scholarly journals Uji Toksisitas Ekstrak Cacing Tambelo (Bactronophorus thoracites) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

2021 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 243-248
Author(s):  
Lely Okmawaty Anwar ◽  
Sri Fatmah Sari ◽  
Asrul Ambo Elo ◽  
Rosmawati Rosmawati ◽  
Iin Nurdiyanty Nurdin ◽  
...  

Cacing tambelo merupakan moluska yang menetap pada batang Rhizophora sp yang sudah mati. Studi ini bertujuan untuk menentukan tingkat toksisitas dari ekstrak cacing tambelo dengan metode brine shrimp letahlity test (BSLT). Cacing tambelo diambil dari hutan mangrove di Desa Moolo, Kecamatan Batukara, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Ekstrak cacing tambelo dipreparasi memakai larutan metanol. Uji toksisitas BSLT pada penelitian ini terdiri atas dua tahap, uji preliminary dan uji definitif. Uji preliminary bertujuan untuk menentukan kisaran lethal concentration (LC50), nilai kisaran konsentrasi tersebut akan digunakan pada uji selanjutnya (uji definitif). Uji preliminary menggunakan konsentrasi ekstrak tambelo sebesar 10, 100, 1.000 μg/mL dan 0 sebagai kontrol. Uji definitif menggunakan 4 konsentrasi (masing-masing 3 ulangan) yaitu:17,78; 31,61; 56,21; 99,94 μg/mL dan 0 sebagai kontrol. Data yang diperoleh dari uji definitif selanjutnya dianalisis dengan probit. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa nilai LC50-24jam dari ekstrak tambelo ialah 42,43 μg/mL. Nilai LC50 tersebut mengindikasikan bahwa ekstrak cacing tambelo bersifat sangat toksik terhadap larva udang.

al-Kimiya ◽  
2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 15-20
Author(s):  
Ary Andini ◽  
Endah Prayekti ◽  
Fadillah Triasmoro ◽  
Indah Nur Kamaliyah

Kolagen dan kitosan dapat digunakan sebagai bahan pembalut luka karena memiliki karakteristik yang baik. Namun, pembalut luka kolagen-kitosan perlu dilakukan uji sitotoksisitas sebelum diaplikasikan secara in vivo, seperti Brine Shrimp Lethally Test (BSLT). Pembalut luka kolagen-kitosan tidak dapat larut dalam Dimetil Sulfoksida (DMSO) dan aquadest dengan mudah, oleh karena itu perlu pertimbangan alternatif pelarut karena kolagen dan kitosan lebih mudah larut dalam pelarut asam seperti asam klorida (HCl) dan asam asetat ( CH3COOH). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Lethal Concentration  50 (LC50) dari pembalut luka kolagen-kitosan yang dilarutkan dalam pelarut DMSO, HCl, CH3COOH dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Pembalut luka kolagen-kitosan didapatkan dengan mencampurkan larutan kitosan 2% dan kolagen dengan perbandingan 1:1 w/w kemudian dihomogenkan, dicetak, dan dikeringkan.  Penelitian ini menggunakan uji sitotoksisitas dengan metode BSLT dan LC50 dihitung menggunakan Analisis Probit. Pembalut luka dilarutkan dalam pelarut DMSO 1%, CH3COOH 1%, dan HCl 1% hingga homogen, kemudian diencerkan dengan berbagai konsentrasi yaitu 100 ppm, 250 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm dengan tiga kali ulangan untuk setiap perlakuan. Setelah itu uji BSLT dilakukan dengan menggunakan Artemia salina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembalut luka yang dilarutkan dalam DMSO 1% memiliki LC50 > 1000 ppm, sedangkan pada pelarut CH3COOH dan pelarut  HCl menunjukkan  LC50< 30. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelarut DMSO bersifat non-toksik (LC50  > 1000 ppm), tetapi pelarut CH3COOH 1% dan HCl 1% bersifat sangat toksik (LC50 < 30 ppm) sebagai pelarut alternatif pembalut luka kolagen-kitosan pada uji BSLT.


