scholarly journals Hubungan Antara Asupan Energi, Zat Gizi Makro dan Total Energy Expenditure dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar

2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Baiq Qamariyah ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Nutritional status of students can be influenced by many factors such as energy intake, macro nutrients intake and total energy expenditure.Objectives: this study aimed to determine association of energy intake, macro nutrients intake and total energy expenditure with nutritional status of elementary students.Methods: this study was observasional analitic research with cross-sectional design wich was done in SDN Pacarkembang 1 Surabaya on July 2017.The sample was 66 students in grade 4 and 5 with simple random sampling. Variabel in study was nutritional status, energy intake, macro nutrient intake, and total energy expenditure. Data were collected through interview using food recall 2 x 24 hour, physical activity recall, weight and high measurement. Analysis data used independent sample T-test analysis.Results: this study showed the most of nutritional status was normal (69.7%). There were correlations of energy intake (p=0.000), protein (p=0.017), fat (p=0.040) carbohydrate (p=0.001) and total energy expenditure (p=0.000) with nutritional status of elementary students.Conclusion: energy intake, macro nutrient intake and total energy expenditure were associated with nutritional status of school children.School children should reduce the consumption of food high in energy, protein, fat and increase physical activity.ABSTRAKLatar Belakang: Status gizi pada anak sekolah dapat dipengaruhi banyak faktor diantaranya asupan energi, asupan zat gizi makro dan total energy expenditure.Tujuan: penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara asupan energi, zat gizi makro dan total energy expenditure dengan status gizi anak sekolah dasar.Metode: Penelitian adalah observasional analitik dengan rancang studi cross-sectional yang dilaksanakan di SDN Pacarkembang 1 Surabaya pada Juli 2017. Sampel Penelitian adalah siswa kelas 4 dan 5 sebanyak 66 orang yang diambil dengan simple random sampling. Variabel penelitian meliputi status gizi, asupan energi, asupan zat gizi makro dan total energy expenditure. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan recall 2x24 jam, recall aktivitas fisik, pengukuran berat badan dan tinggi badan. Analisis data menggunakan uji independent sampel T-test.Hasil: penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi siswa normal (69,7%). Terdapat hubungan signifikan antara asupan energi (p=0,000), protein (0,017), lemak (p=0,040), karbohidrat (p=0,001) dan total energy expenditure (p=0,000) dengan status gizi anak sekolah dasar.Kesimpulan: asupan energi, zat gizi makro dan total energy expenditure berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar. Sebaiknya anak sekolah dasar dapat mengurangi konsumsi makanan tinggi energi protein dan lemak serta meningkatkan aktivitas fisik.

2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 124
Author(s):  
Dewi Kencono Jati ◽  
Triska Susila Nindya

  Background: Children under two years of age are susceptible to nutritional problems. Nutrient intake are needed for optimal growth and mental development. Inadequate energy intake in the long run can lead to protein energy malnutrition.Objectives: The purpose of this study was to analyze the association energy and protein intake with nutritional status of children aged 6 to 24 months. Methods: This research used cross sectional design aprroach.  The subjects of this study were 62 children under two years (aged 6-24 months). Selection of sample was using simple random sampling Data was collected through interviews using a structured questionnaire, nutrient intake using 2x24hours recall, and weight measurement. Data was analyzed using Chi-square test. Results: The results showed that majority of the children had inadequate energy intake, adequate protein intake, 24.2% were underweight. There was a correlation between energy intake (p=0.044) and protein intake (p=0.038) with nutritional status WAZ. Conclusion: The conclusion of this study is  energy and protein intake contribute to underweight incidences among children aged 6-24 months. Therefore, it could be advised to increase high energy and protein intake for optimum growth.ABSTRAK Latar belakang: Anak dengan usia di bawah dua tahun rentan mengalami masalah gizi. Asupan gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Asupan energi yang tidak mencukupi dalam waktu jangka panjang dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada kekurangan energi-protein. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi berdasarkan BB/U pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem, Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subyek dari penelitian ini adalah 62 bayi di bawah dua tahun (baduta) berusia 6-24 bulan yang didapatkan dari metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, asupan gizi dengan recall 2x24hrs, dan pengukuran berat badan. Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baduta memiliki asupan energi tidak adekuat, asupan protein adekuat, dan 24,2% mengalami underweight. Terdapat hubungan asupan energi (p=0,044) dan asupan protein (p=0,038) dengan status gizi BB/U.Kesimpulan: Energi dan protein berkontribusi terhadap kejadian underweight pada baduta. Oleh karena itu, disarankan selalu melakukan peningkatan konsumsi pangan dengan memberikan asupan makanan yang mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan yang optimal.


