scholarly journals Perbedaan Asupan Natrium Dan Kalium Pada Penderita Hipertensi Dan Normotensi Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang

2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Mifthahul Jannah ◽  
Delmi Sulastri ◽  
Yuniar Lestari

AbstrakHipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Penyakit ini disebut juga the silent killer karena tidak menunjukkan gejala. Salah satu faktor penyebab hipertensi adalah tingginya asupan natrium dan rendahnya asupan kalium. Rasio Na:K yang dianjurkan adalah 1:1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan natrium dan kalium pada penderita hipertensi dan normotensi masyararakat Etnik Minangkabau di Kota Padang. Desain penelitian study comparative dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah masyarakat etnik Minangkabau usia 35-65 tahun di 4 kecamatan terpilih di Kota Padang. Jumlah sampel sebanyak 254 orang yang diambil secara multi stage random sampling. Data responden dikumpulkan dengan kuisioner, tekanan darah dengan sphygmomanometer, asupan natrium dan kalium dengan food frequency questionnaire (FFQ). Data dianalisis dengan uji Chi-Square pada p-value< 0,05 dan uji beda rata-rata dengan metode Independent sample t-test. Hasil penelitian didapatkan rerata sistolik pada normotensi 118,87 mmHg dan diastolik pada normotensi 76,74 mmHg. Rerata sistolik pada hipertensi 154,50 mmHg dan diastolik pada hipertensi 90,59 mmHg. Tidak ditemukan adanya hubungan antara asupan natrium, asupan kalium dan rasio asupan Na:K dengan tekanan darah. Kesimpulan penelitian ini ialah tidak ada hubungan antara asupan natrium, asupan kalium dan rasio asupan Na:K dengan tekanan darah.Kata kunci: natrium, kalium, rasio Na:K, tekanan darah, normotensi, hipertensiAbstractHypertension is the blood pressure escalation of systolic ≥140 mmHg or diastolic ≥90 mmHg. This is also called the silent killer because it does not show any symptoms. One of the factors causes hypertension is high sodium and low potassium intakes. The ratio of Na:K that is suggested is 1:1. The objective of this study is to know the differences sodium and potassium intake in patients hypertension and normotension on Minangkabau Ethnic society in Padang. The design of this research was comparative study with the cross sectional approach. The population were taken from Minangkabau ethnic age 35-65 years old in four selected districts in Padang. The total sample of 254 people were taken by multi-stage random sampling. The data were collected by questionnaire of respondents, sphygmomanometer blood pressure, sodium and potassium intakes with a Food Frequency Questionnaire (FFQ). The data was analyzed by Chi-Square test at p-value <0.05 and an average of different test methods Independent sample t-test. The result showed that average systolic of normotensive was 118.87 mmHg and diastolic of normotensive was 76.74 mmHg. The average sistolic of hypertension was 154.50 mmHg and diastolic of hypertension was 90.59 mmHg. The conclusion of this study is that there is no significant correlation between the sodium intake, potassium intake and the ratio of Na: K with the blood pressure.Keywords: sodium, potassium, ratio of Na:K, blood pressure, normotension, hypertension

2020 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 53-60
Author(s):  
Dwi Linda Aprilia Aristi ◽  
Hanny Rasni ◽  
Latifa Aini Susumaningrum ◽  
Tantut Susanto ◽  
Slamet Siswoyo