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 32-43
Author(s):  
ALIYAH FAHMI ◽  
Rumondang Bulan

Penelitian mengenai uji aktivitas toksisitas dan antimikroba flavonoid total daun benalu (Dendrophthoe pentandra (L) Miq) dari pohon glodokan (Polyalthia longifolia) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas toksisitas dari flavonoid total daun benalu pohon glodokan berdasarkan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)  menggunakan larva udang Artemia salina Leach diperoleh Lethal Concentration (LC50) sebesar 30.06 mg/L yang berarti memiliki aktivitas toksisitas yang toksik sementara untuk aktivitas antimikroba dari flavonoid total daun benalu pohon glodokan dengan Metode Difusi Agar diperoleh diameter zona hambat pada Streptococcus  mutans pada konsentrasi sampel flavonoid total pohon glodokan 3%, 6% dan 9 % adalah 6; 9 dan 17.25 mm, pada Escherichia coli adalah 3.55; 4.25 dan 9.15 mm dan pada Candida albicans adalah 8.30; 4 dan 5.30 mm dimana semakin besar konsentrasi maka daya hambat pada S. mutans dan E. coli semakin besar namun pada C. albicans kurang mempengaruhi tetapi memiliki aktivitas hambat yang baik sehingga efektif dikembangkan sebagai zat antimikroba.


2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Harry Noviardi ◽  
Sitaresmi Yuningtyas ◽  
Diah Ajeng Tri R ◽  
Ahmad Ben ◽  
Padmono Citroreksoko

Latar Belakang: Daun Petai cina dan kulit jengkol merupakan tumbuhan suku polong-polongan yang mengandung senyawa bahan alam seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid. Senyawa bahan alam tersebut diduga berpotensi sebagai antikanker.Uji toksisitas digunakan untuk mendeteksi potensi senyawa antikanker.Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai toksisitas dari kombinasi ekstrak daun petai cina dan kulit jengkol. Metode:Proses ekstraksi menggunakan daun petai cina dan kulit jengkol yang digunakan secara berturut-turut 1:1, 1:3, 1:5, 1:7, dan 1:9. Metode toksisitas yang digunakan adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)dengan hewan uji Artemia salina L. Parameter yang diukur adalah nilai lethal concentration (LC50). Hasil:Nilai LC50 yang diperoleh dari kombinasi ekstrak daun petai cina dan kulit jengkol 1:1, 1:3, 1:5, 1:7 dan 1:9 secara berturut-turut sebesar 85.27, 30.41, 21.76, 14.06 & 1.358 ppm. Hasil penelitian ini menunjukkan semua kombinasi ekstrak daun petai cina dan kulit jengkol termasuk dalam kategori sangat toksik. Kesimpulan:Kombinasi ekstrak daun petai cina dan kulit jengkol memberikan efek sangat toksik yang diduga berpotensi sebagai antikanker.


Elkawnie ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Ahmad Fathoni ◽  
La Ode Sumarlin ◽  
Fuady Hanief ◽  
Dede Sukandar

