scholarly journals Enhancing Higher-Order Thinking Skills in Vocational Education through Scaffolding-Problem Based Learning

2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 612-619
Author(s):  
◽  
M. Akhyar ◽  
◽  

AbstractAim of the study is to implement Geomatics learning innovations by applying the scaffolding Problem-Based Learning integrated model to improve the student’s Vocational HOTS. The method applied was qualitative with the participation of 2 groups of students practicing consisting of 4 people each. The level of cognitive mastery was measured with the Bloom taxonomy (C1-C6). The results of the investigation showed that the integrated model effectively formed students’ Vocational HOT Skill as a group in 3 stages. The first stage of learning focused on mastering the operation of equipment needed in practice (C2-C3 and partly C4). In the second stage, the students have mastered most of the cognitive analysis and accuracy of practical data (C4-C5) and in the third stage, they made practiced steps more effectively and successfully correlated to the Indonesian National Standards (SNI) level (C6) at the moderately accurate. The application of the Scaffolding Problem-Based Learning model has a positive impact that students get21st-century learning with the main characteristics (4C), consisting: Communication, Collaboration, (Critical thinking, and problem-solving), and Creative thinking. Learning outcomes enriched with higher-order thinking skills can be seen when students take advanced Geomatics material, They already work with groups to map the area more independently

2016 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 189 ◽  
Author(s):  
Edi Susanto ◽  
Heri Retnawati

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika bercirikan problem-based learning (PBL) yang valid, praktis, dan efektif untuk mengembangkan higher order thinking skills (HOTS) siswa SMA kelas X semester 2 berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS) yang dilengkapi instrumen tes hasil belajar. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan 4-D dari Thiagarajan dengan empat tahapan, yaitu: pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Uji coba dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: uji coba ahli, uji coba terbatas, dan uji coba lapangan. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah guru dan siswa yang dipilih dari dua sekolah. Instrumen yang digunakan terdiri atas lembar validasi, penilaian guru, penilaian siswa, dan instrumen tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan telah memenuhi aspek validitas, kepraktisan, dan keefektifan.(1) Hasil validitas menunjukkan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan pada kategori valid dengan indeks Aiken pada RPP sebesar 0,69 dan LKS sebesar 0,70. (2) Hasil uji coba terbatas menunjukkan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada kategori praktis. (3) Hasil uji coba lapangan menunjukkan perangkat pembelajaran efektif ditinjau dari HOTS siswa dengan persentase ketuntasan secara klasikal subjek uji coba lebih dari 75%.Kata Kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran matematika, problem-based learning, higher order thinking skills Mathematics teaching kits based on PBL to develop hots of senior high school students  AbstractThis research is aimed at developing mathematics teaching kit based on problem-based learning which is valid, practical, and effective to develop the higher order thinking of grade X students senior high school in their second semester, which consists of lesson plan and students’ worksheet with test instrument. The research development used the model adapted from 4-D model developed by Thiagarajan with employing steps: defining, planning, developing, and disseminating. The tryout is conducted three steps: expert validation, limited tryout, and field tryout. The tryout subjects were teachers and students from two schools. The instruments used in this research were validation sheet, teacher’s assessment sheet, student’s assessment sheet, and test. The result of the research shows that the developed mathematics teaching kitbased on problem-based learning has met the aspect of validity, practicality, and effectiveness. (1) The result of validation shows that the lesson plan and the students’ worksheet are chategorized as valid with the Aiken analysis showing the index for the lesson plan has achieved 0.69 and the 0.70 for the students’ worksheet. (2) teh result of limited tryout shows that the developed of mathematics teaching kit is practical. (3) the result of field tryout shows that the developed of mathematics teaching is effective interm students’s HOTS with percentage of clasisical mastery subjects reached 75%.Keywords: development, mathematics teaching kit, problem-based learning, higher order thinking skills


2020 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 91-100
Author(s):  
Umi Salma Fauziyah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relevansi dari materi bahasa Indonesia pada buku tematik kelas 3 revisi 2018 dengan beberapa aspek yaitu ruang lingkup materi berdasarkan Permendikbud No 21 tahun 2016; HOTS (Higher Order Thinking Skills); 4Cs (creative thinking, critical thinking, communication, collaboration); literasi membaca-menulis; literasi digital. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis analisis wacana pada materi bahasa Indonesia di buku tematik kelas 3 revisi 2018. Hasil penelitian menunjukkan adanya relevansi antara materi bahasa Indonesia pada buku tematik kelas 3 revisi 2018 dengan aspek yang sudah disebutkan dengan hasil 46% materi sudah disajikan, keterampilan HOTS tidak imbang karena mayoritas critical thinking yaitu 66,7% dan decision making tidak ada, keterampilan 4Cs sudah merata meski critical thinking lebih banyak yaitu 40,5%, literasi membaca persentasenya 78,9% dan literasi menulis 21,1%, literasi digital dibahas pada satu bagian tersendiri yaitu pada tema 7 subtema 3 meskipun materinya masih tahap pengenalan. Secara keseluruhan materi bahasa Indonesia pada buku tematik kelas 3 sudah cukup relevan dengan aspek-aspek yang berkaitan meski ada yang masih kurang merata pada beberapa aspek.