A very heavy workload of farmers must be balanced with optimal food intake in both quantity and quality. The study aimed to identify the relationship between high sodium food consumption and the incidence of hypertension among farm workersat Public Health Center of Panti in Jember Regency. A cross-sectional study design was performed 248 of farmworkers using stratifi ed random sampling. A self-administered questionnaire was used to identify the sociodemography of farm workers. Food frequency questionnaires and sphygmomanometer were performed to measure food frequency consumption and blood pressure. A Chi-square test was used to analyze the objective of the study (p<0,005). The results showed 33.9% of hypertension incident. There were a signifi cant relationship between food consumption and hypertension systolic, such as: biscuit (x2 = 10.466; p-value = 0.005), salted fi sh (x2 = 12.067; p-value = 0.022), milk and processed products (x2 = 9.051; p-value = 0.022), coffee (x2 = 6.025; p-value = 0.049), dan MSG (x2 = 10.298; p-value = 0.006). Meanwhile, the consumption of tea had a signifi cant relationship with hypertension diastolic (p-value 0.039). This study showed that the frequency consumption on biscuits, salted fi sh, milk, coffee and food seasonings was related to the incidence of hypertension systolic. Besides, tea consumption was related to the incidence of hypertension diastolic. Therefore, monitoring blood pressure and regulating the consumption food among farmworkers should be maintained regularly per month through non-communicable disease integrated health service post.  Abstrak Beban kerja petani yang cukup berat harus diimbangi dengan asupan makanan yang optimal secara kuantitas dan kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifi kasi hubungan konsumsi makanan tinggi natrium dengan kejadian hipertensi pada buruh tani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional pada 248 buruh tani dengan stratifi ed random sampling. Kuesioner digunakan untuk mengidentifi kasi sosiodemografi dan frekuensi konsumsi makanan. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan sphygnomanometer digital. Analisis data bivariat dilakukan dengan Chi-square test. Hasil penelitian menunjukkan kejadian hipertensi sebesar 33,1%. Frekuensi konsumsi makanan tinggi natrium berhubungan dengan kejadian hipertensi sistolik, seperti biskuit (x2 = 10,466; p-value = 0,005), ikan asin (x2 = 12,067; p-value = 0,022), susu dan olahannya (x2 = 9,051; p-value = 0,022), kopi (x2 = 6,025; p-value = 0,049), dan MSG (x2 = 10,298; p-value = 0,006), sementara itu, frekuensi konsumsi teh berhubungan dengan hipertensi diastolik (x2 = 6,504; p – value = 0,039). Penelitian ini dapat disimpulkan frekuensi konsumsi makanan (biskuit, ikan asin, susu, kopi, dan bumbu penyedap makanan) berhubungan dengan kejadian hipertensi sistol, sedangkan kebiasaan minum teh berhubungan dengan kejadian hipertensi diastolik. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring tekanan darah secara berkala dan pengaturan konsumsi makanan buruh tani melalui kegiatan posyandu penyakit tidak menular (PTM) secara berkala setiap bulannya.


Author(s):  
Effatul Afifah

<p><strong>ABSTRACT</strong></p><p><em><strong>Background</strong>: Hypertension is one of the problems in the medical and public health area. Based on National Health Research Association in 2013, hypertension is the third leading cause of death of all ages patterns, after stroke and TB, with the proportion of deaths was 6.8%. The prevalence of hypertension in DIY was 25.7%. The risk factors of diet containing high fat, high sodium, and low potassium to elevate blood pressure.</em></p><p><em><strong>Objectives</strong>: To know the effect of the intake of sodium-potassium and the status of obesity as a risk factor for hypertension.</em></p><p><em><strong>Methods</strong>: This study used analytic observational study design with control-case design. Samples were 104 and divided into 52 cases and 52 controls. Data were collected using a questionnaire include: name, age, gender, address, education level, the type of work, and form of food frequency questionnaire (FFQ) to inquire patterns of food intake (intake of sodium-potassium) for 3 months with food models. Obesity status was measured using body mass index (BMI), and merqurial sphygmomanometer hypertension was</em><br /><em>used to measure blood pressure. Analysis of data used statistical test independent t-test, chi-square.</em></p><p><em><strong>Results</strong>: No significant correlation between age and the incidence of hypertension (OR=2.448), neither did sodium intake with hypertension, potassium intake with hypertension, and nutritional status (obesity) associated with the incidence of hypertension.</em></p><p><em><strong>Conclusions</strong>: Age was the risk factor for hypertension, while the intake of sodium-potassium and status of obesity were not.</em></p><p><strong>KEYWORDS</strong>:<em> hypertension, sodium intake, potassium intake, obesity</em></p><p><br /><strong>ABSTRAK</strong></p><p><em><strong>Latar belakang</strong>: Hipertensi merupakan salah satu masalah dalam dunia medis dan kesehatan masyarakat. Dalam riset kesehatan dasar nasional tahun 2013, hipertensi merupakan penyebab kematian semua umur yang ketiga, setelah stroke dan tuberculosis (TB), dengan proporsi kematian sebesar 6,8%. Prevalensi hipertensi untuk wilayah DIY 25,7% termasuk angka yang tinggi. Faktor risiko pola makan yang mengandung tinggi lemak, tinggi natrium dan rendah kalium memiliki kontribusi terhadap peningkatan</em><br /><em>tekanan darah.</em></p><p><em><strong>Tujuan</strong>: Untuk mengetahui pengaruh asupan natrium, kalium, dan status obesitas sebagai faktor risiko hipertensi.</em></p><p><em><strong>Metode</strong>: Penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol dengan jumlah total sampel 104 yang terbagi dalam 52 kasus dan 52 kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan dan formulir food frequency questionnaire (FFQ) untuk menanyakan pola asupan makanan (asupan natrium, kalium) selama 3 bulan menggunakan food model. Status obesitas diukur dengan menggunakan indek massa tubuh (IMT) dan hipertensi diukur menggunakan merqurial sphygmomanometer. Analisis data menggunakan uji statistik independent t-test, chi-square.</em></p><p><em><strong>Hasil</strong>: Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian hipertensi (OR=2,448). Asupan natrium tidak berhubungan signifi kan dengan hipertensi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan kalium dengan hipertensi dan status gizi (obesitas) tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi.</em></p><p><em><strong>Kesimpulan</strong>: Usia merupakan faktor risiko kejadian hipertensi, sedangkan asupan natrium, kalium, dan status obesitas bukan merupakan faktor risiko hipertensi.</em></p><p><strong>KATA KUNCI</strong><em>: hipertensi, asupan natrium, asupan kalium, obesitas</em></p>


