scholarly journals Asupan Energi dan Protein Berhubungan dengan Gizi Kurang pada Anak Usia 6-24 Bulan

2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 124 ◽  
Author(s):  
Dewi Kencono Jati ◽  
Triska Susila Nindya

  Background: Children under two years of age are susceptible to nutritional problems. Nutrient intake are needed for optimal growth and mental development. Inadequate energy intake in the long run can lead to protein energy malnutrition.Objectives: The purpose of this study was to analyze the association energy and protein intake with nutritional status of children aged 6 to 24 months. Methods: This research used cross sectional design aprroach.  The subjects of this study were 62 children under two years (aged 6-24 months). Selection of sample was using simple random sampling Data was collected through interviews using a structured questionnaire, nutrient intake using 2x24hours recall, and weight measurement. Data was analyzed using Chi-square test. Results: The results showed that majority of the children had inadequate energy intake, adequate protein intake, 24.2% were underweight. There was a correlation between energy intake (p=0.044) and protein intake (p=0.038) with nutritional status WAZ. Conclusion: The conclusion of this study is  energy and protein intake contribute to underweight incidences among children aged 6-24 months. Therefore, it could be advised to increase high energy and protein intake for optimum growth.ABSTRAK Latar belakang: Anak dengan usia di bawah dua tahun rentan mengalami masalah gizi. Asupan gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Asupan energi yang tidak mencukupi dalam waktu jangka panjang dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada kekurangan energi-protein. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi berdasarkan BB/U pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem, Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subyek dari penelitian ini adalah 62 bayi di bawah dua tahun (baduta) berusia 6-24 bulan yang didapatkan dari metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, asupan gizi dengan recall 2x24hrs, dan pengukuran berat badan. Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baduta memiliki asupan energi tidak adekuat, asupan protein adekuat, dan 24,2% mengalami underweight. Terdapat hubungan asupan energi (p=0,044) dan asupan protein (p=0,038) dengan status gizi BB/U.Kesimpulan: Energi dan protein berkontribusi terhadap kejadian underweight pada baduta. Oleh karena itu, disarankan selalu melakukan peningkatan konsumsi pangan dengan memberikan asupan makanan yang mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan yang optimal.

2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 124
Author(s):  
Dewi Kencono Jati ◽  
Triska Susila Nindya

  Background: Children under two years of age are susceptible to nutritional problems. Nutrient intake are needed for optimal growth and mental development. Inadequate energy intake in the long run can lead to protein energy malnutrition.Objectives: The purpose of this study was to analyze the association energy and protein intake with nutritional status of children aged 6 to 24 months. Methods: This research used cross sectional design aprroach.  The subjects of this study were 62 children under two years (aged 6-24 months). Selection of sample was using simple random sampling Data was collected through interviews using a structured questionnaire, nutrient intake using 2x24hours recall, and weight measurement. Data was analyzed using Chi-square test. Results: The results showed that majority of the children had inadequate energy intake, adequate protein intake, 24.2% were underweight. There was a correlation between energy intake (p=0.044) and protein intake (p=0.038) with nutritional status WAZ. Conclusion: The conclusion of this study is  energy and protein intake contribute to underweight incidences among children aged 6-24 months. Therefore, it could be advised to increase high energy and protein intake for optimum growth.ABSTRAK Latar belakang: Anak dengan usia di bawah dua tahun rentan mengalami masalah gizi. Asupan gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Asupan energi yang tidak mencukupi dalam waktu jangka panjang dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada kekurangan energi-protein. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi berdasarkan BB/U pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem, Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subyek dari penelitian ini adalah 62 bayi di bawah dua tahun (baduta) berusia 6-24 bulan yang didapatkan dari metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, asupan gizi dengan recall 2x24hrs, dan pengukuran berat badan. Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baduta memiliki asupan energi tidak adekuat, asupan protein adekuat, dan 24,2% mengalami underweight. Terdapat hubungan asupan energi (p=0,044) dan asupan protein (p=0,038) dengan status gizi BB/U.Kesimpulan: Energi dan protein berkontribusi terhadap kejadian underweight pada baduta. Oleh karena itu, disarankan selalu melakukan peningkatan konsumsi pangan dengan memberikan asupan makanan yang mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan yang optimal.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Baiq Qamariyah ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Nutritional status of students can be influenced by many factors such as energy intake, macro nutrients intake and total energy expenditure.Objectives: this study aimed to determine association of energy intake, macro nutrients intake and total energy expenditure with nutritional status of elementary students.Methods: this study was observasional analitic research with cross-sectional design wich was done in SDN Pacarkembang 1 Surabaya on July 2017.The sample was 66 students in grade 4 and 5 with simple random sampling. Variabel in study was nutritional status, energy intake, macro nutrient intake, and total energy expenditure. Data were collected through interview using food recall 2 x 24 hour, physical activity recall, weight and high measurement. Analysis data used independent sample T-test analysis.Results: this study showed the most of nutritional status was normal (69.7%). There were correlations of energy intake (p=0.000), protein (p=0.017), fat (p=0.040) carbohydrate (p=0.001) and total energy expenditure (p=0.000) with nutritional status of elementary students.Conclusion: energy intake, macro nutrient intake and total energy expenditure were associated with nutritional status of school children.School children should reduce the consumption of food high in energy, protein, fat and increase physical activity.ABSTRAKLatar Belakang: Status gizi pada anak sekolah dapat dipengaruhi banyak faktor diantaranya asupan energi, asupan zat gizi makro dan total energy expenditure.Tujuan: penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara asupan energi, zat gizi makro dan total energy expenditure dengan status gizi anak sekolah dasar.Metode: Penelitian adalah observasional analitik dengan rancang studi cross-sectional yang dilaksanakan di SDN Pacarkembang 1 Surabaya pada Juli 2017. Sampel Penelitian adalah siswa kelas 4 dan 5 sebanyak 66 orang yang diambil dengan simple random sampling. Variabel penelitian meliputi status gizi, asupan energi, asupan zat gizi makro dan total energy expenditure. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan recall 2x24 jam, recall aktivitas fisik, pengukuran berat badan dan tinggi badan. Analisis data menggunakan uji independent sampel T-test.Hasil: penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi siswa normal (69,7%). Terdapat hubungan signifikan antara asupan energi (p=0,000), protein (0,017), lemak (p=0,040), karbohidrat (p=0,001) dan total energy expenditure (p=0,000) dengan status gizi anak sekolah dasar.Kesimpulan: asupan energi, zat gizi makro dan total energy expenditure berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar. Sebaiknya anak sekolah dasar dapat mengurangi konsumsi makanan tinggi energi protein dan lemak serta meningkatkan aktivitas fisik.


