scholarly journals Hubungan Konsumsi Buah dan Sayur serta Aktivitas Sedentari terhadap Kebugaran Jasmani Kelompok Usia Dewasa Muda

2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Dwi Hartanti ◽  
Dinda Rima Mutmainah Mawarni

Latar belakang: Kebugaran jasmani dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan daya tahan tubuh terhadap penyakit serta dapat menentukan kualitas hidup individu. Kebugaran jasmani dipengaruhi faktor konsumsi zat gizi dan aktivitas fisik. Buah dan sayur adalah bahan pangan sumber vitamin dan mineral yang memiliki peran dalam metabolisme energi dan kebugaran fisik. Aktivitas sedentari merupakan gaya hidup dengan aktivitas fisik rendah dan berdampak pada penurunan kebugaran jasmani. Tujuan: Mengetahui hubungan pola konsumsi buah dan sayur serta aktivitas sedentari terhadap kebugaran jasmani kelompok usia dewasa muda. Metode: Desain penelitian adalah studi cross sectional dengan populasi Mahasiswa Fakultas Psikologi dan kesehatan UIN Walisongo Semarang. Subjek terdiri dari 87 sampel yang dipilih dengan cluster random sampling. Pola Konsumsi Buah dan sayur diketahui melalui form semi quantitative food frequency questionnaire (FFQ) dan food record 3 x 24 jam. Aktivitas sedentari ditentukan dengan Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ) yang telah dimodifikasi dan pengisian activity record 5 x 24 jam. Kebugaran jasmani ditentukan dengan uji Harvard Step Test. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara masing-masing variabel. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara pola konsumsi buah dengan kebugaran jasmani. Simpulan: Pola konsumsi buah dan sayur dari sampel tergolong kategori rendah. Sebanyak 96,6% sampel memiliki tingkat aktivitas sedentari tinggi. Pola konsumsi buah berhubungan dengan kebugaran jasmani.

2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Youvita Indamaika Simbolon ◽  
Triyanti Triyanti ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika

Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Mefa Hidayatul Rohmah ◽  
Ninna Rohmawati ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Status gizi pada remaja dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan mereka, kebiasaan sarapan dan jajan merupakan penyebab yang dapat mempengaruhi status gizi remaja seperti gizi kurang dan lebih. Kebiasaan meninggalkan sarapan dapat mempengaruhi asupan energi dan gizi sehingga menjadi kurang, yang dapat mengakibatkan siswa menjadi lemas, kurang konsentrasi, bahkan pingsan. Kebiasaan meninggalkan sarapan mengakibatkan siswa merasa lapar sehingga memicu siswa membeli jajan di sekolah, kebiasaan jajan yang berlebihan dapat mengakibatkan asupan yang berlebih sehingga terjadi kegemukan pada siswa yang dapat memicu penyakit degeneratif nantinya. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dan jajan dengan status gizi siswa di SMP Negeri 14 Jember. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan observasional analitik dengan desain cross‒sectional. Jumlah sampel 82 siswa dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 14 Jember pada bulan Agustus 2019. Data kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, dan pengetahuan gizi menggunakan instrumen berupa angket, konsumsi energi dan pola sarapan serta makanan jajanan dengan wawancara recall 24 jam dan food frequency questionnaire (FFQ). Data tinggi badan dan berat badan menggunakan microtoise dan bathroom scale digital. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p<0,05). Selain itu adanya hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi (p<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara kebiasaan sarapan dan jajan dengan status gizi. 


2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Mifthahul Jannah ◽  
Delmi Sulastri ◽  
Yuniar Lestari

AbstrakHipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Penyakit ini disebut juga the silent killer karena tidak menunjukkan gejala. Salah satu faktor penyebab hipertensi adalah tingginya asupan natrium dan rendahnya asupan kalium. Rasio Na:K yang dianjurkan adalah 1:1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan natrium dan kalium pada penderita hipertensi dan normotensi masyararakat Etnik Minangkabau di Kota Padang. Desain penelitian study comparative dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah masyarakat etnik Minangkabau usia 35-65 tahun di 4 kecamatan terpilih di Kota Padang. Jumlah sampel sebanyak 254 orang yang diambil secara multi stage random sampling. Data responden dikumpulkan dengan kuisioner, tekanan darah dengan sphygmomanometer, asupan natrium dan kalium dengan food frequency questionnaire (FFQ). Data dianalisis dengan uji Chi-Square pada p-value< 0,05 dan uji beda rata-rata dengan metode Independent sample t-test. Hasil penelitian didapatkan rerata sistolik pada normotensi 118,87 mmHg dan diastolik pada normotensi 76,74 mmHg. Rerata sistolik pada hipertensi 154,50 mmHg dan diastolik pada hipertensi 90,59 mmHg. Tidak ditemukan adanya hubungan antara asupan natrium, asupan kalium dan rasio asupan Na:K dengan tekanan darah. Kesimpulan penelitian ini ialah tidak ada hubungan antara asupan natrium, asupan kalium dan rasio asupan Na:K dengan tekanan darah.Kata kunci: natrium, kalium, rasio Na:K, tekanan darah, normotensi, hipertensiAbstractHypertension is the blood pressure escalation of systolic ≥140 mmHg or diastolic ≥90 mmHg. This is also called the silent killer because it does not show any symptoms. One of the factors causes hypertension is high sodium and low potassium intakes. The ratio of Na:K that is suggested is 1:1. The objective of this study is to know the differences sodium and potassium intake in patients hypertension and normotension on Minangkabau Ethnic society in Padang. The design of this research was comparative study with the cross sectional approach. The population were taken from Minangkabau ethnic age 35-65 years old in four selected districts in Padang. The total sample of 254 people were taken by multi-stage random sampling. The data were collected by questionnaire of respondents, sphygmomanometer blood pressure, sodium and potassium intakes with a Food Frequency Questionnaire (FFQ). The data was analyzed by Chi-Square test at p-value <0.05 and an average of different test methods Independent sample t-test. The result showed that average systolic of normotensive was 118.87 mmHg and diastolic of normotensive was 76.74 mmHg. The average sistolic of hypertension was 154.50 mmHg and diastolic of hypertension was 90.59 mmHg. The conclusion of this study is that there is no significant correlation between the sodium intake, potassium intake and the ratio of Na: K with the blood pressure.Keywords: sodium, potassium, ratio of Na:K, blood pressure, normotension, hypertension


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 153
Author(s):  
Azizah Ajeng Pratiwi ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Obesity in women with low socioeconomic status is easily found in slum area. Low socioeconomic status can have an impact on dietary changes, such as snacking that are known to be the cause of obesity. In addition to dietary changes, lifestyle changes such as sleep deprivation can also occur due to environmental conditions and job demands. Reduced bedtime will have an impact on health. Objectives: The purpose of this study was to analyze the association of sleep duration and snacking to obesity. Methods: This research was an observational analytical with cross sectional design. The sample was 70 married women aged 20-55 years in Simolawang, Simokerto Distict, Surabaya. Selection of smaple was using multistage random sampling. The data were collected by interview method with questionnaire to collect respondent characteristics data and sleep duration. Food Frequency Questionnaire (FFQ) was conducted to determine the snacking habits. Chi square test was used in the statistical analysis (a=0.05).Results: The data showed that  54.3% of respondents rarely consumed snack and 50% of them had sleep less time. The sleep duration had a significant association with obesity (p=0.009). In addition, snacking habits and obesity also showed a significant relationship (p=0.004).Conclusions: It is necessary to reduce the consumption of snacks and improve sleep time which is 7 hours per night to prevent obesity.ABSTRAK Latar Belakang: Obesitas pada wanita dengan status sosial ekonomi rendah banyak ditemui di permukiman padat. Rendahnya status sosial ekonomi dapat berdampak pada perubahan pola makan, seperti kebiasaan konsumsi camilan yang diketahui menjadi penyebab obesitas. Selain perubahan pola makan, perubahan gaya hidup seperti berkurangnya waktu tidur juga dapat terjadi karena kondisi lingkungan maupun tuntutan pekerjaan. Berkurangnya waktu tidur akan berdampak pada kesehatan.Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi camilan dan durasi waktu tidur dengan obesitas pada ibu rumah tangga di permukiman padat penduduk. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah 70 wanita yang sudah menikah berusia 20-55 tahun di Kelurahan Simolawang Kecamatan Simokerto, Surabaya. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan multistage random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data karakteristik responden dan durasi waktu tidur. Food Frequency Questionnaire (FFQ) dilakukan untuk mengetahui kebiasaan konsumsi camilan. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji chi square (a=0,05).Hasil: Hasil menunjukkan bahwa 54,3% responden jarang mengonsumsi camilan dan 50% responden memiliki waktu tidur yang kurang. Durasi waktu tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan kondisi obesitas (p=0,009). Selain itu kebiasaan konsumsi camilan dan obesitas juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p=0,004).Kesimpulan: Diperlukan adanya pembatasan konsumsi camilan dan tidur dengan durasi waktu cukup, yaitu 7 jam per malam untuk mencegah terjadinya obesitas.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 73
Author(s):  
Anandita Mega Kumala ◽  
Ani Margawati ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar belakang: Beberapa studi menunjukkan terdapat hubungan antara screen-time viewing, aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada remaja. Penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja berkaitan dengan status gizi. Screen-time yang tinggi, tingkat aktivitas fisik rendah, dan pola makan menjadi tidak sesuai dengan rekomendasi sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi.Metode: Desain studi observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan remaja usia 13-15 tahun di Kendal. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan 61 responden. Status gizi ditentukan berdasarkan z-score indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Data durasi penggunaan alat elektronik (gadget) diperoleh dari kuesioner terstruktur yang telah divalidasi, data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan data pola makan diperoleh melalui wawancara dan kuesioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ-FFQ) yang ditentukan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Analisis data menggunakan uji Chi-Square serta Fisher Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 72,1% responden memiliki durasi penggunaan alat elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu, ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas fisik rendah. Pola makan pada 80,3% responden sudah sesuai dengan anjuran PGS, tetapi 96,7% responden tidak memenuhi anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada responden berdasarkan Z-score IMT/U ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi (p<0,05).Simpulan: Terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status Gizi pada remaja usia 13-15 tahun (p<0,05).