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Youvita Indamaika Simbolon ◽  
Triyanti Triyanti ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika

Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 104-111
Author(s):  
Fahmi Hafid ◽  
Yayuk Eka Cahyani ◽  
Ansar Ansar

Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas pada remaja merupakan faktor risiko penyakit diabetes, kardiovaskular, dan kanker. Hal ini disebabkan karena terjadinya penimbunan lemak pada jaringan adiposa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan konsumsi makanan cepat saji (fast foods) dengan komposisi lemak tubuh pada remaja di SMA Karuna Dipa Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 74 orang yang diambil menggunakan teknik systematic random sampling. Data komposisi lemak tubuh diketahui melalui pengukuran menggunakan alat BIA (Bioelectrical Impedance Analysis) merk KERN, data aktivitas fisik didapatkan melalui pengisian kuesioner aktivitas fisik selama seminggu terakhir, dan data konsumsi makanan cepat saji (fast foods) sebulan terakhir didapatkan melalui pengisian formulir FFQ (Food Frequency Questionnaire). Analisis data menggunakan uji chi square dengan nilai α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan 29,7% remaja memiliki komposisi lemak tubuh yang tinggi. Persentase remaja yang tergolong inaktif sebesar 73,0%, dan 59,5% remaja sering mengkonsumsi makanan cepat saji (fast foods). Remaja tergolong inaktif beraktivitas fisik yang memiliki komposisi lemak tubuh yang tinggi sebesar 35,2% (p-value = 0,161; α>0,05). Dan persentase remaja yang sering mengkonsumsi fast foods memiliki komposisi lemak tubuh yang tinggi sebesar 36,4% (p-value = 0,210; α>0,05). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dan konsumsi makanan cepat saji (fast foods) dengan komposisi lemak tubuh pada remaja.