2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 124 ◽  
Author(s):  
Dewi Kencono Jati ◽  
Triska Susila Nindya

  Background: Children under two years of age are susceptible to nutritional problems. Nutrient intake are needed for optimal growth and mental development. Inadequate energy intake in the long run can lead to protein energy malnutrition.Objectives: The purpose of this study was to analyze the association energy and protein intake with nutritional status of children aged 6 to 24 months. Methods: This research used cross sectional design aprroach.  The subjects of this study were 62 children under two years (aged 6-24 months). Selection of sample was using simple random sampling Data was collected through interviews using a structured questionnaire, nutrient intake using 2x24hours recall, and weight measurement. Data was analyzed using Chi-square test. Results: The results showed that majority of the children had inadequate energy intake, adequate protein intake, 24.2% were underweight. There was a correlation between energy intake (p=0.044) and protein intake (p=0.038) with nutritional status WAZ. Conclusion: The conclusion of this study is  energy and protein intake contribute to underweight incidences among children aged 6-24 months. Therefore, it could be advised to increase high energy and protein intake for optimum growth.ABSTRAK Latar belakang: Anak dengan usia di bawah dua tahun rentan mengalami masalah gizi. Asupan gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Asupan energi yang tidak mencukupi dalam waktu jangka panjang dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada kekurangan energi-protein. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi berdasarkan BB/U pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem, Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subyek dari penelitian ini adalah 62 bayi di bawah dua tahun (baduta) berusia 6-24 bulan yang didapatkan dari metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, asupan gizi dengan recall 2x24hrs, dan pengukuran berat badan. Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baduta memiliki asupan energi tidak adekuat, asupan protein adekuat, dan 24,2% mengalami underweight. Terdapat hubungan asupan energi (p=0,044) dan asupan protein (p=0,038) dengan status gizi BB/U.Kesimpulan: Energi dan protein berkontribusi terhadap kejadian underweight pada baduta. Oleh karena itu, disarankan selalu melakukan peningkatan konsumsi pangan dengan memberikan asupan makanan yang mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan yang optimal.


2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 275
Author(s):  
Arini Rahmatika Sari ◽  
Lailatul Muniroh

Introduction: Work Fatigue is the common condition experienced by most worker but if this condition occured continously, it will affect of the worker’s health condition. Work fatigue can be affected by several factors, some of which are energy intake and nutritional status. Objective: The aim of this research was to analyze the correlation between the adequacy of energy intake and nutritional status with the level of work fatigue. Methods: This study was an analytic observational, used cross sectional study with 33 sample from 48 workers of cocoa powder production PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya selected by simple random sampling. Data were collected by food recall 2X24 hours for energy intake, measuring weight and height for nutritional stastus and Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionnaire for the level of fatigue. Data were analyzed by ranks spearman correlation test. Results: Most of workers were <25 years old (42.4%), the adequacy of energy intake were deficit (66.7%), the nutritional status were normal (54.5%), and the work fatigue were moderate (63.6%). The result of this research showed that there were corellation between the adequacy of energy intake (p-value=0.001) and nutritional status (p-value=0.018) with the level of work fatigue. Conclussion: In conclusion, lower energy intake and high BMI would increase the level of fatigue.ABSTRAKPendahuluan: Kelelahan kerja menjadi keadaan umum yang dialami hampir semua tenaga kerja, namun jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja. Kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya yaitu asupan energi dan status gizi pekerja.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kecukupan asupan energi dan status gizi dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebesar 33 pekerja dari 48 pekerja bagian produksi cocoa powder PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan food recall 2X24 hours untuk asupan energi, pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk status gizi, serta kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) untuk tingkat kelelahan kerja. Analisis data menggunakan uji statistik ranks spearman. Hasil: Sebagian pekerja besar responden berusia <25 tahun (42,4%), kecukupan asupan energi yang tergolong kurang (66,7%), status gizi normal (54,5%), dan tingkat kelelahan kerja yang tergolong sedang (63,6%). Terdapat hubungan antara kecukupan asupan energi (p=0,001) dan status gizi (p=0,018) dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Kesimpulan:. Semakin kurang asupan energi dan semakin tinggi IMT maka akan semakin tinggi tingkat kelelahan kerja pada pekerja.