2017 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Iken Rahma ◽  
Indah Nuraeni ◽  
Hidayah Dwiyanti

ABSTRACT   This research aims to know the difference between snacking habit and nutritional status of catering and non-catering food consumer in SD-UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh as well as knowing the corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. This research used cross sectional design with thirty eight respondents were collected by Simple Random Sampling method. Snacking habit was obtained by using FFQ. The data were analyzed by using Chi-Square and Mann Whitney analysis. Univariate analysis showed that the snacking habit on catering food consumers was 28.5%, whereas on non-catering food consumers was 76.5%. Bivariate analysis result showed the difference between snacking (p= 0.004) and nutritional status ( p= 0.044) on catering and non-catering food consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. There was no corelation between snacking habit and the nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) and ( p=0,142). There was difference in snacking habit and nutritional status on students who were catering and non-catering consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh and there was no corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh.  Key words: Snacking habit, Nutritional status, catering food, non-catering food.  ABSTRAK Kebiasaan mengonsumsi jajan dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebiasaan jajan dan status gizi anak sekolah pengguna katering dan non-katering serta mengetahui hubungan kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan 38 responden dengan metode Simple Random Sampling. Kebiasaan konsumsi jajan diperoleh menggunakan FFQ. Data di analisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann Whitney. Hasil uji univariat menunjukkan bahwa pada anak sekolah pengguna katering kebiasaan jajan yaitu sebesar 28,5% sedangkan anak sekolah yang non-katering sebesar 76,5%. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan kebiasaan jajan ( p = 0,004) dan status gizi ( p= 0,044) pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) dan (p= 0,142). Terdapat perbedaan kebiasaan konsumsi jajan dan status gizi pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan di SDN 2 Dukuhwaluh.  Kata Kunci: Kebiasaan jajan, Status Gizi, katering, non-katering.  