Abstract: Isolation and cytotoxic activity of the β-carotene combination of Trigona honey and Namnam leaves extract (Cynometra cauliflora) were conducted. The urgency of isolating β-carotene compounds because of their known anticancer activity. Namnam leaves are macerated using methanol, then combined with Trigona honey. Fractionation and isolation of β-carotene in combination samples were conducted out by chromatography method. The β-carotene was analyzed using UV-Vis and FTIR spectrophotometer. The cytotoxic activity test was conducted by using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method with mortality analysis using Probit Analysis with SPSS v20 and Lethal Concentration 50 (LC50) as parameters. The result showed that the cytotoxic activity of Trigona honey after combination reached 36.6% with an LC50 value of 168.2 ppm, an increase from the Trigona honey sample (LC50 = 265.2 ppm) and Namnam leaves extract (LC50 = 196.12 ppm). The highest cytotoxic activity belongs to the n-hexane fraction (LC50 = 77.6 ppm). The best eluent for β-carotene isolation is petroleum ether. There was increased cytotoxic activity in isolates (LC50 of 22.85 ppm). Isolates were analyzed by UV-Vis and FTIR and compared with standards compound. FTIR analysis results showed that the isolates had functional groups of -CH3 (v 2850-2960 cm-1), -CH3 aliphatic (v 1350-1470 cm-1), C=C (v 2100-2350 cm-1 and 675-870 cm-1), and C-O (v 1000-1300 cm-1). Thus, the combination of Trigona Honey and Namnam leaf extract can be developed as an alternative chemopreventive agent.Abstrak: Isolasi dan aktivitas sitotoksik β-karoten kombinasi madu trigona dan ekstrak daun namnam (Cynometra cauliflora) telah dilakukan. Urgensi mengisolasi senyawa β-karoten karena telah diketahui adanya aktifitas antikanker. Daun namnam dimaserasi menggunakan metanol, untuk kemudian dikombinasikan dengan madu trigona. Fraksinasi dan isolasi β-karoten pada sampel kombinasi dilakukan dengan metode kromatografi. Kandungan senyawa β-karoten dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR. Uji aktifitas sitotoksik dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan analisis mortalitas menggunakan Probit Analysis dengan software SPSS v20 dan Lethal Concentration 50 (LC50) sebagai parameter. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas sitotoksik madu trigona setelah dikombinasikan mencapai 36,6 % dengan nilai LC50 sebesar 168,2 ppm, meningkat dari sampel madu trigona dengan (LC50 = 265,2 ppm), dan ekstrak daun namnam dengan (LC50 = 196,12 ppm). Aktifitas sitotoksik tertinggi dimiliki oleh fraksi n-heksana(LC50 = 77,6 ppm). Eluen terbaik untuk isolasi β-karoten adalah petroleum eter. Terjadi peningkatan aktifitas sitotoksik pada isolat hasil pemisahan (LC50 sebesar 22,85 ppm). Isolatdianalisis dengan UV-Vis dan FTIR dan dibandingkan dengan senyawa standar. Hasil analisa FTIR menunjukkan isolat memiliki gugus fungsi -CH3 (v 2850-2960 cm-1), -CH3 alifatik (v 1350-1470 cm-1), C=C (v 2100-2350 cm-1 dan 675-870 cm-1), dan C-O (v 1000-1300 cm-1). Dengan demikian, kombinasi Madu Trigona dan ekstrak daun namnam berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen kemoprefentif alternatif.


Antibiotics ◽  
2021 ◽  
Vol 10 (6) ◽  
pp. 681
Author(s):  
Gugulethu P. Khumalo ◽  
Nicholas J. Sadgrove ◽  
Sandy F. Van Vuuren ◽  
Ben-Erik Van Wyk

Indigenous trade of medicinal plants in South Africa is a multi-million-rand industry and is still highly relevant in terms of primary health care. The purpose of this study was to identify today’s most traded medicinal barks, traditionally and contemporaneously used for dermatological, gastrointestinal, and respiratory tract infections; then, to investigate the antimicrobial activity and toxicity of the respective extracts and interpret outcomes in light of pharmacokinetics. Thirty-one popularly traded medicinal barks were purchased from the Faraday and Kwa Mai-Mai markets in Johannesburg, South Africa. Information on the medicinal uses of bark-based medicines in modern commerce was recorded from randomly selected traders. The minimum inhibitory concentration (MIC) method was used for antimicrobial screening, and brine shrimp lethality was used to determine toxicity. New medicinal uses were recorded for 14 bark species. Plants demonstrating some broad-spectrum activities against tested bacteria include Elaeodendron transvaalense, Erythrina lysistemon, Garcinia livingstonei, Pterocelastrus rostratus, Rapanea melanophloeos, Schotia brachypetala, Sclerocarya birrea, and Ziziphus mucronata. The lowest MIC value of 0.004 mg/mL was observed against Staphylococcus epidermidis for a dichloromethane bark extract of E. lysistemon. The tested medicinal barks were shown to be non-toxic against the Artemia nauplii (brine shrimp) bioassay, except for a methanol extract from Trichilia emetica (69.52% mortality). Bacterial inhibition of bark extracts with minimal associated toxicity is consistent with the safety and valuable use of medicinal barks for local muthi market customers. Antimicrobial outcomes against skin and gastrointestinal pathogens are feasible because mere contact-inhibition is required in vivo; however, MIC values against respiratory pathogens require further explaining from a pharmacokinetics or pharmacodynamics perspective, particularly for ingested rather than smoked therapies.