2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Yashinta Octavian Gita Setyanda ◽  
Delmi Sulastri ◽  
Yuniar Lestari

AbstrakHipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada masyarakat di dunia. Penyakit ini disebut juga the silent killer. Prevalensi hipertensi telah mencapai angka 31,7% dari semua penduduk. Peningkatan ini diakibatkan perubahan gaya hidup yang salah satunya merokok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok termasuk lama merokok, jumlah rokok dan jenis rokok dengan hipertensi. Desain penelitian berupa cross-sectional study. Populasi adalah laki-laki yang berusia 35-65 tahun di empat kecamatan terpilih di kota Padang. Jumlah subjek sebanyak 92 orang yang diambil secara multi stage random sampling. Instrumen dalam penelitian ini ialah kuesioner untuk data responden dan karakteristik kebiasaan merokok, serta sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan p < 0,05 untuk signifikansi. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi (p=0,003) yaitu dipengaruhi oleh lama merokok (p=0,017) dan jenis rokok (p=0,017), tetapi tidak terdapat hubungan antara jumlah rokok dengan kejadian hipertensi (p=0,412). Oleh karena kebiasaan merokok meningkatkan risiko hipertensi, penyuluhan kesehatan tentang risiko peningkatan tekanan darah terhadap penderita hipertensi yang memiliki kebiasaan merokok harus dilakukan. Hal ini diperlukan agar terjadi penurunan angka kejadian hipertensi.Kata Kunci: hipertensi, kebiasaan merokok, lama merokok, jumlah rokok, jenis rokok AbstractHypertension is one of the major causes of death in the world. This disease is called silent killer. The prevalence of hypertension has reached 31.7% of the population. It increases because of lifestyle changes, one of them is smoking. The objective of this study was to determine the association between smoking habits including duration of smoking, number of cigarettes, and type of cigarettes with hypertension. The research design was cross-sectional study. The population was 35-65 years old men in four selected districts in Padang. There were 92 subjects who were taken by multi-stage random sampling. The instruments of this research were questionnaire for data of respondents and smoking habit characteristics, also sphygmomanometer for blood pressure measurements. Data were analyzed by chi-square test with p value < 0.05 for significance. The result of this study showed that there is association between smoking habit and hypertension (p=0.003) which is influenced by duration of smoking (p=0.017) and type of smoking (p=0.017), but there is no association between number of cigarettes with the incidence of hypertension (p=0.412). As smoking habits increase the risk of hypertension, health promotion about the risk of blood pressure increasing in the patient who has a smoking habit should be done. It is important in order to decrease the incidence of hypertension.Keywords: hypertension, duration of smoking, number of cigarettes, type of cigarettes


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Dwi Hartanti ◽  
Dinda Rima Mutmainah Mawarni

Latar belakang: Kebugaran jasmani dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan daya tahan tubuh terhadap penyakit serta dapat menentukan kualitas hidup individu. Kebugaran jasmani dipengaruhi faktor konsumsi zat gizi dan aktivitas fisik. Buah dan sayur adalah bahan pangan sumber vitamin dan mineral yang memiliki peran dalam metabolisme energi dan kebugaran fisik. Aktivitas sedentari merupakan gaya hidup dengan aktivitas fisik rendah dan berdampak pada penurunan kebugaran jasmani. Tujuan: Mengetahui hubungan pola konsumsi buah dan sayur serta aktivitas sedentari terhadap kebugaran jasmani kelompok usia dewasa muda. Metode: Desain penelitian adalah studi cross sectional dengan populasi Mahasiswa Fakultas Psikologi dan kesehatan UIN Walisongo Semarang. Subjek terdiri dari 87 sampel yang dipilih dengan cluster random sampling. Pola Konsumsi Buah dan sayur diketahui melalui form semi quantitative food frequency questionnaire (FFQ) dan food record 3 x 24 jam. Aktivitas sedentari ditentukan dengan Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ) yang telah dimodifikasi dan pengisian activity record 5 x 24 jam. Kebugaran jasmani ditentukan dengan uji Harvard Step Test. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara masing-masing variabel. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara pola konsumsi buah dengan kebugaran jasmani. Simpulan: Pola konsumsi buah dan sayur dari sampel tergolong kategori rendah. Sebanyak 96,6% sampel memiliki tingkat aktivitas sedentari tinggi. Pola konsumsi buah berhubungan dengan kebugaran jasmani.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Mefa Hidayatul Rohmah ◽  
Ninna Rohmawati ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Status gizi pada remaja dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan mereka, kebiasaan sarapan dan jajan merupakan penyebab yang dapat mempengaruhi status gizi remaja seperti gizi kurang dan lebih. Kebiasaan meninggalkan sarapan dapat mempengaruhi asupan energi dan gizi sehingga menjadi kurang, yang dapat mengakibatkan siswa menjadi lemas, kurang konsentrasi, bahkan pingsan. Kebiasaan meninggalkan sarapan mengakibatkan siswa merasa lapar sehingga memicu siswa membeli jajan di sekolah, kebiasaan jajan yang berlebihan dapat mengakibatkan asupan yang berlebih sehingga terjadi kegemukan pada siswa yang dapat memicu penyakit degeneratif nantinya. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dan jajan dengan status gizi siswa di SMP Negeri 14 Jember. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan observasional analitik dengan desain cross‒sectional. Jumlah sampel 82 siswa dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 14 Jember pada bulan Agustus 2019. Data kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, dan pengetahuan gizi menggunakan instrumen berupa angket, konsumsi energi dan pola sarapan serta makanan jajanan dengan wawancara recall 24 jam dan food frequency questionnaire (FFQ). Data tinggi badan dan berat badan menggunakan microtoise dan bathroom scale digital. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p<0,05). Selain itu adanya hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi (p<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara kebiasaan sarapan dan jajan dengan status gizi. 