2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 275
Author(s):  
Arini Rahmatika Sari ◽  
Lailatul Muniroh

Introduction: Work Fatigue is the common condition experienced by most worker but if this condition occured continously, it will affect of the worker’s health condition. Work fatigue can be affected by several factors, some of which are energy intake and nutritional status. Objective: The aim of this research was to analyze the correlation between the adequacy of energy intake and nutritional status with the level of work fatigue. Methods: This study was an analytic observational, used cross sectional study with 33 sample from 48 workers of cocoa powder production PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya selected by simple random sampling. Data were collected by food recall 2X24 hours for energy intake, measuring weight and height for nutritional stastus and Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionnaire for the level of fatigue. Data were analyzed by ranks spearman correlation test. Results: Most of workers were <25 years old (42.4%), the adequacy of energy intake were deficit (66.7%), the nutritional status were normal (54.5%), and the work fatigue were moderate (63.6%). The result of this research showed that there were corellation between the adequacy of energy intake (p-value=0.001) and nutritional status (p-value=0.018) with the level of work fatigue. Conclussion: In conclusion, lower energy intake and high BMI would increase the level of fatigue.ABSTRAKPendahuluan: Kelelahan kerja menjadi keadaan umum yang dialami hampir semua tenaga kerja, namun jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja. Kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya yaitu asupan energi dan status gizi pekerja.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kecukupan asupan energi dan status gizi dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebesar 33 pekerja dari 48 pekerja bagian produksi cocoa powder PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan food recall 2X24 hours untuk asupan energi, pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk status gizi, serta kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) untuk tingkat kelelahan kerja. Analisis data menggunakan uji statistik ranks spearman. Hasil: Sebagian pekerja besar responden berusia <25 tahun (42,4%), kecukupan asupan energi yang tergolong kurang (66,7%), status gizi normal (54,5%), dan tingkat kelelahan kerja yang tergolong sedang (63,6%). Terdapat hubungan antara kecukupan asupan energi (p=0,001) dan status gizi (p=0,018) dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Kesimpulan:. Semakin kurang asupan energi dan semakin tinggi IMT maka akan semakin tinggi tingkat kelelahan kerja pada pekerja.


2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 275
Author(s):  
Arini Rahmatika Sari ◽  
Lailatul Muniroh

Introduction: Work Fatigue is the common condition experienced by most worker but if this condition occured continously, it will affect of the worker’s health condition. Work fatigue can be affected by several factors, some of which are energy intake and nutritional status. Objective: The aim of this research was to analyze the correlation between the adequacy of energy intake and nutritional status with the level of work fatigue. Methods: This study was an analytic observational, used cross sectional study with 33 sample from 48 workers of cocoa powder production PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya selected by simple random sampling. Data were collected by food recall 2X24 hours for energy intake, measuring weight and height for nutritional stastus and Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionnaire for the level of fatigue. Data were analyzed by ranks spearman correlation test. Results: Most of workers were <25 years old (42.4%), the adequacy of energy intake were deficit (66.7%), the nutritional status were normal (54.5%), and the work fatigue were moderate (63.6%). The result of this research showed that there were corellation between the adequacy of energy intake (p-value=0.001) and nutritional status (p-value=0.018) with the level of work fatigue. Conclussion: In conclusion, lower energy intake and high BMI would increase the level of fatigue.ABSTRAKPendahuluan: Kelelahan kerja menjadi keadaan umum yang dialami hampir semua tenaga kerja, namun jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja. Kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya yaitu asupan energi dan status gizi pekerja.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kecukupan asupan energi dan status gizi dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebesar 33 pekerja dari 48 pekerja bagian produksi cocoa powder PT. Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan food recall 2X24 hours untuk asupan energi, pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk status gizi, serta kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) untuk tingkat kelelahan kerja. Analisis data menggunakan uji statistik ranks spearman. Hasil: Sebagian pekerja besar responden berusia <25 tahun (42,4%), kecukupan asupan energi yang tergolong kurang (66,7%), status gizi normal (54,5%), dan tingkat kelelahan kerja yang tergolong sedang (63,6%). Terdapat hubungan antara kecukupan asupan energi (p=0,001) dan status gizi (p=0,018) dengan tingkat kelelahan kerja pekerja.Kesimpulan:. Semakin kurang asupan energi dan semakin tinggi IMT maka akan semakin tinggi tingkat kelelahan kerja pada pekerja.