2015 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 67-72
Author(s):  
Edwin Fadhly ◽  
Dewi Kusrini ◽  
Enny Fachriyah

Penelitian tentang penapisan fitokimia, isolasi, identifikasi alkaloid dari daun getih-getihan (Rivina humilis L.) serta uji sitotoksisitas dengan metode BSLT telah dilakukan. Isolasi alkaloid diawali dengan maserasi daun Rivina humilis L. dengan pelarut etanol 96%, dilanjutkan penghilangan klorofil dengan menggunakan aquades (1:1). Selanjutnya hasil maserasi tersebut dipartisi dengan pelarut n-heksana, diperoleh ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol-air. Ekstrak etanol-air dilakukan isolasi alkaloid hingga diperoleh ekstrak alkaloid berwarna coklat kemerahan sebanyak 0,7323 gram. Pemisahan alkaloid dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis preparatif dan uji kemurniannya menggunakan metode KLT dengan berbagai eluen didapatkan 1 noda pada pita A1. Isolat alkaloid A1 berbentuk padatan putih dan mempunyai titik leleh sebesar 290-292°C. Hasil analisis spektrofotometer UV-Vis memperkirakan bahwa senyawa alkaloid A1 mempunyai struktur dasar indol. Analisis dengan spektofotometer FTIR menunjukkan adanya gugus N-H, O-H, =C-H aromatik, CH2, C=N, C=O, C=C aromatik, dan C-O eter. Sedangkan kromatogram LC-MS menunjukkan puncak tertinggi pada waktu retensi 1,8 menit dan memiliki bobot molekul sebesar 267.27 g/mol. Hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak alkaloid mempunyai harga LC50 sebesar 25,439 ppm.


Author(s):  
AKM Shahidur Rahman ◽  
AK Azad Chowdhury ◽  
Hossain Reza ◽  
Mohammad Shawkat Ali ◽  
Manzurur Rahman Shah Choudhury ◽  
...  

Solvent partitioning followed by column chromatography of the MeOH extract of the seeds of Swietenia mahagoni afforded two limonoids, swietenolide (compound 1) and 2-hydroxy-3-O-tigloylswietenolide (compound 2), later one is new compound. The compounds were identified by spectroscopic means. The cytotoxic activity of these compounds was assessed by using the conventional brine shrimp lethality bioassay. While both compounds were found to have moderate cytotoxic activity, compound 2 displayed overall more potent activity than compound 1. Key words: Cytotoxic; Limonoid; Swietenia mahagoni; Brine shrimp lethality bioassay DOI: 10.3329/bjpp.v24i1.5729Bangladesh J Physiol Pharmacol 2008; 24(1&2) : 1-6


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 19-26
Author(s):  
Enda Mora ◽  
Septi Muharini ◽  
Emrizal Emrizal ◽  
Rahayu Utami ◽  
Mella Silfia Andriani