2021 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 432-443
Author(s):  
Benefita Rahma

Masa remaja merupakan masa di mana perkembangan hormon akan naik turun dan dapat menyebabkan terjadinya menstruasi pada wanita. faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi yaitu pola makan yang tidak sehat, kandungan gizi pada fast food tidak seimbang yaitu tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula dan rendah serat. Kandungan asam lemak didalam makanan cepat saji mempengaruhi metabolisme progesteron pada fase luteal dari siklus menstruasi. Selain itu tingkat stres mempengaruhi siklus menstruasi, saat stres memghasilkan hormon kortisol, Hormon kortisol menyebabkan ketidakseimbangan pada hormon reproduksi, salah satu akibatnya gangguan siklus menstruasi. Penelitian ini bertujan untuk menganalisis hubungan konsumsi fast food dan stres terhadap siklus menstruasi pada siswi SMAN 12 Kota Bekasi. Metode penelitian yang di gunakan kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah siswi SMAN 12 Kota Bekasi menggunakan Teknik simple random sampling. Data di kumpulkan menggunakan kuisioner siklus menstruasi, PSS-10, dan food frequency questionare (FFQ). Hasil penelitian dari hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi fastfood dan siklus menstruasi pada siswi SMAN 12 Kota Bekasi dengan p-value 0,003 dan OR 5.0. Dan juga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada siswi SMAN 12 Kota Bekasi dengan p-value 0,005 dan OR 6,4.


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 153
Author(s):  
Azizah Ajeng Pratiwi ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Obesity in women with low socioeconomic status is easily found in slum area. Low socioeconomic status can have an impact on dietary changes, such as snacking that are known to be the cause of obesity. In addition to dietary changes, lifestyle changes such as sleep deprivation can also occur due to environmental conditions and job demands. Reduced bedtime will have an impact on health. Objectives: The purpose of this study was to analyze the association of sleep duration and snacking to obesity. Methods: This research was an observational analytical with cross sectional design. The sample was 70 married women aged 20-55 years in Simolawang, Simokerto Distict, Surabaya. Selection of smaple was using multistage random sampling. The data were collected by interview method with questionnaire to collect respondent characteristics data and sleep duration. Food Frequency Questionnaire (FFQ) was conducted to determine the snacking habits. Chi square test was used in the statistical analysis (a=0.05).Results: The data showed that  54.3% of respondents rarely consumed snack and 50% of them had sleep less time. The sleep duration had a significant association with obesity (p=0.009). In addition, snacking habits and obesity also showed a significant relationship (p=0.004).Conclusions: It is necessary to reduce the consumption of snacks and improve sleep time which is 7 hours per night to prevent obesity.ABSTRAK Latar Belakang: Obesitas pada wanita dengan status sosial ekonomi rendah banyak ditemui di permukiman padat. Rendahnya status sosial ekonomi dapat berdampak pada perubahan pola makan, seperti kebiasaan konsumsi camilan yang diketahui menjadi penyebab obesitas. Selain perubahan pola makan, perubahan gaya hidup seperti berkurangnya waktu tidur juga dapat terjadi karena kondisi lingkungan maupun tuntutan pekerjaan. Berkurangnya waktu tidur akan berdampak pada kesehatan.Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi camilan dan durasi waktu tidur dengan obesitas pada ibu rumah tangga di permukiman padat penduduk. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah 70 wanita yang sudah menikah berusia 20-55 tahun di Kelurahan Simolawang Kecamatan Simokerto, Surabaya. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan multistage random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data karakteristik responden dan durasi waktu tidur. Food Frequency Questionnaire (FFQ) dilakukan untuk mengetahui kebiasaan konsumsi camilan. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji chi square (a=0,05).Hasil: Hasil menunjukkan bahwa 54,3% responden jarang mengonsumsi camilan dan 50% responden memiliki waktu tidur yang kurang. Durasi waktu tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan kondisi obesitas (p=0,009). Selain itu kebiasaan konsumsi camilan dan obesitas juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p=0,004).Kesimpulan: Diperlukan adanya pembatasan konsumsi camilan dan tidur dengan durasi waktu cukup, yaitu 7 jam per malam untuk mencegah terjadinya obesitas.