2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 204
Author(s):  
Rim Kosim ◽  
Gatut Hardianto ◽  
Kasiati Kasiati

Abstrak Latar belakang: Dismenorea merupakan gangguan menstruasi berupa nyeri perut bawah sesaat atau bersamaan dengan permulaan menstruasi. Menstruasi merupakan kejadian fisiologis dalam tubuh wanita dan dapat disertai beberapa gangguan salah satunya dismenorea. Kejadian dismenorea bagi remaja dapat mengganggu aktivitas sehari-hari termasuk sekolah. Di Indonesia dari hasil penelitian PIK-KRR kejadian dismenorea pada remaja putri sebesar 72,89%. Faktor-faktor yang terkait dismenorea meliputi usia dibawah 20 tahun, status gizi, usia menarche, riwayat keluarga dengan dismenorea, dan merokok. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan status gizi dan usia menarche dengan kejadian dismenorea. Metode: Menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 100 responden dengan tehnik simple random sampling. Pengumpulan data berupa data primer dari responden. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Terdapat hubungan antara status gizi dan usia menarche dengan kejadian dismenorea pada remaja putri SMAN 19 Surabaya (uji chi square status gizi dengan kejadian dismenorea p value = 0,023 serta usia menarche dengan kejadian dismenorea p value = 0,047). Kesimpulan: Status gizi dan usia menarche merupakan faktor risiko yang memiliki hubungan  bermakna dengan kejadian dismenorea pada remaja putri.Abstract Introduction: Dysmenorrhea is a menstrual disorder in the form of lower abdominal pain before or right with the onset of menstruation. Menstruation is a physiological event in a woman's body and can be accompanied by several disorders, one of which is dysmenorrhoea. The incidence of dysmenorrhea for adolescents can disrupt daily activities including school. In Indonesia, the results of PIK-KRR’s study shows the incidence of dysmenorrhoea in young women was 72.89%. Factors related to dysmenorrhea including age under 20 years, nutritional status, age of menarche, family history of dysmenorrhea, and smoking. This study aims to analyze the relationship between nutritional status and age of menarche with the incidence of dysmenorrhea. Method: This study used an observational analytic method with a cross sectional study design. The sample used is 100 respondents using simple random sampling method. Data is collected in the form of primary data from respondents. Data analysis used the chi square test. Result: There is a relationship between nutritional status and age of menarche with the incidence of dysmenorrhea in female adolescents of SMAN 19 Surabaya (chi square test of nutritional status with incidence of dysmenorrhoea p = 0.023 and age of menarche with incidence of dysmenorrhea p = 0.047). Conclusion: Nutritional status and age of menarche are risk factors that have a significant relationship with the incidence of dysmenorrhea in female adolescents.


2022 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 131-139
Author(s):  
Sofiyati Sofiyati

ABSTRACT: THE RELATIONSHIP OF MOTHER'S KNOWLEDGE ABOUT THE PATTERN OF COMPLEMENTARY FEEDING OF BREASTFEEDING (MPASI) WITH NUTRITIONAL STATUS OF INFANTS AGED 6-24 MONTHS IN THE AREA OF KEDAWUNG PUSKESMAS, KADAWUNG REGENCY, CIREBON REGENCY Introduction: Malnutrition is one of the problems in infants and children that can lead to impaired growth and development. Infants aged 6-24 months are not enough just to give breast milk alone, but the presence of complementary foods (MPASI).Objective: To determine the relationship between a mother's knowledge about how to give food can cause babies to be malnourished.Research Methods: The subjects in this study were infants aged 6-24 months at the Kedawung Health Center, Kedawung District, Cirebon Regency. Respondents are mothers who have babies aged 6-24 months as many as 27 people. This type of research is observational with a cross-sectional approach, the method is through interviews using questionnaires with data collection techniques using simple random sampling and weight measurement using digital scales. The data analysis technique used the Chi-Square test with a significant level of 0.05 on SPSS 16.0 for windows.Results: The results showed that most of the mothers had knowledge about complementary feeding patterns as many as 12 people (44%), good category 7 people (26%). However, there are still 8 (30%) mothers who have less knowledge and there is a significant relationship between mothers' knowledge about the pattern of giving complementary foods to breast milk and the nutritional status of infants aged 6-24 months. This is indicated by the value of p = 0.062 < 0.05.Conclusion: Suggestions in this study are the need to increase mother's knowledge, especially about nutrition related to complementary feeding of breast milk in her baby, immediately take care as soon as possible in infants with poor nutritional status, and the role of health services in handling it. . Malnutrition is very necessary for the continuity of infant growth and development, including through counseling, discussions and other activities by nutrition officers and posyandu cadres in the Kedawung Health Center area, so that good eating patterns and complementary breastfeeding can be implemented in an effort to improve nutritional status. Keywords: mother's knowledge, nutritional status INTISARI: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA PEMBERIAN MAKANAN   PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS KEDAWUNG KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN CIREBON Pendahuluan: Kekurangan gizi merupakan salah satu masalah pada bayi dan anak, yang dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi usia 6-24 bulan tidak cukup hanya dengan pemberian ASI saja melainkan adanya makanan pendamping ASI (MPASI).Tujuan: untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang cara pemberian makanan dapat menyebabkan bayi tidak terpenuhi gizinya.Metode Penilitan: Subjek pada penelitian ini adalah bayi dengan usia 6-24 bulan di wilayah Puskesmas Kedawung Kecamatan kedawung Kabupaten Cirebon. Adapun respondennya adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan sebanyak 27 orang. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional, Metode melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan teknik pengambilan datanya menggunakan simple random sampling serta pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital. Teknik analisis data menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikan 0,05 pada SPSS 16.0 for windows.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan tentang pola pemberian makanan pendamping ASI dengan kategori cukup sebanyak 12 orang (44%), kategori baik sebanyak 7 orang (26%). Namun masih ada 8 orang (30%) ibu yang memiliki pengetahuan kurang serta terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi bayi usia 6-24 bulan. Hal ini di tunjukkan dengan nilai p= 0,062 < 0,05.Kesimpulan: Saran dalam penelitan ini perlunya peningkatan pengetahuan ibu terutama tentang gizi yang bekaitan dengan pemberian MPASI bagi bayinya, segera dilakukan penanganan sesegera mungkin untuk bayi dengan status gizi buruk serta peran pelayanan kesehatan dalam menangani kasus gizi buruk sangat diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang dari bayi, antara lain melalui penyuluhan, diskusi serta kegiatan lainnya oleh petugas gizi dan para kader posyandu di wilayah Puskesmas Kedawung, agar dapat diimplementasikannya pola makan dan pemberian MPASI yang baik bagi bayinya dalam upaya peningkatan status gizi. Kata kunci: pengetahuan ibu, status gizi


