classified by using the BMI/U z-score table values for girls aged 5-18 years from the Indonesian Ministry of Health. Data analyzed using the Spearman correlation test with α = 0.05.Results: The results showed that respondents with normal nutritional status (66.3%) mostly had normal menstrual cycles (62.7%). Respondents with obesity tend to experience abnormal menstrual cycles (71.4%). Based on the results of statistical tests, it was known that there was a relationship between nutritional status with the menstrual cycle (p = 0.036).Conclusions: There was a relationship between nutritional statuses with the female students’ menstrual cycle of Islamic Senior High School 1, Lamongan ABSTRAKLatar Belakang: Salah satu fase dalam pekembangan manusia adalah masa remaja. Masa pubertas merupakan masa yang terjadi pada masa remaja. Pubertas pada remaja putri ditandai dengan terjadinya menarche. Remaja perempuan merupakan kelompok usia yang rentan mengalami gangguan menstruasi seperti siklus menstruasi yang tidak normal. Salah satu faktor yang menyebabkan siklus menstruasi yang tidak normal yaitu status gizi.Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi siswi MAN 1 Lamongan.Metode: Analitik observasional merupakan jenis dari penelitian ini dan cross sectional merupakan desain pada penelitian ini. Populasi pada penelitian ini merupakan siswi kelas X dan XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Lamongan (MAN 1 Lamongan). Penentuan sampel dilakukan dengan simple random sampling dan didapatkan besar sampel adalah 83 siswi. Data terkait siklus menstruasi didapatkan dengan wawancara menggunakan kuisioner. Data status gizi didapatkan dengan melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan. Status gizi diklasifikasikan dengan menggunakan nilai tabel z-score IMT/U untuk anak perempuan usia 5-18 tahun dari kemenkes RI. Analisis data menggunakan uji korelasi spearman dengan α = 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan status gizi normal (66,3%) sebagian besar memiliki siklus menstruasi yang normal (62,7%). Responden dengan status gizi yang tidak normal cenderung mengalami siklus menstruasi yang tidak normal. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi dengan nilai p = 0,036.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi siswi MAN 1 Lamongan.


Jurnal Surya ◽  
2019 ◽  
Vol 11 (03) ◽  
pp. 62-68
Author(s):  
Puji Hastuti

ABSTRAK Keadaan yang mempengaruhi awal tumbuh kembang adalah nutrisi. Kecukupan gizi dalam makanan menentukan status gizi anak. Perilaku pemberian MP-ASI yang tidak sesuai akan menimbulkan masalah status gizi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku pemberian MP-ASI dengan status gizi pada bayi yang berusia 6-24 bulan di Posyandu Desa Bandung Mojokerto.Desain penelitian analitik korelasi menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling didapatkan sebanyak 67 bayi di Posyandu Desa Bandung Mojokerto. Perilaku pemberian MP-ASI diukur menggunakan Kuesioner dan status gizi bayi menggunakan lembar observasi berat badan bayi, dan tabel antropometri z-score. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Spearman Rho dengan kemaknaan (p ≤ 0,05).Hasil penelitian menunjukan hasil perilaku kurang tepat (53,7%) pemberian MP-ASI di Posyandu Desa Bandung dan status gizi bayi 6-24 bulan berstatus gizi baik (86,6%). Uji Spearman Rho menunjukkan hasil ada hubungan antara perilaku pemberian MP-ASI dengan status gizi dengan nilai p value=0,015 (p≤0,005) dengan koefisien r=0,295Ketepatan pemberian MP-ASI menjadi faktor penting. Dari penelitian pengaruh lingkungan dan budaya menjadi salah satu sebab terjadinya pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Diperlukan peran aktif orang-orang yang berpengaruh dalam lingkungan tersebut untuk mengajak dan memberikan motivasi serta bantuan dari tenaga kesehatan setempat dalam memberikan health education untuk menambah pengetahuan ibu terlebih dalam pemberian MP-ASI yang tepat dan benar sehingga ibu dapat berperilaku lebihtepat. Kata kunci : perilaku pemberian MP-ASI, status gizi, bayi 6-24 bulan


2018 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Hilda Kumala Eka Puspitasari ◽  
Choirun Nissa

Latar Belakang :.Remaja dengan kebiasaan sarapan teratur memiliki kemungkinan mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada yang tidak sarapan. Selain itu, kadar haemoglobin juga mempengaruhi prestasi belajar remaja. Kadar haemoglobin rendah pada remaja akan mengakibatkan penurunan konsentrasi dan kesulitan mengingat yang akan mempengaruhi prestasi belajar.Tujuan: Peneliti melihat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar dan hubungan kadar haemoglobin dengan prestasi belajar pada remaja putri status gizi lebihMetode : Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan cara pengambilan sampel simple random sampling. Subjek berjumlah 29 orang yang merupakan siswi SMA N 9 Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Data kebiasaan sarapan melalui kuisioner dengan metode wawancara. Kebiasaan sarapan dibagi menjadi 2, biasa (>4 kali seminggu) dan tidak (<4 kali seminggu). Kadar hemoglobin diperoleh dengan metode cyanmethemoglobin melalui laboratorium. Prestasi belajar diperoleh dari nilai rapor semester gasal tahun 2017/2018 mata pelajaran matematika. Prestasi belajar digolongkan menjadi kurang (<70), cukup (70-80), baik(>80). Status gizi diperoleh melalui pengukuran antropometri kemudian dilihat nilai IMT z-score. Uji variabel bivariat menggunakan uji korelasi koefisien kontingensi.Hasil : Usia subjek 15-18 tahun. Sebagian besar subjek memiliki kebiasaan sarapan sebanyak 58,6%.Subjek yang mempunyai kadar hemoglobin rendah sebesar 20,7%. Prestasi belajar subjek sebagian besar termasuk  kategori baik 58,6% .Tidak ada hubungan (p>0,05) antara kebiasaan sarapan (p= 0,979) dan kadar hemoglobin (p= 0,653) dengan prestasi belajar.Simpulan : Kebiasaan sarapan dan kadar haemoglobin subjek tidak berhubungan secara signifikan terhadap prestasi belajar.


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 572
Author(s):  
Desrida Desrida ◽  
Afriwardi Afriwardi ◽  
Husnil Kadri

Kepadatan tulang yang rendah saat remaja dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang seperti asupan vitamin D, kalsium dan aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan aktivitas fisik, vitamin D dan kalsium terhadap kepadatan tulang pada remaja putri di SMA Negeri Tilatang Kamang. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan subyek 148 remaja putri dipilih dengan metode simple random sampling. Data yang diambil adalah tingkat aktivitas fisik, asupan vit D, kalsium dan densitas tulang. Pemeriksaan densitas tulang dengan menggunakan alat Quantum Analizer. Jumlah asupan vitamin D dan kalsium menggunakan modifikasi FFQ masakan minang yang dirancang oleh Lipoeto. Tingkat aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner Baecke. Analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi- Square dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Persentase responden yang memiliki tingkat densitas tulang abnormal 51,4%, tingkat aktivitas kurang aktif 50,7% dan asupan kalsium kurang 52,7%. Ada hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat densitas tulang remaja putri diperoleh nilai p < 0,05. Hasil uji statistik yang didapatkan ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin D dengan tingkat densitas tulang p <0,05. Ada hubungan bermakna antara asupan kalsium dengan tingkat densitas tulang remaja putri di peroleh nilai p < 0,05. Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan aktivitas fisik, asupan vit D dan kalsium terhadapa tingkat densitas tulang.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document