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 153 ◽  
Author(s):  
Azizah Ajeng Pratiwi ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Obesity in women with low socioeconomic status is easily found in slum area. Low socioeconomic status can have an impact on dietary changes, such as snacking that are known to be the cause of obesity. In addition to dietary changes, lifestyle changes such as sleep deprivation can also occur due to environmental conditions and job demands. Reduced bedtime will have an impact on health. Objectives: The purpose of this study was to analyze the association of sleep duration and snacking to obesity. Methods: This research was an observational analytical with cross sectional design. The sample was 70 married women aged 20-55 years in Simolawang, Simokerto Distict, Surabaya. Selection of smaple was using multistage random sampling. The data were collected by interview method with questionnaire to collect respondent characteristics data and sleep duration. Food Frequency Questionnaire (FFQ) was conducted to determine the snacking habits. Chi square test was used in the statistical analysis (a=0.05).Results: The data showed that  54.3% of respondents rarely consumed snack and 50% of them had sleep less time. The sleep duration had a significant association with obesity (p=0.009). In addition, snacking habits and obesity also showed a significant relationship (p=0.004).Conclusions: It is necessary to reduce the consumption of snacks and improve sleep time which is 7 hours per night to prevent obesity.ABSTRAK Latar Belakang: Obesitas pada wanita dengan status sosial ekonomi rendah banyak ditemui di permukiman padat. Rendahnya status sosial ekonomi dapat berdampak pada perubahan pola makan, seperti kebiasaan konsumsi camilan yang diketahui menjadi penyebab obesitas. Selain perubahan pola makan, perubahan gaya hidup seperti berkurangnya waktu tidur juga dapat terjadi karena kondisi lingkungan maupun tuntutan pekerjaan. Berkurangnya waktu tidur akan berdampak pada kesehatan.Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi camilan dan durasi waktu tidur dengan obesitas pada ibu rumah tangga di permukiman padat penduduk. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah 70 wanita yang sudah menikah berusia 20-55 tahun di Kelurahan Simolawang Kecamatan Simokerto, Surabaya. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan multistage random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data karakteristik responden dan durasi waktu tidur. Food Frequency Questionnaire (FFQ) dilakukan untuk mengetahui kebiasaan konsumsi camilan. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji chi square (a=0,05).Hasil: Hasil menunjukkan bahwa 54,3% responden jarang mengonsumsi camilan dan 50% responden memiliki waktu tidur yang kurang. Durasi waktu tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan kondisi obesitas (p=0,009). Selain itu kebiasaan konsumsi camilan dan obesitas juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p=0,004).Kesimpulan: Diperlukan adanya pembatasan konsumsi camilan dan tidur dengan durasi waktu cukup, yaitu 7 jam per malam untuk mencegah terjadinya obesitas.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Agnes Felisitas G. Ritan ◽  
Wahyu Rochdiat Murdhiono ◽  
Endang Nurul Syafitri