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 227
Author(s):  
Whenny Irdiana ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Eating habit in adolescence will give an impact on health, especially nutritional problems in the next phase of life that is in adulthood and old age. Many teenagers are still skipping meals and eating imbalance foods. Objectives: This study is aimed to determine the relationship between breakfast habit and nutrient intake with nutritional status of female students in SMAN 3 Surabaya. Method: Research design used was cross sectional. Population of this research is all female students of class X and XI SMAN 3 Surabaya as many as 444 people. Eighty students was choosen using simple random sampling method. The data that had been collected included breakfast habits which gained by direct interview using questionnaire, nutrient intake that was obtained by 2x24 hours food recall method, and nutritional status was determined based on BMI for Age measurement. Results: It is known that most of the respondents do not have daily breakfast habit and macronutrient intake on the average of respondent still not in accordance with the suggestion. In addition, there were respondents with overweight dan underweight, although most of them had normal nutritional status. Results of Spearman correlation test showed no significant relationship between breakfast habit and nutritional status (p=0.402), but female students who skipped breakfast tend to be overweight. The result of this research showed that no correlation between nutrient intake of energy (p=0.811), carbohydrates (p=0.696), protein (p=0.970) and fat (p=0.816) with nutritional status. Conclusion: The unsignificant results between breakfast habit and macronutrient intake with nutritional status could be caused by several factors, such as the number of family members, income and health issue.ABSTRAK Latar Belakang: Kebiasaan makan pada masa remaja dapat berdampak pada kesehatan terutama masalah gizi pada fase kehidupan yang akan datang yaitu saat dewasa dan berusia lanjut. Banyak remaja masih melewatkan waktu makan dan mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan status gizi pada siswi SMAN 3 Surabaya.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas X dan XI SMAN 3 Surabaya yang berjumlah 444 orang. Sebanyak 80 siswi dipilih menjadi sampel dengan menggunakan Simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi kebiasaan sarapan dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner, asupan zat gizi diperoleh dengan metode food recall 2x24 jam, dan status gizi ditentukan berdasarkan pengukuran IMT/U.Hasil: berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar dari responden belum memiliki kebiasaan sarapan setiap hari dan asupan gizi makro pada responden rata-rata masih belum sesuai dengan anjuran. Selain itu, terdapat responden dengan gizi lebih dan gizi kurang meskipun sebagai besar dari mereka memiliki status gizi normal. Hasil dari uji korelasi Spearman, menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p=0,402), namun siswi yang tidak sarapan cenderung memiliki gizi lebih. Hasil pada penelitian ini juga menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi energi (p=0,811), karbohidrat (p=0,696), protein (p=0,970) dan lemak (p=0,816) dengan status gizi.Kesimpulan: Tidak adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan status gizi dapat disebabkan oleh faktor lain seperti jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan penyakit.  