2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 275
Author(s):  
Arini Rahmatika Sari ◽  
Lailatul Muniroh

Introduction: Work Fatigue is the common condition experienced by most worker but if this condition occured continously, it will affect of the worker’s health condition. Work fatigue can be affected by several factors, some of which are energy intake and nutritional status. Objective: The aim of this research was to analyze the correlation between the adequacy of energy intake and nutritional status with the level of work fatigue. Methods: This study was an analytic observational, used cross sectional study with 33 sample from 48 workers of cocoa powder production PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya selected by simple random sampling. Data were collected by food recall 2X24 hours for energy intake, measuring weight and height for nutritional stastus and Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionnaire for the level of fatigue. Data were analyzed by ranks spearman correlation test. Results: Most of workers were <25 years old (42.4%), the adequacy of energy intake were deficit (66.7%), the nutritional status were normal (54.5%), and the work fatigue were moderate (63.6%). The result of this research showed that there were corellation between the adequacy of energy intake (p-value=0.001) and nutritional status (p-value=0.018) with the level of work fatigue. Conclussion: In conclusion, lower energy intake and high BMI would increase the level of fatigue.ABSTRAKPendahuluan: Kelelahan kerja menjadi keadaan umum yang dialami hampir semua tenaga kerja, namun jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja. Kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya yaitu asupan energi dan status gizi pekerja.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kecukupan asupan energi dan status gizi dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebesar 33 pekerja dari 48 pekerja bagian produksi cocoa powder PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan food recall 2X24 hours untuk asupan energi, pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk status gizi, serta kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) untuk tingkat kelelahan kerja. Analisis data menggunakan uji statistik ranks spearman. Hasil: Sebagian pekerja besar responden berusia <25 tahun (42,4%), kecukupan asupan energi yang tergolong kurang (66,7%), status gizi normal (54,5%), dan tingkat kelelahan kerja yang tergolong sedang (63,6%). Terdapat hubungan antara kecukupan asupan energi (p=0,001) dan status gizi (p=0,018) dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Kesimpulan:. Semakin kurang asupan energi dan semakin tinggi IMT maka akan semakin tinggi tingkat kelelahan kerja pada pekerja.


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 227
Author(s):  
Whenny Irdiana ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Eating habit in adolescence will give an impact on health, especially nutritional problems in the next phase of life that is in adulthood and old age. Many teenagers are still skipping meals and eating imbalance foods. Objectives: This study is aimed to determine the relationship between breakfast habit and nutrient intake with nutritional status of female students in SMAN 3 Surabaya. Method: Research design used was cross sectional. Population of this research is all female students of class X and XI SMAN 3 Surabaya as many as 444 people. Eighty students was choosen using simple random sampling method. The data that had been collected included breakfast habits which gained by direct interview using questionnaire, nutrient intake that was obtained by 2x24 hours food recall method, and nutritional status was determined based on BMI for Age measurement. Results: It is known that most of the respondents do not have daily breakfast habit and macronutrient intake on the average of respondent still not in accordance with the suggestion. In addition, there were respondents with overweight dan underweight, although most of them had normal nutritional status. Results of Spearman correlation test showed no significant relationship between breakfast habit and nutritional status (p=0.402), but female students who skipped breakfast tend to be overweight. The result of this research showed that no correlation between nutrient intake of energy (p=0.811), carbohydrates (p=0.696), protein (p=0.970) and fat (p=0.816) with nutritional status. Conclusion: The unsignificant results between breakfast habit and macronutrient intake with nutritional status could be caused by several factors, such as the number of family members, income and health issue.ABSTRAK Latar Belakang: Kebiasaan makan pada masa remaja dapat berdampak pada kesehatan terutama masalah gizi pada fase kehidupan yang akan datang yaitu saat dewasa dan berusia lanjut. Banyak remaja masih melewatkan waktu makan dan mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan status gizi pada siswi SMAN 3 Surabaya.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas X dan XI SMAN 3 Surabaya yang berjumlah 444 orang. Sebanyak 80 siswi dipilih menjadi sampel dengan menggunakan Simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi kebiasaan sarapan dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner, asupan zat gizi diperoleh dengan metode food recall 2x24 jam, dan status gizi ditentukan berdasarkan pengukuran IMT/U.Hasil: berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar dari responden belum memiliki kebiasaan sarapan setiap hari dan asupan gizi makro pada responden rata-rata masih belum sesuai dengan anjuran. Selain itu, terdapat responden dengan gizi lebih dan gizi kurang meskipun sebagai besar dari mereka memiliki status gizi normal. Hasil dari uji korelasi Spearman, menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p=0,402), namun siswi yang tidak sarapan cenderung memiliki gizi lebih. Hasil pada penelitian ini juga menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi energi (p=0,811), karbohidrat (p=0,696), protein (p=0,970) dan lemak (p=0,816) dengan status gizi.Kesimpulan: Tidak adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan status gizi dapat disebabkan oleh faktor lain seperti jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan penyakit.  