Latar Belakang: Body image seseorang dapat berubah karena beberapa hal, misalnya perubahan fisik seperti bertambahnya berat badan. Body image yang negatif akan berdampak pada pola makan dan aktivitas fisik sehingga seseorang akan melakukan berbagai cara untuk menurunkan berat badan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta, didapatkan hasil 12 orang mengalami obesitas. Enam orang mahasiswa mengatakan membatasi jumlah makan dan dua orang mahasiswa mengatakan melakukan aktivitas yang tinggi untuk mengurangi berat badan. Tujuan: Mengetahui hubungan antara body image dengan pola makan dan aktivitas fisik pada mahasiswa obesitas.  Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dan bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel, yaitu purposive sampling dengan jumlah responden 45 orang. Instrumen yang digunakan adalah Multidimensional Body Self Relation Questionaire Appearance Scale, Food Frequency Questionnaire, International Physical Activity Questionnaire. Data diolah dan dianalisis menggunakan uji statistik yaitu uji Chi Square dengan CI 95%.  Hasil: Tidak ada hubungan antara body image dengan pola makan pada mahasiswa obesitas dengan nilai p=0,137, dan tidak ada hubungan antara body image dengan aktivitas fisik pada mahasiswa obesitas dengan nilai p=0,999.  Kesimpulan: Tidak ada hubungan signifikan antara body image dengan pola makan dan aktivitas fisik.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 13-19
Author(s):  
Sumi Anggraeni ◽  
Marlinda . ◽  
Antika .

Angka kejadian dan kematian diare pada anak-anak di negara berkembang masih tinggi terutama pada anak yang mendapat susu formula. Pemberian susu formula dengan botol yang tidak sesuai prosedur meningkatkan risiko diare karena kuman dan moniliasis mulut yang meningkat, sebagai akibat dari pengadaan air dan sterilisasi yang kurang baik. Kondisi yang demikian perlu sangat diperhatikan sebab bayi sangat rentan terhadap bakteri yang dapat menyebabkan sakit diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui hubungan cara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Desa Podorejo Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian survey deskritif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan pengambilan sampel secara cluster random sampling. Besar sampel sebanyak 165 responden dari populasi para ibu yang mempunyai balita dan masih menyusui di Desa Podorejo Kecamatan Pringsewu dari bulan Januari – Juni tahun 2015 sebanyak 280 responden, adapun instrumen penelitian adalah kuisioner dan lembar observasi, serta menggunakan uji statistik chi square. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan komputerisasi diperoleh p-value = 0,025 α < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak, dan Ha diterima, yang artinya terdapat hubungan cara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di desa podorejo tahun 2015. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian diare yang dialami balita di Desa Podorejo disebabkan ibu memberikan susu formula tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu disarankan bagi para ibu mencari informasi tentang tata cara ibu dalam menyajikan susu formula, bagaimanakah sisi sterilisasi botol tempat menyajikan, proses penyiapan dan proses penyimpanan botol susu itu sendiri.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 69-78
Author(s):  
Nurlaili Handayani ◽  
Muhammad Dawam Jamil ◽  
Ika Ratna Palupi

Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan belajar anak, termasuk pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada usia remaja dan disiapkan sebagai tenaga terampil sesuai bidang keahliannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor gizi yang meliputi asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan zink), kebiasaan sarapan, dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMK di Sleman, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional pada 100 siswa kejuruan dengan jurusan bidang teknik kendaraan ringan yang berasal dari SMKN 2 Depok, SMKN 1 Seyegan dan SMK Muhammadiyah Prambanan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik individu dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Status gizi ditentukan dengan indikator IMT/U dan prestasi belajar diukur dari nilai ujian praktik mata pelajaran kejuruan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan subjek memiliki asupan energi defisit (68%), protein defisit (40%), lemak defisit (57%), karbohidrat defisit (65%), vitamin C defisit (27%), zat besi defisit (59%), zink defisit (93%), status gizi normal (67%), dan kebiasaan sarapan jarang (35%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan zat gizi serta status gizi dengan prestasi belajar (p>0,05) tetapi ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan (p=0,010) serta pekerjaan ayah dan ibu (p=0,030 dan p=0,031) dengan prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMK.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Septi Lidya Sari ◽  
Diah Mulyawati Utari ◽  
Trini Sudiarti

Latar Belakang: Minuman berpemanis kemasan merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggi gula, namun rendah nilai gizi. Konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes melitus tipe II, dan penyakit kardiovaskular. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan dan mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan karakteristik individu dan penggunaan label informasi nilai gizi (ING) pada kalangan remaja. Metode: Desain studi yang digunakan, yaitu cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 167 siswa kelas X dan XI pada salah satu SMA swasta (SMAS) di Jakarta Timur. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) secara mandiri. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan pada sebagian besar responden (55,1%) tergolong tinggi (≥3 kali per hari). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan jenis kelamin (p=0,03) dan kemampuan membaca label ING (p=0,011). Kesimpulan: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan cenderung lebih tinggi pada responden laki-laki dan juga pada responden dengan kemampuan membaca label ING rendah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document