2021 ◽  
Vol 2 (5) ◽  
pp. 652-664
Author(s):  
Mrs. Cik‘ani

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 103 tahun 2014 mengenai pembelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah pasal 2 ayat 1, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran pada Pendidikan dasar dan menengah harus berbasis aktivitas, kreatifitas dengan karakteristik. Amanat pemerintah mengharapkan peserta didik dapat mencapai berbagai kompetensi dengan penerapan pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan Keterampilan abad 21, dan hasil observasi dan wawancara di SMPN 2 Sukorejo aktivitas pembelajaran IPA, aspek pembelajaran berbasis masalah, tingkat berpikir HOTS dan keterampilan abad 21 masih rendah. Penelitian ini merupakan penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan 2 siklus masing-masing siklus ada empat tahap dengan jenis diskriptif kualitatif, instrumen yang digunakan berupa : 1)lembar observasi, 2)lembar catatan lapangan dan 3)soal tes dan soal lembar kerja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMPN 2 Sukorejo ditemukan data bahwa pembelajaran berbasis aktifitas dengan karakteristik yang sesuai dengan amanat Permendikbud No 103 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 pada proses pembelajaran masih belum maksimal sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitihan dengan tujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran PBL(Problem Based Learning) dapat meningkatkan aktifitas dengan karakteristik dengan berorientasi pada pembelajajaran HOTS dan keterampilan abad 21. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa yakni 68,28% pada siklus 1 menjadi 83,8,% pada siklus II artinya ada peningkatan sebesar 15,52%, sedangkan untuk tingkat pemecahan masalah dari 63,8 % pada siklus 1 menjadi 78,975 % pada siklus II artinya ada peningkatan sebesar 15,175 %i Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Base Learning dengan berorientasi HOTS dan keterampilan abad 21 dapat meningkatkan aktifitas belajar dan keterampilan pemecahan masalah dengan karakteristik siswa.


2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
Sucipto Sucipto

AbstrakSecara umum capaian ketrampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik masih rendah dibanding negara lain. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir  tingkat  tinggi, pendidik dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang  mendukung  dan  menggunakan   strategi pembelajaran. Upaya meningkatkan ketrampilan berpikir peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan ketrampilan metakognisinya. Ada berbagai jenis strategi metakognitif yang dapat dipilih pendidik, satu diantaranya menggunakan strategi pemecahan masalah (problem solving). Dalam proses pemecahan masalah, individu menggunakan kedua kemampuan kognitif dan keterampilan praktis, yang meliputi kegiatan metakognitif seperti analisis, sintesis dan evaluasi. Pembelajaran  berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah yang nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. AbstractIn general, higher order thinking skills achievements of learners is still low compared to other countries. To develop higher order thinking skills, educators are required to create a learning atmosphere that supports and use learning strategies. Efforts to improve thinking skills that learners can do to improve metacognitive skills. There are different types of metacognitive strategies that can be selected educators, one of which uses problem solving strategies. In the process of solving problems, individuals using both cognitive abilities and practical skills, which include metacognitive activities such as analysis, synthesis and evaluation. Problem-based learning is an instructional approach used to stimulate students' higher order thinking in situations oriented real problems, including learning how to learn.


Curationis ◽  
2006 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
Author(s):  
MM Chabeli

Outcomes-Based Education (OBE) brought about a significant paradigm shift in the education and training of learners in South Africa. OBE requires a shift from focusing on the teacher input (instruction offerings or syllabuses expressed in terms of content), to focusing on learner outcomes. OBE is moving away from ‘transmission’ models to constructivistic, learner-centered models that put emphasis on learning as an active process (Nieburh, 1996:30). Teachers act as facilitators and mediators of learning (Norms and Standards, Government Gazette vol 415, no 20844 of 2000). Facilitators are responsible to create the environment that is conducive for learners to construct their own knowledge, skills and values through interaction (Peters, 2000). The first critical cross-field outcome accepted by the South African Qualification Framework (SAQA) is that learners should be able to identify and solve problems by using critical and creative thinking skills. This paper seeks to explore some higher order thinking skills competencies required by OBE from learners such as critical thinking, reflective thinking, creative thinking, dialogic / dialectic thinking, decision making, problem solving and emotional intelligence and their implications in facilitating teaching and learning from the theoretical perspective. The philosophical underpinning of these higher order thinking skills is described to give direction to the study. It is recommended that a study focusing on the assessment of these intellectual concepts be made. The study may be qualitative, quantitative or mixed methods in nature (Creswell 2005).


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 177
Author(s):  
Ahmad Muradi ◽  
Faisal Mubarak ◽  
Ridha Darmawaty ◽  
Arif Rahman Hakim

Learning Arabic is more dominant as a skill than a Science. The learners’ goals are able to use Arabic both spoken and written well and correctly. While HOTS is more dominant in requiring learners to think integrally. Therefore, it is important to consider the extent to which the Ministerial Regulation accommodates HOTS through a study of the basic competence of Arabic contained in it. This study is a literature review of the basic competence of Arabic in the Decree of the Minister of Religion (KMA) number 183 in 2019 in HOTS perspective. The object of this study is the basic competence of Arabic in KMA 183 in 2019. The result shows the basic competence of Arabic in KMA 183 in 2019 to accommodate the ability in higher order thinking such as problem solving, critical thinking, and reasoning. While the Basic Competence in KMA didn’t achieve creative thinking and decision making.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 23
Author(s):  
Puji Dwi Kurniasih ◽  
Agung Nugroho ◽  
Sri Harmianto

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan kerjasama antar peserta didik. penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan kerjasama antar peserta didik. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Prosedur penelitian ini menggunakan model Kemmis & McTaggart yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Dukuhwaluh dengan jumlah 27 peserta didik yang terdiri dari 17 peserta didik perempuan dan 10 peserta didik laki-laki. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes dan non-tes. Instrumen tes berupa penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS), non-tes berupa lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data hasil penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik siklus I memperoleh persentase ketuntasan 59,48% dan pada siklus II meningkat menjadi 79,20%. Kerjasama antar peserta didik pada siklus I memperoleh persentase 63,45% dan pada siklus II meningkat menjadi 75,80%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantu media KOKAMI dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan kerjasama antar peserta didik di kelas IV SD Negeri 2 Dukuhwaluh.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document