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 227
Author(s):  
Whenny Irdiana ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Eating habit in adolescence will give an impact on health, especially nutritional problems in the next phase of life that is in adulthood and old age. Many teenagers are still skipping meals and eating imbalance foods. Objectives: This study is aimed to determine the relationship between breakfast habit and nutrient intake with nutritional status of female students in SMAN 3 Surabaya. Method: Research design used was cross sectional. Population of this research is all female students of class X and XI SMAN 3 Surabaya as many as 444 people. Eighty students was choosen using simple random sampling method. The data that had been collected included breakfast habits which gained by direct interview using questionnaire, nutrient intake that was obtained by 2x24 hours food recall method, and nutritional status was determined based on BMI for Age measurement. Results: It is known that most of the respondents do not have daily breakfast habit and macronutrient intake on the average of respondent still not in accordance with the suggestion. In addition, there were respondents with overweight dan underweight, although most of them had normal nutritional status. Results of Spearman correlation test showed no significant relationship between breakfast habit and nutritional status (p=0.402), but female students who skipped breakfast tend to be overweight. The result of this research showed that no correlation between nutrient intake of energy (p=0.811), carbohydrates (p=0.696), protein (p=0.970) and fat (p=0.816) with nutritional status. Conclusion: The unsignificant results between breakfast habit and macronutrient intake with nutritional status could be caused by several factors, such as the number of family members, income and health issue.ABSTRAK Latar Belakang: Kebiasaan makan pada masa remaja dapat berdampak pada kesehatan terutama masalah gizi pada fase kehidupan yang akan datang yaitu saat dewasa dan berusia lanjut. Banyak remaja masih melewatkan waktu makan dan mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan status gizi pada siswi SMAN 3 Surabaya.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas X dan XI SMAN 3 Surabaya yang berjumlah 444 orang. Sebanyak 80 siswi dipilih menjadi sampel dengan menggunakan Simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi kebiasaan sarapan dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner, asupan zat gizi diperoleh dengan metode food recall 2x24 jam, dan status gizi ditentukan berdasarkan pengukuran IMT/U.Hasil: berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar dari responden belum memiliki kebiasaan sarapan setiap hari dan asupan gizi makro pada responden rata-rata masih belum sesuai dengan anjuran. Selain itu, terdapat responden dengan gizi lebih dan gizi kurang meskipun sebagai besar dari mereka memiliki status gizi normal. Hasil dari uji korelasi Spearman, menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p=0,402), namun siswi yang tidak sarapan cenderung memiliki gizi lebih. Hasil pada penelitian ini juga menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi energi (p=0,811), karbohidrat (p=0,696), protein (p=0,970) dan lemak (p=0,816) dengan status gizi.Kesimpulan: Tidak adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan status gizi dapat disebabkan oleh faktor lain seperti jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan penyakit.  