Telah dilakukan isolasi dan pengujian sitotoksik ekstrak etil asetat kulit batang merantirambai (Shorea acuminata Dyer). Ekstraksi dilakukan dengan maserasi bertingkat dan uji sitotoksikdengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Isolasi dilakukan dengan kromatografi kolommemakai sistem gradient dan diperoleh senyawa D1, berupa amorf berwarna putih sebanyak18 mg dengan titik leleh 280-282oC. Berdasarkan hasil reaksi dengan reagen Liebermann-Buchard(yaitu warna orange kecoklatan) dan hasil karakterisasi dengan spektroskopi UV, IR, 1H-RMI, dan 13CRMI,maka dapat disimpulkan bahwa senyawa D1 termasuk golongan terpenoid. Dari hasil pengujiansitotoksik ekstrak etil asetat didapatkan nilai LC50 sebesar 3,68 ppm dan dapat dinyatakan bahwaekstrak etil asetat kulit batang meranti rambai memiliki sifat sangat toksik terhadap kematian Artemiasalina Leach.


2014 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Ross Nurul Rohmah ◽  
Nuniek Ina Ratnaningtyas ◽  
Ari Asnani

Ganoderma lucidum is polyporus fungi from Basidiomycetes which can be used as traditional medicines. Toxicity test with Brine Shrimp Lethality Test (BST) method using Artemia salina was conducted to find out toxic effect of G.lucidum. An extract would have toxic effect if the LC50 < 1000 µg/ml. The aims of this experiment were to know about the toxicity level from G.lucidum with Brine Shrimp Lethality Test (BST) method and determined the concentration of fruiting body extract of G.lucidum which had the best toxicity effect in LC50. There were two extraction methods used in this experiment, first one stage extraction and then multilevel extraction with hexane, ethyl acetate, and ethanol. Each solvent was made in 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm, and 125 ppm. This process was repeated for three times. This experiment used G.lucidum extract which was tested to A.salina and secunder compound metabolit test from the most toxic G. lucidum was done with phytochemical analysis. The result indicated that fruiting body extract from G.lucidum could kill A.salina because all extract was positively contained alkaloid and terpenoid but negatively contained flavonoid. Fruiting body extract from G.lucidum which had lowest LC50 wass ethyl asetat extract with one stage extraction in concentration 53,70 ppm and highest LC50 was ethanol extract with multilevel extraction in concentration 501,18 ppm.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Kurnia Ritma Dhanti

Latar belakang : Pengembangan senyawa antikanker dari bahan alami perlu dilakukan untuk meminimalisir efek samping dari penanganan penyakit kanker yang saat ini banyak dilakukan. Suatu senyawa dapat diketahui potensi antikankernya dengan pendekatan menggunakan metode BST (Brine Shrimp Lethality Test). Ekstrak metanol daun saga (Abrus precatorius L.) bersifat toksik terhadap larva A. salina Leach.   Tujuan : Mengetahui bagian teraktif dari ekstrak metanol daun saga yang dipartisi (dipisahkan) menggunakan pelarut etanol.   Metode : Ekstrak metanol daun saga dipartisi dengan pelarut etanol hingga terbentuk bagian larut dan tidak larut. Kedua bagian tersebut diuji menggunakan metode BST dengan 5 kali ulangan dan 3 replikasi yang masing-masing menggunakan 10  ekor larva A.salina.   Hasil : Dari perhitungan didapatkan nilai LC50 bagian larut etanol sebesar 144,544 ppm sedangkan nilai LC50 bagian tidak larut etanol sebesar 151,356 ppm.   Kesimpulan : Bagian larut etanol menyebabkan persentase kematian yang lebih tinggi daripada bagian tidak larut. Nilai LC50 bagian larut etanol lebih rendah dibanding bagian tidak larutnya. Semakin rendah nilai LC50 senyawa, maka semakin berpotensi pula untuk dikembangkan sebagai agen antikanker.   Kata kunci : toksisitas, Abrus precatorius L., Artemia salina Leach., antikanker, partisi. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document