2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 158
Author(s):  
Yulia Fitri ◽  
Rusmikawati Rusmikawati ◽  
Siti Zulfah ◽  
Nurbaiti Nurbaiti

Hypertension is one of the most common diseases suffered by the elderly. At the age of ≥ 40 years, both men and women will be more at risk of hypertension. Many factors play a role in hypertension, one of which is an unbalanced diet. Imbalance intake of micronutrients such as sodium and potassium also plays an important role in the incidence of hypertension. The objective, to determine the relationship of sodium and potassium intake with the occurrence of hypertension in the elderly in the working area of Darul Imarah Community Health Center, Aceh Besar District. Method,  this cross-sectional descriptive analytic study used a sample of 60 elderly people (45-55 years) and conducted in the Darul Imarah Health Center in 2017. Sodium and Potassium intake was obtained through a semi-quantitative food frequency Questionnaires. Blood pressure data obtained with a sphygmomanometer. Bivariate data analysis using the Chi-Square test. The results, showed a significant relationship between sodium intake and the incidence of hypertension (p = 0.000), While potassium intake did not show a relationship (p = 1.000). Conclusion, sodium intake can have an impact on the occurrence of hypertension, while potassium does not affect hypertension in the elderly. Suggestion, people with hypertension can reduce consumption foods containing sodium such as preserved food, canned food, use of salt, soy sauce, cheese, and MSG to avoid increasing blood pressure.Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh lansia. Pada usia ≥ 40 tahun baik pada laki-laki ataupun wanita akan lebih beresiko untuk menderita hipertensi. Banyak faktor yang berperan dalam penyakit hipertensi salah satunya adalah pola makan yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan dalam pengaturan zat gizi mikro seperti natrium dan kalium merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam kejadian hipertensi. Tujuan untuk mengetahui hubungan asupan natrium dan kalium dengan terjadinya hipertensi pada usia lanjut di wilayah kerja puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Penelitian deskriptif analitik berdesain srossectional ini menggunakan sampel sebanyak 60 orang usia lanjut (45-55 tahun), dilakukan di Darul Imarah tahun 2017. Asupan Natrium dan Kalium diperoleh melalui food frequency Questionaire semi Quantitatif. Data tekanan darah didapatkan dengan spygnomanomater. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan hubungan signifikan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi (p= 0,000), sedangkan asupan kalium tidak menunjukan hubungannya (p= 1,000). Kesimpulan, asupan natrium dapat berdampak terhadap terjadinya hipertensi, sedangkan kalium tidak berdampak terhadap hipertensi pada usia lanjut. Saran, penderita hipertensi dapat mengurangi konsumsi makanan yang mengandung natrium seperti makanan yang diawetkan, makanan kaleng, penggunaan garam, kecap, keju dan MSG untuk menghindari peningkatan tekanan darah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document