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 90
Author(s):  
Intan Galih Cornia ◽  
Merryana Adriani

Background: Taekwondo is a physical activity or body movement that is conducted repeatedly with muscles as the most active organ. The problems that occurs to the athletes is the poor-organized consumption pattern, thus they lack of nutritional intake. The good nutritional intake is obtained from the sufficient nutritional intake so that the physical fitness becomes better. Meanwhile, young adults require sufficient nutritional intake so that their physical fitness can be better.Objective: This research aimed to analyze the relationship between the nutritional intake and nutrition status with the physical fitness of the university students joining the student activity unit of taekwondo in Universitas Airlangga Surabaya.Methods: This research was the analytical research with the cross-sectional design. The sample of the research was as many as 52 people who were acquired by utilizing the simple random sampling. The data collection included nutritional status by measuring the weight and height to figure out the Body Mass Index (BMI) and 2x24 hours food recall to understand the food intake.Results: The result demonstrated that there was a relationship between the nutritional status (p=0.014) and the intake of energy, protein, carbohydrate, and fat (p=0.05) had no relationship with the physical fitness.Conclusions: It could that the nutritional status was related to the physical fitness. The respondents who had normal nutrition status obtained the good physical fitness. There should be the addition of information regarding the nutrients to obtain the good nutritional status.ABSTRAKLatar Belakang: Taekwondo merupakan aktivitas fisik atau gerakan anggota tubuh yang dilakukan secara berulang dan organ yang paling aktif yaitu otot. Permasalah yang sering terjadi pada olahragawan yaitu suka konsumsi makanan yang tidak teratur sehingga asupan gizinya kurang tercukupi. Asupan gizi yang baik diperoleh dari asupan gizi yang cukup sehingga kebugaran jasmaninya baik.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dan status gizi dengan kebugaran jasmani mahasiswa UKM taekwondo.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 52 orang, diambil secara acak sederhana menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data meliputi status gizi dengan cara penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT), food recall 2x24 untuk mengetahui asupan makannya dan tes balke untuk kebugaran jasmani. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan kolerasi pearson.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi (p=0,014) dengan kebugaran jasmani sedangkan asupan energi, protein, karbohidrat dan lemak (P=0,05) tidak terdapat hubungan dengan kebugaran jasmani.Kesimpulan: Status gizi berhubungan dengan kebugaran jasmani. Responden yang memiliki status gizi normal cenderung memiliki kebugaran jasmani yang baik. Perlu dilakukan penambahan informasi terkait zat gizi agar tercipta status gizi yang baik.


2005 ◽  
Vol 93 (5) ◽  
pp. 671-676 ◽  
Author(s):  
Colette Montgomery ◽  
John J. Reilly ◽  
Diane M. Jackson ◽  
Louise A. Kelly ◽  
Christine Slater ◽  
...  

Accurate measurement of energy intake (EI) is essential in studies of energy balance in all age groups. Reported values for EI can be validated against total energy expenditure (TEE) measured using doubly labelled water (DLW). Our previous work has indicated that the use of the standardized 24 h multiple pass recall (24 h MPR) method produces slight overestimates of EI in pre-school children which are inaccurate at individual level but acceptable at group level. To extend this work, the current study validated EI by 24 h MPR against TEE by DLW in sixty-three (thirty-two boys) school-aged children (median age 6 years). In both boys and girls, reported EI was higher than TEE, although this difference was only significant in the girls (median difference 420 kJ/d, P=0·05). On analysis of agreement between TEE and EI, the group bias was an overestimation of EI by 250 kJ/d with wide limits of agreement (−2880, 2380 kJ/d). EI was over-reported relative to TEE by 7 % and 0·9 % in girls and boys, respectively. The bias in the current study was lower than in our previous study of pre-school children, suggesting that estimates of EI become less inaccurate as children age. However, the current study suggests that the 24 h MPR is inaccurate at the individual level.


2020 ◽  
Vol 37 ◽  
pp. 121-128
Author(s):  
Jessica Ericson ◽  
Lars Lundell ◽  
Mats Lindblad ◽  
Fredrik Klevebro ◽  
Magnus Nilsson ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document