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 227
Author(s):  
Whenny Irdiana ◽  
Triska Susila Nindya

Background: Eating habit in adolescence will give an impact on health, especially nutritional problems in the next phase of life that is in adulthood and old age. Many teenagers are still skipping meals and eating imbalance foods. Objectives: This study is aimed to determine the relationship between breakfast habit and nutrient intake with nutritional status of female students in SMAN 3 Surabaya. Method: Research design used was cross sectional. Population of this research is all female students of class X and XI SMAN 3 Surabaya as many as 444 people. Eighty students was choosen using simple random sampling method. The data that had been collected included breakfast habits which gained by direct interview using questionnaire, nutrient intake that was obtained by 2x24 hours food recall method, and nutritional status was determined based on BMI for Age measurement. Results: It is known that most of the respondents do not have daily breakfast habit and macronutrient intake on the average of respondent still not in accordance with the suggestion. In addition, there were respondents with overweight dan underweight, although most of them had normal nutritional status. Results of Spearman correlation test showed no significant relationship between breakfast habit and nutritional status (p=0.402), but female students who skipped breakfast tend to be overweight. The result of this research showed that no correlation between nutrient intake of energy (p=0.811), carbohydrates (p=0.696), protein (p=0.970) and fat (p=0.816) with nutritional status. Conclusion: The unsignificant results between breakfast habit and macronutrient intake with nutritional status could be caused by several factors, such as the number of family members, income and health issue.ABSTRAK Latar Belakang: Kebiasaan makan pada masa remaja dapat berdampak pada kesehatan terutama masalah gizi pada fase kehidupan yang akan datang yaitu saat dewasa dan berusia lanjut. Banyak remaja masih melewatkan waktu makan dan mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan status gizi pada siswi SMAN 3 Surabaya.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas X dan XI SMAN 3 Surabaya yang berjumlah 444 orang. Sebanyak 80 siswi dipilih menjadi sampel dengan menggunakan Simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi kebiasaan sarapan dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner, asupan zat gizi diperoleh dengan metode food recall 2x24 jam, dan status gizi ditentukan berdasarkan pengukuran IMT/U.Hasil: berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar dari responden belum memiliki kebiasaan sarapan setiap hari dan asupan gizi makro pada responden rata-rata masih belum sesuai dengan anjuran. Selain itu, terdapat responden dengan gizi lebih dan gizi kurang meskipun sebagai besar dari mereka memiliki status gizi normal. Hasil dari uji korelasi Spearman, menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p=0,402), namun siswi yang tidak sarapan cenderung memiliki gizi lebih. Hasil pada penelitian ini juga menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi energi (p=0,811), karbohidrat (p=0,696), protein (p=0,970) dan lemak (p=0,816) dengan status gizi.Kesimpulan: Tidak adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan status gizi dapat disebabkan oleh faktor lain seperti jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan penyakit.  


2006 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Aripin Ahmad ◽  
Dradjat Boediman ◽  
Endy Paryanto Prawirohartono

Background: The prevalence of malnutrition in Indonesia is still high. One of potential factor contributing to the high prevalence of malnutrition is improper complementary feeding pattern and breast feeding practices. In the community there are three complementary feeding patterns; those are traditional feeding, industries feeding and combination.Objective: This study was conducted to analyze the association between complementary feeding, energy and protein intake, and breast feeding status with nutritional status of infants 0-12 month old.Method: This study used a cross sectional design. Subjects were 151 infants 0-12 month old. Complementary feeding pattern and breast feeding status were collected using interview methods. Energy and protein intakes were collected using food recall methods. Nutritional status was measured using weight for length (WHZ). The chi square test was used to analyze the data.Result: There wasn’t any association between complementary feeding pattern and nutritional status of infants 0-6 m.o. old (p=0.04) and 6-12 month (p=0.62). There wasn’t any association between energy intake and nutritional status of infants 0-6 month old (p=0.40), but there was any association in infants 6-12 month old (p=0.01). Protein intake associated with nutritional status of infants 0-6 m.o. old and 6-12 month old (p=0.033 and p=0.04). Breast feeding status didn’t associated with nutritional status of infants 0-6 month old and 6-12 month old (p=0.689 and p=0.10).Conclusion: Complementary pattern and breast feeding status were not associated with nutritional status. Energy intake was associated with nutritional status of infants 6-12 month old. Protein intake associated with nutritional status of infants 0-6 month old and 6-12 month old.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document